Selasa, 31 Mei 2016

Renungan Hari Minggu Biasa XXX - B

Renungan Hari Minggu Biasa XXX, Thn B/I
Bac I  Yer 31: 7 – 9; Bac II                  Ibr 5: 1 – 6;
Injil    Mrk 10: 46 – 52;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Nabi Yeremia. Dalam kitabnya, Yeremia menyampaikan firman Allah buat umat Israel, yang saat itu hidup dalam penderitaan. Dalam penderitaan itulah harapan tumbuh. Dan firman Allah mengandung pengharapan itu. Yeremia mengajak umat Israel untuk bersukacita sebab Tuhan akan memenuhi harapan mereka. Di sini terlihat bahwa Tuhan memperhatikan penderitaan umat-Nya: orang buta dan lumpuh, serta perempuan yang mengandung (ay. 8).
Gambaran pemenuhan harapan umat dalam bacaan pertama tadi, terlihat dalam Injil. Tuhan Yesus adalah kepenuhan harapan itu. Ia datang dan menyembuhkan Bartimeus, orang buta. Tuhan Yesus membawa sukacita bagi Bartimeus, simbol orang menderita yang mengharapkan pembebasan. Yang menarik dari kisah penyembuhan Bartimeus ini adalah tindakannya yang menanggalkan jubahnya dan segera berdiri lalu pergi mendapatkan Tuhan Yesus (ay. 50). Menanggalkan jubah dapat dilihat sebagai lambang pertobatan, dan pertobatan ini diikuti dengan hidup dekat dengan Tuhan Yesus.
Tuhan Yesus adalah kepenuhan pengharapan bangsa Israel dan umat manusia. Namun dalam pengharapan itu umat dituntut untuk bertobat sehingga ia dapat berdamai kembali dengan Allah. Inilah yang hendak disampaikan dalam bacaan kedua, yang diambil dari Surat kepada Orang Ibrani. Dalam suratnya, penulis melihat Tuhan Yesus sebagai Imam Besar yang mempersembahkan korban pelunasan dosa sehingga umat dapat kembali berhubungan dengan Allah. Yesus Kristus tidak seperti imam besar lainnya, karena Tuhan Yesus tidak berdosa dan Ia mengorbankan diri-Nya sebagai korbannya.
Sabda Tuhan hari ini mau mengatakan kepada kita bahwa Tuhan Yesus merupakan kepenuhan nubuat Allah akan janji keselamatan yang telah disuarakan oleh para nabi Perjanjian Lama. Janji keselamatan itu tidak hanya diperuntukkan bagi umat Israel, melainkan juga umat manusia. Namun tuntutannya sama, yaitu adanya pertobatan dan senantiasa hidup dekat-Nya. Melalui sabda-Nya ini, Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa bertobat dan selalu hidup dekat dengan Dia. Hidup dekat bukan berarti “ada di”, tetapi “ada bersama”, karena dalam kebersamaan itu kita bergerak bersama Tuhan.***
by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar