Rabu, 07 Juni 2017

SEKS DI USIA MUDA BERESIKO PADA KANKER SERVIKS

Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak nomor 2 yang diderita kaum perempuan di Indonesia, setelah kanker payudara. Penyabab utama kanker serviks adalah infeksi HPV (Human Papilloma Virus). Umumnya penyakit kanker serviks ini sedikit sulit dideteksi, karena tidak ada gejala pada pra-kanker serviks.
Pada umumnya perempuan yang terkena kanker serviks menunjukkan sejumlah tanda seperti berdarah saat berhubungan seks dan keputihan yang tidak sembuh-sembuh. Jika dua tanda ini sudah ada, atau setidaknya bila penyakit keputihan sudah mengeluarkan bau tak sedap, adalah sangat baik segera dilakukan screening.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam British Journal of Cancer menyatakan perempuan yang melakukan hubungan seks di usia muda beresiko dua kali lebih besar terserang penyakit kanker serviks. Hubungan seksual pada usia di bawah 17 tahun merangsang tumbuhnya sel kanker pada alat kandungan perempuan, karena pada rentang usia 12 hingga 17 tahun, perubahan sel dalam mulut rahim sedang aktif sekali. Saat sel sedang membelah secra aktif (metaplasi) idealnya tidak terjadi kontaks atau rangsangan apa pun dari luar, termasuk injus (masuknya) benda asing dalam tubuh perempuan. Adanya benda asing, termasuk penis dan sel sperma, akan mengakibatkan perkembangan sel ke arah abnormal. Apalagi kalau sampai terjadi luka yang mengakibatkan kanker mulut rahim (serviks). Kanker serviks menyerang alat kandungan perempuan, berawal dari mulut rahim dan beresiko menyebar ke vagina hingga keluar di permukaan.
Dr. Silvia Francheschi, orang yang memimpin studi tersebut, mengatakan perempuan yang melakukan hubungan seks di awal usia 20 tahun beresiko terserang kanker serviks dibanding dengan mereka yang melakukannya di usia 25 tahun.
Di Inggris, perempuan berusia 25 tahun hingga 40 tahun melakukan sedikitnya 3 kali pengecekan untuk mengetahui ada tidaknya kanker atau virus lain yang hinggap di tubuhnya. Sementara perempuan berusia 50 hingga 64 tahun melakukan pengecekan sebanyak 5 kali dalam satu tahun.
Di sisi lain, Dr.Lesley Walker mengatakan bahwa hasil penelitian Dr. Francheschi itu seharusnya menyadarkan banyak pihak akan pentingnya vaksinasi. Vaksinasi untuk mencegah HPV itu seharusnya diberikan sejak usia dini. “Bahkan jauh sebelum para perempuan melakukan hubungan seks, terutama bagi perempuan yang tinggal di daerah rawan,” ungkap Lesley. Ini tentu saja untuk mencegah munculnya kanker serviks.

Akan tetapi, vaksinasi akan berdampak pada persoalan moralitas. Vaksinasi seakan melegalkan anak-anak muda untuk tetap melakukan hubungan seks pra-nikah. Seharusnya, hasil penelitian ini menumbuhkan kesadaran di kalangan kaum muda, khususnya perempuan, untuk tidak melakukan hubungan seks di usia muda serta tidak menikah di usia muda.
baca juga tulisan lain: