Minggu, 05 April 2015

Orang Kudus 5 April: St. Yuliana Kornillon

SANTA YULIANA KORNILLON, PENGAKU IMAN
Hari Raya Tubuh Darah Kristus (Corpus Christi) – yang sama dengan hari raya Sakramen Mahakudus – masuk dalam lingkaran penanggalan liturgi atas wahyu Tuhan kepada Santa Yuliana dari Kornillon. Prosesnya sangat rumit dan lama serta meminta pengorbanan yang tidak kecil dari suster Yuliana sendiri. Penglihatan ajaib yang dialaminya membawa dia kepada penderitaan yang lama hingga hari raya itu direstui oleh pemimpin Tertinggi Gereja dan dirayakan oleh seluruh Gereja. Pesta ini dirayakan pada minggu biasa setelah masa paskah, tepatnya pada hari minggu biasa sesudah Hari raya Tritunggal Mahakudus.
Yuliana lahir di Liege, Belgia, pada tahun 1192. Pada umur 5 tahun, ia sudah menjadi anak yatim piatu. Maka ia dititipkan di sebuah biara di Mount Cornillon. Pada tahun 1200 terdapat di gunung ini dua buah biara Santo Agustinus: yang satu untuk kaum pria dan yang satu untuk wanita. Di sana terdapat beberapa buah rumah, ada usaha perkebunan dan peternakan sapi. Di beberapa rumah para biarawan/wati itu merawat banyak orang sakit lepra. Untuk menghindari bahaya ketularan penyakit lepra, maka Yuliana bersama adiknya Agnes dipisahkan di sebuah rumah pertanian yang tidak jauh dari rumah induk. Di situ mereka diasuh oleh Sr. Sapiensia. Tugas mereka adalah belajar, membersihkan rumah, memelihara bunga-bunga dan menjaga sapi. Kedua kakak beradik ini selalu ikut serta dalam doa, perayaan ekaristi dan upacara-upacara lainnya. Yuliana menaruh hormat yang tinggi kepada Sakramen Mahakudus yang diterimanya setiap kali mengikuti perayaan ekaristi. Ia juga suka sekali membaca buku-buku karya Santo Agustinus, Santo Bernardus dan lain-lainnya di perpustakaan.
Pada usia 16 tahun, Yuliana mengalami suatu penglihatan ajaib. Ia melihat bulan purnama yang aneh sekali; pinggirannya tercabik. Ia ragu-ragu memastikan arti penglihatan itu, apakah itu suatu godaan dari roh jahat atau pewahyuan Tuhan. Ia berdoa memohon agar Tuhan Yesus menerangkan kepadanya arti penglihatan itu. Dua tahun kemudian Tuhan Yesus menampakkan diri kepadanya dan menerangkan arti penglihatan itu: bahwasanya bulan itu adalah lingkaran tahun liturgis Gereja dengan berbagai hari raya. Sedangkan cabikan pada pinggir bulan purnama itu menandakan bahwa lingkaran tahun liturgi Gereja belum sempurna oleh karena tidak adanya hari raya khusus untuk menghormati sakramen mahakudus.

Renungan Hari Raya Paskah, Thn B

Renungan Hari Raya Paskah, Thn B/I
Bac I    Kis 10: 34a, 37 – 43; Bac II              Kol 3: 1 – 4;
Injil      Yoh 20: 1 – 9;

Hari ini umat katolik seluruh dunia merayakan Hari Raya Paskah. Hari ini merupakan puncak dari perjalanan retret agung kita selama masa prapaskah. Kita telah mempersiapkan diri untuk menyambut Paskah Tuhan kita Yesus Kristus. Paskah adalah kebangkitan Yesus Kristus dari kematian. Karena itu, dengan kebangkitan-Nya maut, yaitu dosa, telah dikalahkan. Inilah makna penebusan. Bacaan-bacaan liturgi hari ini bertemakan kebangkitan.

Injil hari ini secara spesifik mengisahkan tentang peristiwa kebangkitan Yesus yang digambarkan “hilangnya” jenasah Yesus dari kubur. Para rasul dan Maria Magdalena yang ke kuburan Yesus, tidak menemukan jenasah Yesus di sana. Namun salah seorang murid, yang dikasihi Yesus, melihat ketiadaan jenasah itu sebagai kebangkitan-Nya. Karena itulah, setelah menyaksikan semuanya itu ia percaya (ay. 8). Ketika yang lain hanya melihat dengan mata indrawi, murid ini melihatnya dengan mata iman sehingga ia percaya. Di kemudian hari barulah Petrus menyadari hal itu. Ini terlihat dari bacaan pertama. Dalam bacaan pertama, Petrus mewartakan Yesus yang bangkit. Baginya, kebangkitan bermakna penebusan bagi yang percaya (ay. 43).

Apakah kebangkitan Yesus memiliki makna lain selain penebusan? Kebangkitan Yesus merupakan kebangkitan bagi umat manusia. Inilah yang hendak dikatakan oleh Paulus dalam bacaan kedua. Dalam suratnya kepada jemaat di Kolese, Paulus menegaskan bahwa kita juga ikut bangkit bersama Kristus. Konsekuensi bangkit bersama Kristus adalah agar kita mencari “perkara yang di atas..., bukan yang di bumi.” (ay. 1 – 2). Kebangkitan Kristus hendaknya juga membawa perubahan dalam sikap dan perilaku hidup. Ini juga yang dikatakan Petrus dalam bacaan pertama. Perubahan itu terlihat dari sikap terbuka kepada sesama.

Hari ini kita bergembira merayakan kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Kita diajak bersyukur karena rahmat penebusan yang diberikan Allah lewat wafat dan kebangkitan Putera-Nya. Namun kita juga perlu menyadari bahwa kebangkitan Yesus adalah juga kebangkitan kita. Tuhan menghendaki agar kita bangkit dari keberdosaan kita. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita supaya dengan paskah Yesus ini kita tidak lagi hanya memikirkan perkara duniawi. Selain itu juga Tuhan menghendaki agar lewat paskah Yesus ini kita bersikap terbuka terhadap sesama; menerima orang lain tanpa melihat suku, ras, golongan ataupun kepentingan. Kebangkitan Kristus telah menyatukan kita dalam satu keluarga.

by: adrian