Selasa, 02 Juli 2013

(Pencerahan) Cinta dan Dosa

Cinta itu melupakan
“Mengapa engkau selalu mengungkit-ungkit kesalahanku di masa lalu?” Tanya sang suami. “Kupikir kau sudah melupakannya!”

“Memang aku sudah mengampuni dan melupakannya!” jawab sang isteri. “Tetapi aku ingin meyakinkanmu, agar engkau tidak lupa bahwa aku sudah mengampuni dan melupakannya.”
***
Sebuah wawancara.
Murid: “Jangan ingat lagi akan dosa-dosaku, ya Tuhan!”

Tuhan: “Dosa? Dosa apa? Engkau harus menyegarkan ingatanku. Aku sudah melupakan berabad-abad yang lalu.”

Cinta itu tidak mengingat-ingat kesalahan.

by: Anthony de Mello, Burung Berkicau
Baca juga refleksi lainnya:

Orang Kudus 2 Juli: St. Bernardinus Realino

Santo bernardinus realino, pengaku iman
Bernardinus lahir di Carpi, lembah sungai Po, Italia Utara, pada tahun 1530. Setelah belajar ilmu kedokteran dan hokum, ia berturut-turut diangkat menjadi walikota di Fellizano, jaksa di Aleksandria dan sekretaris pada kedutaan di Napoli.

Setelah Kloise, isterinya meninggal dunia, ia berkenalan dengan Serikat Yesus di Napoli. Perkenalan itu berawal dari kotbah-kotbah dari seorang imam Yesuit yang diikutinya dengan rajin. Kotbah-kotbah ini sungguh menarik sehingga ia memutuskan untuk lebih memperhatikan kehidupan rohaninya. Keputusan ini semakin diperkuat oleh penampakan isterinya sebanyak tiga kali dengan pesan supaya ia meninggalkan karier duniawinya. Pesan isterinya itu pun kemudian dikuatkan lagi oleh penampakan Bunda Maria padanya.

Terdorong oleh hal-hal di atas, Bernardinus memutuskan untuk mengajukan permohonan untuk menjadi anggota Serikat Yesus. Permohonannya diterima dan setelah mengikuti suatu pendidikan khusus, Bernardinus ditahbiskan menjadi imam. Selama beberapa tahun ia bekerja di Napoli.

Sifatnya yang sopan dan ramah, penuh cinta dan pengertian kepada umatnya menyebabkan dia sangat dicintai oleh umat Napoli. Umat dengan berat hati melepaskan dia ketika ia dipindahkan ke Lecce, Provinsi Apulia, untuk mendirikan sebuah kollese. Di kollese Yesuit ini Bernardinus member kuliah-kuliah filsafat dan teologi. Hingga akhir hidupnya dalam masa kerja selama 42 tahun, Bernardinus menetap di Lecce.

Sebagaimana di Napoli, di Lecce pun Bernardinus sungguh dicintai. Ia menampilkan diri sebagai seorang pewarta iman yang tangguh, pengkotbah ulung, pembimbing rohani dan bapa pengakuan yang disenangi umatnya. Kemasyhuran namanya bukan saja karena gaya kepemimpinannya yang penuh kesabaran, pengertian dan cinta, tetapi juga lebih-lebih karena kesalehan hidupnya dan mujizat-mujizat penyembuhan yang dilakukannya.

Bernardinus sangat akrab dengan anak-anak dan muda-mudi. Ia menjadi penolong dan penghibur yang tak kenal lelah bagi orang-orang yang malang. Ketika ajalnya mendekat, Walikota Lecce mengumpulkan semua pembantu-pembantunya dan pemimpin-pemimpin masyarakat setempat untuk berdoa bagi keselamatan jiwa Bernardinus. Kepada mereka ia berkata, “Kota kita telah diberkati Allah dengan satu anugerah istimewa, yakni Pater Bernardinus Realino. Beliau telah mengabdi kota ini selama 40 tahun dan telah melakukan banyak hal dengan hidupnya yang suci, karunia-karunia dan berbagai mujizat. Setiap orang dari kota ini, juga mereka yang berasal dari kota lain telah menikmati sedikit kebaikan Pater Bernardinus. Oleh karena itu saya mengusulkan agar Pastor Bernardinus diangkat sebagai pelindung kota Lecce.”

Ketika tiba saat terakhir hidupnya, Bernardinus berkata kepada para pemimpin masyarakat, “Dari surge, kediamanku yang abadi, aku akan selalu melindungi kota Lecce dan seluruh umat.” Bernardinus Realino meninggal dunia pada tanggal 2 Juli 1616.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Selasa Biasa XIII-C

Renungan Hari Selasa Biasa XIII, Thn C/I
Bac I   : Kej 19: 15 – 29; Injil        : Mat 8: 23 – 27

Kisah isteri Lot yang menjadi tiang garam, dalam bacaan pertama, merupakan kisah yang cukup terkenal bagi anak-anak sekolah minggu. Diceritakan bahwa Allah memanggil Lot beserta keluarganya untuk keluar dari kotanya yang sudah rusak moralnya. Allah ingin membinasakan kota itu beserta penduduknya, kecuali keluarga Lot. Allah sendiri menuntun mereka. Keselamatan akan terjadi jika mereka percaya kepada Allah. Tindakan isteri Lot yang menoleh ke belakang selain mengungkapkan ketidakpercayaan, juga menunjukkan keterikatan pada dosa.

Dalam Injil hari ini juga dikisahkan tentang kepercayaan. Para murid mengalami tantangan dan cobaan hidup dalam badai gelombang danau. Mereka merasa ketakutan, padahal Yesus ada beserta mereka. Ketakutan itu memperlihatkan bahwa mereka tidak percaya. Sikap tidak percaya inilah yang dikecam Yesus. Memang dalam kisah ini ketidak-percayaan mereka tidak mendatangkan petaka seperti isteri Lot, karena mereka adalah saksi Yesus kemudian hari.

Pada hari ini sabda Tuhan menghendaki kita untuk menaruh kepercayaan kepada-Nya. Dengan percaya kepada Tuhan maka kita tidak lagi menoleh ke tempat lain. Percaya kepada Tuhan berarti kita menyerahkan hidup kita kepada penyelenggaraan ilahi-Nya. Dengan percaya inilah kita akan mendapatkan keselamatan.

by: adrian