Tidak
dapat dipungkiri bahwa memang sejarah mencatat kehidupan beberapa Paus yang hidupnya tidak memberikan kesaksian yang
baik tentang imannya. Beberapa contohnya terlampirkan di bawah ini (diambil
sumber dari New Advent
Encyclopedia dan New
Catholic Encyclopedia):
1. Paus
Clement VII (1523 – 1534)
Paus
Clement VII, yang memiliki nama asli Giulio
de’Medici, naik menjadi Paus menggantikan Paus
Adrian VI. Di masa kepemimpinannya memang terjadi banyak masalah, yaitu berkembangnya
revolusi Protestan, pertentangan politik antara Raja Francis I dan Kaisar
Romawi Charles V, dan masalah permohonan pembatalan perkawinan Raja Henry VIII (Raja Inggris) dan kebutuhan untuk mengadakan
reformasi Gereja.
a. Paus memihak reformer Protestan?
Setelah
menjadi Paus, Clement VII memang menyampaikan keinginannya kepada Kaisar
Charles V untuk mengadakan rekonsiliasi dengan para pengikut Luther. Kaisar Charles V
menginginkan agar Paus mengadakan konsili, namun Paus menolak. Dua kali Paus
bertemu dengan kaisar, namun mereka tidak mencapai kata sepakat, sehingga
akhirnya di akhir pontifikat, masalah ini tidak terselesaikan, dan malah
semakin parah. Karena sikapnya inilah, kemungkinan ada orang yang mencatatnya
sebagai Paus yang kurang tegas, dan seolah
membela pihak reformer Protestan. [Kita tidak pernah mengetahui alasan
persisnya, namun mungkin saja justru ia ingin mengusahakan rekonsiliasi, tanpa
perlu mengeluarkan pernyataan "anathema",
seperti umumnya yang dinyatakan dalam konsili. Namun kemudian sejarah mencatat,
bahwa akhirnya konsili tetap diadakan (Konsili Trent 1545 – 1563) setelah masa
pontifikat Clement VII, karena biar bagaimanapun
Gereja perlu menyatakan kembali ajaran benar, dan menolak ajaran yang salah.
b. Paus memihak Perancis?
Terhadap persaingan politik Francis I dan Charles V, Paus berusaha tetap
menjaga kondisi status quo,
tidak memihak keduanya, namun ternyata tidak semudah itu. Pertikaian antara
kedua Raja antara lain disebabkan oleh membelotnya panglima perang Raja Francis
I yang bernama Duc de Bourbon, yang kemudian menjadi panglima perang Kaisar
Charles V, dengan nama Constable Bourbon. Namun kemudian Kaisar Charles V
kekurangan dana untuk membayar tentara di bawah pimpinan Constable tersebut,
sehingga para serdadu mengancam akan memberontak. Dalam situasi ini Paus
terombang- ambing akan kekuasaan kedua Kaisar. Akhirnya Raja Francis
I ditangkap oleh tentara Spanyol dan diasingkan ke Madrid (14 Januari 1526).
Raja Francis I lalu menyerahkan klaimnya di Italia. Pada bulan Mei 1526, Paus
Clement VII membuat perjanjian dengan Perancis yang bersekutu dengan Venice dan
Florence (tempat kelahiran Paus), untuk memeriksa perkembangan kekuasaan
Charles V yang menciptakan suasana kegelisahan di Italia, terutama di Florence.
Hal ini membuat Raja Charles V marah, dan
kemudian menekan Paus untuk membayar tentara perang pimpinan Constable Bourbon.
Demi keamanan, Paus setuju untuk membayar 60,000
ducats, dan bahkan tentara kaisar Charles kemudian memaksa pembayaran sebanyak
100,000 ducats. Namun pengorbanan ini ternyata masih dianggap kurang. Tentara
bayaran tersebut yang banyak di antaranya adalah Lutheran memaksa Constable
Bourbon untuk mengadakan perampokan/penjarahan kota Roma. Terjadilah the Sack of Rome selama
delapan hari, dimana terjadi penjarahan gedung-gedung gereja Katolik, para
wanita termasuk para biarawati diperkosa, kedutaan dijarah, para kardinal
diculik, dan upacara keagamaan diobrak-abrik dan para tentara berkelahi untuk
memperebutkan hasil jarahan. Kerusuhan
dan penjarahan ini mengakibatkan pemenjaraan Paus di Castel Sant'Angelo selama
sekitar 7-8 bulan. Namun kemudian Paus bebas dan kembali ke Roma tahun 1528,
dan akhirnya mengadakan perjanjian damai dengan Raja Charles V. Paus bahkan
memahkotai Raja Charles di tahun 1530, dan perjanjian ini setidaknya menjadikan
kondisi yang damai di Italia.
c. Paus tidak memihak Inggris?