Senin, 28 September 2015

Orang Kudus 28 September: St. Laurensius Ruiz

SANTO LAURENSIUS RUIZ, PENGAKU IMAN
Laurensius Ruiz lahir pada sekitar tahun 1600 di Binondo, Manila, Filipina. Ia adalah putra dari seorang keturunan China dan Filipina. Sejak kecil ia memperoleh pendidikan dari para Dominikan, dan juga sering bertugas sebagai putra altar. Ketika dewasa Laurensius bergabung dengan Cofradia del Santissimo Rosario atau Persaudaraan Rosario Suci.
Laurensius kemudian menikah dengan Rosario dan memiliki dua orang putra dan satu orang putri. Pada suatu ketika, ia dituduh membunuh seorang Spanyol. Dengan bantuan seorang imam Dominikan, ia menaiki sebuah kapal yang hendak menuju Jepang, bersama dengan Antonio Gonzales, Guillermo Courtet, Miguel de Aozaraza, Vicente Shiwozuka de la Cruz dan Lazaro dari Kyoto. Meskipun dapat turun di Pulau Formosa, Laurensius memiliki ikut bersama para misionaris itu ke Okinawa, Jepang.
Tak lama kemudian, keberadaan mereka semua diketahui dan mereka ditangkap. Mereka disiksa dengan sangat keras agar menyangkal imannya, namun tidak satu siksaanpun yang berhasil mengalahkan kesetiaan pada iman mereka. Pada 27 September 1637, Laurensius dibawa ke Nagasaki dan menerima siksaan terakhirnya, yaitu digantung secara terbalik. Laurensius Ruiz meninggal dunia pada 29 September 1637 di Nagasaki. Pada 18 Februari 1981 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II, dan pada 18 Oktober 1987 ia dikanonisasi oleh Paus yang sama.
Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Senin Biasa XXVI - Thn I

Renungan Hari Senin Biasa XXVI, Thn B/I
Bac I  Za 8: 1 – 8; Injil              Luk 9: 46 – 50;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Nabi Zakaria. Di dalam kitabnya, Zakaria menyampaikan firman Allah kepada orang Israel. Yang mau dikatakan di sini adalah bahwa Tuhan Allah akan selalu memperhatikan umat-Nya. Dia akan hadir di tengah kehidupan bangsa Israel dan merawat mereka sepanjang hari. Namun dibutuhkan sikap berserah diri umat Israel hanya kepada Allah saja. Umat Israel harus bergantung sepenuhnya kepada Allah dalam kesetiaan dan kebenaran.
Sikap bergantung ini kembali diungkapkan Tuhan Yesus dalam Injil. Diceritakan bahwa para murid bertengkar soal siapa yang terbesar di antara mereka. Tuhan Yesus mengambil seorang anak kecil sebagai jawabannya. “Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.” Anak kecil tidak punya kekuatan dalam dirinya sendiri. Dia juga tak memiliki kuasa. Hidupnya hanya bergantung pada orangtua. Sikap inilah yang hendak diwartakan Tuhan Yesus. Para murid diharapkan memiliki sikap demikian, bergantung kepada Allah, karena orang yang demikianlah yang terbesar.
Tak bisa dipungkiri dewasa ini banyak orang mengejar harta dan jabatan. Kesuksesan dan kehebatan seseorang diukur dari seberapa banyak harta yang dimilikinya, serta apa dan seberapa banyak jabatan yang dipunyainya. Gejala ini bukan hanya merasuk kehidupan masyarakat awam, tetapi juga menyentuh kehidupan kaum berjubah. Orang menggantungkan dirinya pada harta dan jabatan itu. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mengubah pola pandang seperti ini. Tuhan menghendaki supaya kita bergantung kepada-Nya.***
by: adrian