Sabtu, 19 September 2015

Orang Kudus 19 September: St. Theodorus

SANTO THEODORUS, USKUP & PENGAKU IMAN
Informasi mengenai orang kudus ini sangat terbatas. Yang pasti Theodorus hidup pada abad VII. Sepeninggal Uskup Canterbury, Bapa Paus memilih Theodorus sebagai penggantinya, meskipun usianya sudah 66 tahun. Theodorus yang dikenal sebagai biarawan awam ini lahir pada tahun 602 di Tarsus (Turki Timur), kota kelahiran Santo Paulus Rasul.
Sebagai gembala umat, Theodorus menyadari situasi umum Gereja di Inggris. Gereja belum benar-benar berakar di tanah Inggris. Oleh karena itu, ia berusaha keras untuk memecahkan berbagai masalah yang ada dalam tubuh Gereja. Ia memanggil sinode pada uskup Inggris untuk mendiskusikan masalah-masalah itu sampai tuntas. Tata cara hidup para imam, biarawan/wati dan lembaga-lembaga gerejawi dibaharuinya. Di bidang pendidikan ia membuka sekolah-sekolah di bawah pimpinan Adrianus dari Afrika. Ia membaharui liturgi, nyanyian-nyanyian koral dan menegakkan hukum Gereja, serta berusaha mempererat hubungan Gereja di Inggris dengan Roma. Theodorus meninggal dunia pada tahun 690.
sumber: Iman Katolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Sabtu Biasa XXIV - Thn I

Renungan Hari Sabtu Biasa XXIV, Thn B/I
Bac I  1Tim 6: 13 – 16; Injil                Luk 8: 4 – 15;

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus menyampaikan pengajaran-Nya dalam perumpamaan tentang penabur. Dari kisah perumpamaan itu terlihat ada empat jenis tanah, yaitu tanah pinggiran jalan, tanah berbatu, tanah bersemak dan tanah subur. Dikatakan bahwa penabur menaburkan benihnya ke semua jenis tanah tersebut. Tentulah semua pendengar-Nya sepakat bahwa tanah subur merupakan lahan ideal bagi penabur. Karena itu, kenapa penabur tidak menaburkan benihnya ke tanah yang subur saja. Dari sini, pasti sebagian orang berpikir agar tiga jenis tanah yang lain harus diolah dahulu menjadi tanah subur sehingga cocok dijadikan lahan kebun.
Paulus, dalam suratnya yang pertama kepada Timotius, yang menjadi bacaan pertama hari ini, berseru, “Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” (ay. 14). Sama seperti perumpamaan penabur di atas tidak ada alternatif lain selain tanah subur, demikian pula hidup jemaat yang dipimpin oleh Timotius. Mereka harus mengikuti perintah Tuhan dengan tidak bercela.
Hidup itu penuh dengan pilihan. Kalau salah pilih akan berdampak negatif dalam kehidupan. Namun bila pilihannya pas dan benar, maka akan membawa sukacita dan kebahagiaan. Kiranya hal inilah yang disampaikan Tuhan melalui sabda-Nya. Tuhan menghendaki agar kita tidak salah pilih. Terhadap pilihan Tuhan, kita hendaknya setia mengikutinya. Sama seperti nasehat Paulus kepada Timotius. Kita harus mengikuti kehendak Tuhan dengan tidak bercela.***
by: adrian