Sabtu, 01 Juni 2013

(Pencerahan) KORUPSI Berawal dari Cinta Uang

CINTA UANG AWAL DARI KORUPSI
Enam hari sebelum paskah, Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia, dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.

Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata, "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?"

Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. (Yoh 12: 1 - 6).

Uang itu memang menggoda, karena ia adalah salah satu bentuk godaan. Uang, sebagai godaan, masuk dalam kelompok harta kekayaan. Oleh karena itu, orang yang selalu dan sering bersentuhan dengan uang, seperti kasir, bendahara, dll, adalah orang pertama yang digoda atau tergoda.

Contoh di atas sudah membuktikan. Yudas Iskariot adalah pemegang kas kelompok para murid. Dia memegang uang. Dan uang itu juga yang menggoda dia. Makanya dikatakan ia sering mengambil uang dalam kas. Bahkan karena godaan uang ia rela menjual Yesus.

Kita juga tentu masih ingat Muhammad Nazaruddin, mantan bendahara Partai Demokrat, atau Gayus HP Tambunan. Mereka-mereka ini selalu bersentuhan dengan uang. Karenanya, uang itu juga yang menggoda mereka untuk korupsi.

Apakah korupsi ini terjadi karena iman yang lemah? Bisa ya, bisa juga tidak. Namun harus diingat bahwa sekuat apapun iman seseorang, jika terus menerus digedor dengan godaan tadi, pastilah lemah juga. Bayangkan, setiap hari bersentuhan dengan godaan itu. Yesus sendiri pernah mengatakan bahwa sekalipun roh itu memang penurut, namun daging lemah, sehingga kita harus waspada supaya tidak jatuh dalam godaan (Mat 26: 41).


Bukan lantas berarti iman itu tidak ada gunanya. Iman tetap dibutuhkan. Akan tetapi, iman yang kuat ini harus ditunjang dengan transparansi laporan keuangan. Iman yang dibantu dengan transparansi akan membuat orang tahan akan godaan uang. Transparansi merupakan salah satu langkah pencegahan agar orang tidak larut dalam godaan uang dalam tindakan korupsi. Karena korupsi itu tumbuh dalam suasana ketertutupan.

Orang Kudus 1 Juni: St. Simeon

Santo simeon, pengaku iman
Informasi mengenai orang kudus ini sangat terbatas. Simeon menempuh pendidikan di Konstantinopel dan hidup bertapa di tepi Sungai Yordan. Pria berdarah Yunani ini kemudian menjadi rahib di biara Bethlehem dan Gunung Sinai. Ia lebih suka hidup menyendiri dan menetap di seputar pantai Laut Merah dan di puncak gunung. Namun kemudian pimpinan biara mengutusnya ke Perancis. Setelah menjelajahi berbagai daerah, ia secara sukarela hidup terkunci di dalam sebuah bilik di suatu biara di Trier, Jerman, sampai saat kematiannya.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Sabtu Biasa VIII-C

Renungan Hari Sabtu Biasa VIII, Thn C/I
Bac I   : Sir 51: 12 – 20; Injil         : Mrk 11: 27 – 33

Sabda Tuhan hari ini mau berbicara tentang kebijaksanaan. Putra Sirakh, dalam bacaan pertama, mengisahkan betapa kebijaksanaan itu sangat berharga. Karena begitu berharganya, maka ia memperjuangkannya dengan hati dan mengarahkan hati kepadanya (Sir 51: 19 – 20). Kebijaksanaan itu bersumber dari Tuhan dan dipergunakan untuk sesama, bukan untuk diri sendiri.

Yesus menyadari betapa imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri. Mereka tidak bijaksana, namun berlaku seolah-olah bijaksana. Karena itulah Yesus mengajukan pertanyaan bijak untuk menguji kebijaksanaan mereka. Dan ternyata mereka hanya mementingkan kepentingannya saja.

Karena itu, pesan Tuhan dalam sabda-Nya hari ini adalah agar kita jangan meniru para imam kepala, ahli Taurat dan tua-tua yang berlagak bijaksana tetapi tidak bijaksana. Tuhan menghendaki agar kita selalu mengejar dan melakukan kebijaksanaan dalam kehidupan kita. Melakukan kebijaksanaan berarti juga melakukan kebaikan kepada sesama kita. Dan itulah yang dikehendaki Tuhan.

by: adrian