Senin, 16 November 2015

Orang Kudus 16 November: St. Yohanes de Castillo

SANTO YOHANES DE CASTILLO, IMAM & MARTIR
Yohanes de Castillo lahir pada 1596 di Spanyol. Untuk menjawab panggilan Tuhan, ia kemudian memudtuskan untuk bergabung dengan Serikat Yesus. Mendengar kisah Santo Rochus Gonzales di Paraguay, Yohanes bersama dengan Santo Alphonsus Rodriguez memutuskan untuk membantu. Mereka membangun sebuah reduksi baru, akan tetapi apa yang mereka kerjakan tidak disukai oleh para dukun Indian.
Dua hari sebelum kemartirannya, para dukun Indian menyerang dan membunuh St. Rochus Gonzales dan St. Alphonsus Rodriguez. Tak lama kemudian, para dukun yang sama membunuh Yohanes.
Yohanes de Castillo meninggal dunia sebagai martir pada 17 November 1628 di Caaro, Brazil. Ia dibeatifikasi pada tanggal 28 Januari 1934 oleh Paus Pius XI, dan pada 16 Mei 1988 ia dikanonisasi oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 16 November: St. Alphonsus Rodrigues

SANTO ALPHONSUS RODRIGUES, IMAM & MARTIR
Alphonsus Rodrigues lahir pada 1598 di Spanyol. Untuk menjawab panggilan Tuhan, ia kemudian memutuskan untuk bergabung dengan Serikat Yesus. Ketika mendengar kisah Santo Rochus Gonzales di Paraguay, Alphonsus bersama dengan Santo Yohanes de Castillo memutuskan untuk membantu. Mereka membangun sebuah reduksi baru, akan tetapi apa yang mereka kerjakan tidak disukai oleh para dukun Indian.
Dua hari sebelum kemartirannya, para dukun Indian menyerang dan membunuh St. Rochus Gonzales dan St. Yohanes de Castillo. Tak lama kemudian, para dukun yang sama membunuh Alphonsus.
Alphonsus Rodrigues meninggal dunia sebagai martir pada 15 November 1628 di Caaro, Brazil. Ia dibeatifikasi pada tanggal 28 Januari 1934 oleh Paus Pius XI, dan pada 16 Mei 1988 ia dikanonisasi oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Senin Biasa XXXIII - Thn I

Renungan Hari Senin Biasa XXXIII, Thn B/I
Bacaan pertama hari ini diambil dari kitab Makabe yang pertama. Di sini dikisahkan bahwa ada banyak orang Israel yang murtad, meninggalkan Allahnya dan beralih kepada allah lain. Ada banyak alasan kenapa mereka meninggalkan Allah Israel. Salah satunya adalah takut mengalami penderitaan. Hal ini dikarenakan orang-orang yang percaya kepada allah lain mengalami sukacita, tidak mengalami aniaya dan siksa. Akan tetapi, tidak sedikit juga orang Israel yang tetap setia. Mereka menetapkan hatinya pada Allah. “Lebih sukalah mereka mati daripada menodai dirinya...” (ay. 63). Artinya, mereka siap menderita demi cinta dan kesetiaannya kepada Allah Israel, yang telah lebih dahulu mencintai mereka.
Sikap menetapkan hati kepada Tuhan ditampakkan dalam diri orang buta yang duduk di pinggiran jalan dan mengemis. Inilah yang ditampilkan dalam Injil hari ini. Ketika orang buta tahu bahwa yang lewat itu adalah Tuhan Yesus, maka segera ia berseru, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” (ay. 38). Sekalipun orang banyak menegor dan menghalanginya, ia tetap berteriak. Inilah keteguhan hatinya. Ia sadar bahwa pada Tuhan Yesus ada harapannya. Dan itulah yang terjadi. Ia mendapatkan harapannya.
Beriman menuntut keteguhan hati. Meski badai dan tantangan senantiasa silih berganti, hendaklah iman tidak tergoyahkan. Inilah yang hendak disampaikan Tuhan lewat sabda-Nya. Dalam hidup, iman kita terkadang bersentuhan dengan kepentingan-kepentingan. Ada orang, yang demi naik pangkat, terpaksa meninggalkan imannya. Ada juga yang meninggalkan iman karena pernikahan. Tuhan tidak ingin kita menggadaikan iman hanya demi kesenangan diri, sebagaimana yang dilakukan sebagian orang Israel yang meninggalkan Allah demi mencari kenyamanan diri. Hendaklah kita meniru keteguhan hati si pengemis buta.***
by: adrian