Kamis, 22 Oktober 2020

MARI MEMAKNAI WAKTU DALAM HIDUP


Hidup manusia dapat dibagi ke dalam tiga masa: lalu, kini dan depan. Perjalanan hidup manusia berawal dari masa lalu dan terarah ke masa depan. Manusia berada pada masa kini. Masa lalu sudah lewat. Masa lalu tidak dapat diubah.  Itu sebabnya waktu begitu amat bernilai. Renungkanlah, di umur kita saat ini, apa saja yang sudah dilakukan dan hasilkan?

Charles Spezzano, dalam bukunya 'What to Do Between Birth and Death', mengatakan bahwa sebenarnya orang tidak membayar barang dan jasa dengan uang mereka, tetapi mereka membayarnya dengan waktu. Ini mau menunjukkan betapa penting dan berharganya waktu dalam hidup.

Jika kita berkata pada diri sendiri, dalam lima tahun, saya akan memiliki cukup uang untuk membeli rumah itu, sebenarnya kita sedang mengatakan bahwa harga rumah itu adalah sebanyak lima tahun, yaitu seperdua belas usia dewasa kita. Ungkapan menghabiskan waktu bukanlah kiasan. Itulah cara kehidupan berputar.

Bagi seseorang di industri tertentu, waktu 1 atau 5 menit saja bisa sangat berarti. Sudah banyak pebisnis yang kehilangan proyek karena terlambat datang ke sebuah pertemuan bisnis akibat pesawat yang tertunda keberangkatannya. Kemacetan yang sering melanda kota Jakarta mendatangan kerugian miliaran rupiah.

Jadi daripada kita memikirkan apa yang dapat kita lakukan dengan ukuran uang, pikirkan dalam ukuran waktu. Memandang pekerjaan dari sudut pandang ini dapat mengubah cara kita dalam mengatur waktu. Ingat, harus kita yang mengatar waktu, bukan waktu yang mengatur kita.

diambil dari tulisan 7 tahun lalu

KISAH SEORANG ANAK MEMBELI KEAJAIBAN


Tess baru berumur delapan tahun ketika dia mendengar ibu dan ayahnya sedang berbicara mengenai adik lelakinya, Andrew. Ia sedang menderita sakit yang parah dan mereka telah melakukan apapun yang bisa mereka lakukan untuk menyelamatkan jiwanya. Hanya operasi yang sangat mahal yang sekarang bisa menyelamatkan jiwa Andrew, tapi mereka tidak punya biaya untuk itu. Tess mendengar ayahnya berbisik, "Hanya keajaiban yang bisa menyelamatkannya sekarang."

Tess pergi ke tempat tidur dan mengambil celengan dari tempat persembunyiannya. Lalu dikeluarkannya semua isi celengan tersebut ke lantai dan menghitung secara cermat. Dengan membawa uang tersebut, Tess menyelinap keluar dan pergi ke toko obat di dekat rumah. Ia menunggu dengan sabar sampai sang apoteker memberi perhatian, tapi dia terlalu sibuk dengan orang lain untuk diganggu oleh seorang anak berusia delapan tahun. Tess berusaha menarik perhatian dengan menggoyang-goyangkan kakinya, tapi gagal. Akhirnya dia mengambil uang koin dan melemparkannya ke kaca etalase. Berhasil!

"Apa yang kamu perlukan?" Tanya apoteker tersebut dengan suara marah.

"Adikku sakit, aku ingin membeli keajaiban."

"Apa kamu bilang?" Tanya si apoteker lagi.

"Ayahku bilang hanya sebuah keajaiban yang dapat menyelamatkan adikku sekarang dari penyakitnya. Jadi berapa harga sebuah keajaiban?"

"Kita tidak menjual keajaiban di sini, nak. Aku tidak bisa menolongmu."

"Dengar, aku mempunyai uang untuk membelinya. Katakan saja berapa harganya." Ia memaksa.