Sabtu, 02 Maret 2013

Pesan Terakhir Pengunduran Paus

PESAN PERPISAHAN PAUS BENEDIKTUS XVI
Tepat pkl. 10.35 pagi waktu Roma, Rabu, 27/2/2013, Papa Mobil meluncur pelan, masuk ke Lapangan Santo Petrus dari samping kanan Basilika. Di belakangnya duduk Sekretaris pribadi, Mgr.. Georg Gaenswein, yang sudah ditahbiskan paus menjadi Uskup Agung pada 6 Januari 2013 lalu dan merangkap Kepala Rumah Tangga Prefettura Sri Paus.


Ketika melihat Papa Mobil, umat yang hadir semakin kuat dan ramai meneriakkan yel-yel seraya bertepuk tangan meriah. Setelah melewati beberapa blok untuk menyalami umat diiringi Musik Militer dari wilayah kelahirannya, Bavaria, Jerman, beliau naik ke Singgasana, sebuah Kursi putih yang sudah akrab dengannya sejak 8 tahun ini. Seperti biasa, sebelum duduk, beliau merentangkan kedua tangan ke arah para hadirin, seolah-olah ingin merangkul mereka satu persatu. Di saat itu keharuan mulai terasa. 

Setelah rangkaian salam dan pembacaan dari Kitab Suci, beliau mulai membacakan wejangannya yang terakhir. Hadirin hening dan mendengar dengan penuh perhatian. Sering juga hadirin menyela Sri Paus dengan tepukan tangan panjang dan yel “Benedetto”, terutama ketika beliau mengungkapkan kata-kata peneguhan dan pujian yang masuk hingga ke lubuk hati pendengar.

Dalam sambutannya Sri Paus mengucapkan terima kasih kepada Tuhan yang telah memilih dan mempercayakan tugas ini kepadanya. Katanya:”Delapan tahun lalu, ketika sudah jelas bahwa diri saya terpilih menjadi Paus, pertanyaan yang dominan di dalam hati saya adalah: Tuhan, apa yang Kau inginkan dariku? Mengapa Engkau memilihku? Saya tahu bahwa sejak itu saya memikul beban berat di bahu saya”, tutur Sri Paus. 

Lebih lanjut Sri Paus menegaskan bahwa delapan tahun yang lalu adalah tahun-tahun yang indah dan penuh arti. Tetapi juga masa-masa penuh tantangan, sehingga Gereja ibarat bahtera para rasul yang terombang-ambing di danau Genesaret. Badai dan gelombang menerjang menimbulkan rasa takut dan panik, dan Tuhan tidur di buritan. Tetapi syukur, Tuhan tidak meninggalkan bahtera ini, karena bahtera ini bukan milik kita manusia atau milik saya pribadi, tetapi milik Tuhan sendiri. Mendengar itu, umat yang hadir bertepuk tangan ramai sambil meneriakkan nama Sri Paus. Beliu sadar bahwa selama masa bakti, Tuhan senantiasa dekat dengan umatNya dan menganugerahkan segala yang perlu untuk kemajuan GerejaNya. 

Sri Paus juga mengungkapkan terima kasih kepada para pekerjanya di Tahta Suci Vatikan dan seluruh umat yang tersebar di seluruh dunia. Selama masa jabatannya, beliau betul merasakan dukungan dan kedekatan umat Katolik seluruh dunia, sekalipun banyak dari mereka yang belum pernah berjumpa dengannya secara langsung.

Diakhir sambutan yang berdurasi kurang lebih 20 menit itu, Paus Benediktus XVI meneguhkan hati dan iman umat Katolik sedunia. Katanya dalam nada getar: “Saya pergi. Itu keputusan yang saya ambil dengan sukarela. Tetapi kamu harus tetap riang gembira di dalam iman. Saya pergi bukan untuk urusan pribadi. Saya pergi untuk membaktikan diri kepada doa untuk Gereja kita yang kita cintai ini. Tuhan yang memanggil kita ke dalam satu komunitas iman, akan tetap bersama kita, memenuhi hati kita dengan harapan dan menyinari kita dengan kasihNya tanpa batas.”

Usai sambutan terakhir ini, hadirin yang saat itu sudah membludak hingga ujung Via della Conciliazione berdiri, memberikan aplaus panjang. Lambaian bendera-bendera dan spanduk-spanduk kelihatan semakin tenang pertanda sedih. Sri Paus pun berdiri, melambaikan tangan kepada hadirin. Sebuah momentum kuat yang sempat menuai deraian air mata.

Upacara dilanjutkan dengan penyampaian ucapan Salam pisah dan terima kasih dari para hadirin yang diwakili melalui kelompok bahasa Inggris, Italia, Jerman, Spanyol, Portugis, Polandia dan Arab. 

Di akhir audiensi, Sri Paus dan hadirin bersama-sama menyanyikan lagu Bapa Kami di dalam bahasa Latin. Lalu beliau menutup dengan berkat terakhirnya sebagai Paus. 

Beliau turun tahta. Berjalan menuju Papa Mobil, mengambil tempat duduk. Papa Mobil turun perlahan dari pelataran Basilika menuju hadirin. Tahtanya, Kursi putih, tinggal kosong. 

Sri Paus bergerak keluar, diiringi aplaus panjang, memanggil-manggil namanya dan seraya air mata tetap berderai. Di atas Papa Mobil beliau terus merentangkan kedua tangannya, seakan-akan ingin membawa pergi sekitar 200.000-an hadirin bersamanya. 

Rangkulan lengannya tentu terlalu pendek untuk jumlah sebesar ini, apalagi untuk umat Katolik sedunia. Tetapi di dalam doa dari atas bukti Mons Vaticanus, beliau dan seluruh umat Katolik di lima benua akan tetap bersatu. Terima kasih Bapa Suci Bekediktus XVI. 

Laporan P. Markus Solo, SVD
Langsung dari Tahta Suci, Vatikan - See more at: http://www.hidupkatolik.com/2013/02/28/vatikan-pesan-perpisahan-paus-benediktus-xvi#sthash.4SC2XH3o.dpuf

Orang Kudus 2 Maret: St. Simplisius

SANTO SIMPLISIUS, PAUS & MARTIR
Kisah tentang Simplisius tidak banyak diketahui. Tanggal kelahirannya pun tidak diketahui. Yang tercatat tentang dirinya ialah bahwa Simplisius diangkat menjadi paus pada tanggal 3 Maret 468 dan memimpin Gereja hingga kematiannya pada tanggal 10 Maret 483.

Selama masa kepausannya, Simplisius dengan gigih mempertahankan primasi Takhta Suci di Roma dan menentang bidaah Monophysitisme yang berkembang pesat di belahan dunia Timur. Reaksinya diungkapkan dalam sebuah surat kecaman yang ditujukan kepada Kaisar Basiliscus dan Zeno. Kecuali itu, di dalam surat itu pun Simplisius dengan keras mengecam penangkapan atas diri Patriark Aleksandria oleh Petrus Mongus dan Timotius Ailurus, pengikut aliran sesat itu; juga ia mengecam penangkapan atas diri Uskup Antiokia oleh Petrus Fullo, penyebar ajaran sesat lainnya.

Kemartiran Simplisius dituliskan oleh Ado dari Vienne dalam bukunya tentang martir-martir Roma yang dibunuh karena imannya kepada Kristus.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Sabtu Prapaskah II-C

Renungan Hari Sabtu Prapaskah II, Thn C/I
Bac I : Mi 7: 14 – 15, 18 – 20; Injil       : Luk 15: 1 – 3, 11 – 32

Sabda Tuhan hari ini mau menggambarkan kemahamurahan dan kemaharahiman Allah terhadap umat manusia. Kerahiman dan kemurahan Allah itu tampak dalam pengampunan atas dosa dan kesalahan umat-Nya.

Dalam bacaan pertama Nabi Mikha mengatakan bahwa tidak ada yang menyerupai Allah Israel dalam pengampunan dosa dan kesalahan umat-Nya. Bagi Mikha, Allah lebih setia pada kasih dan perjanjiannya untuk menyelamatkan manusia daripada menghukum atau membinasakan mereka. Sekalipun umat Israel berdosa dan melanggar janjinya kepada Tuhan, tetap saja Allah tidak murka, melainkan menunjukkan kasih setia-Nya.

Hal yang sama juga ditampilkan Yesus dalam perumpamaan anak yang hilang. Allah digambarkan seperti bapa yang senantiasa menantikan kedatangan anak bungsunya pulang. Dan ketika pulang, si bapa tidak mengungkapkan kemarahan atau nasehat-nasehat, melainkan mengungkapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta. Itulah kerahiman dan kemurahan hati Allah.

Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita akan kerahiman dan kemurahan hati Allah kepada kita, umat manusia. Kita diyakinkan bahwa memang Allah senang akan pertobatan manusia. Karena itu, sabda Tuhan ini mengajak kita untuk tidak takut akan keberdosaan kita. Sabda Tuhan mengajak kita untuk mau datang kepada-Nya, sekalipun kita berdosa, dan memohon ampun padan-Nya

by: adrian