Minggu, 30 November 2014

Tahun 2015 sbg Tahun Hidup Bakti

PESAN KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA
MENYONGSONG PERAYAAN TAHUN HIDUP BAKTI

Betapa Indah Panggilan-Mu, Tuhan!”(bdk Mzm 84:2)

Saudara-saudari Umat Beriman, para Imam, Frater, Bruder dan Suster yang terkasih,
Dalam pertemuan dengan para Pemimpin Umum Tarekat  Religius di Roma pada tanggal 27-29 November 2013, Paus Fransiskus mencanangkan tahun 2015 sebagai Tahun Hidup Bakti. Pada tahun yang sama Gereja memperingati 50 tahun dua dokumen penting Konsili Vatikan II, yaitu Perfectae Caritatis (Dekret Tentang Hidup Bakti) dan Lumen Gentium (Konstitusi Dogmatis Tentang Umat Allah). Kedua Dokumen ini secara khusus berbicara tentang hidup bakti.  Kita juga mengenang dengan rasa syukur Dokumen Konsili Ad Gentes yang berbicara tentang peran khusus komunitas hidup bakti dalam perutusan Gereja. Tahun Hidup Bakti akan dibuka secara resmi pada tanggal 21 November 2014 dan akan ditutup pada tanggal 21 November 2015. Pada tanggal 21 November itu diperingati Santa Perawan Maria Dipersembahkan Kepada Allah. Sepanjang tahun itu seluruh umat diajak untuk berdoa dan merenungkan makna hidup bakti bagi hidup dan tugas perutusan Gereja. Hidup Bakti dipahami sebagai hidup yang dipersembahkan kepada Allah dengan kesetiaan mengikuti dan melaksanakan nasihat-nasihat Injil dalam ketaatan, kemurnian dan kemiskinan. Hidup Bakti merupakan tanda nyata dari cita-cita kesempurnaan hidup kristiani yang ditawarkan Allah kepada seluruh umat beriman.  

Makna dan Tujuan Tahun Hidup Bakti
Pencanangan Tahun Hidup Bakti patutlah disyukuri sebagai ajakan kepada seluruh Gereja untuk semakin menyelami makna dan pentingnya pilihan hidup bakti sebagai salah satu bentuk panggilan khusus untuk hidup dan karya pelayanan Gereja. Lebih jauh pencanangan itu dimaksudkan untuk mengobarkan semangat dan cinta putra-putri Gereja agar semakin terbuka, lapang hati dan dengan keberanian iman menjawab panggilan Allah. Tahun Hidup Bakti patutlah dijadikan kesempatan untuk merenung dan membaharui komitmen kesetiaan kepada Tuhan, kepada pelayanan Gereja, kepada pemikiran dan cita-cita dasar pendiri tarekat masing-masing, dan kepada masyarakat pada zaman ini, meskipun ditemui banyak kesulitan dan tantangan. Kesempatan ini sungguh tepat untuk merenungkan kembali bagaimana seluruh umat beriman, khususnya kaum muda, dipanggil Allah untuk mempersembahkan seluruh hidup melalui penghayatan akan nasihat-nasihat Injil demi kemuliaan Allah dan keselamatan sesama serta keutuhan alam ciptaan. Tokoh iman yang patut dijadikan suri-teladan dalam kehidupan demikian adalah Bunda Maria, yang sungguh berserah-diri secara total kepada Allah dengan menyimpan segala perkara iman dalam hatinya dan merenungkannya.   

Renungan Hari Minggu Adven I - B

Renungan Hari Minggu Adven I, Thn B/I
Bac I    Yes 63: 16 – 17, 64: 1, 3 – 8; Bac II           1Kor1: 3 – 9;
Injil      Mrk 13: 33 – 37;

Hari ini merupakan adven pertama. Dalam masa adven, umat diajak untuk mempersiapkan diri akan kedatangan Tuhan. Kedatangan Tuhan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu kedatangan Tuhan pada akhir zaman dan kedatangan Tuhan yang adalah natal. Kedua jenis kedatangan ini menuntut hal yang sama pada umat, yaitu pertobatan sebagai bentuk persiapan. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Nabi Yesaya, diungkapkan bahwa umat harus hidup pantas di hadapan Allah supaya tidak mendapat murka Allah. Hidup pantas di sini dapat diartikan dengan melakukan yang benar dan yang mengingat jalan yang ditunjuk Tuhan.

Apa yang disampaikan Yesaya dalam bacaan pertama, kembali ditegaskan oleh Paulus dalam bacaan kedua. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, Paulus mengajak mereka untuk hidup dengan tidak bercela hingga kedatangan Tuhan. Sekalipun tidak diketahui kapan kedatangan Tuhan itu, umat hendaknya selalu hidup dengan benar sesuai dengan perintah Allah. Inilah yang diharapkan Paulus kepada jemaat di Korintus. Harapan ini menjadi harapan bagi umat di mana saja dan kapan saja.

Tuhan Yesus dalam Injil juga menyinggung soal kedatangan Tuhan. Dengan tegas Tuhan Yesus menyatakan bahwa kedatangan Tuhan itu bisa muncul secara tiba-tiba. Tuhan Yesus berharap agar bila waktunya tiba, umat hidup dalam keadaan siap. Tuhan tidak mau umat mendapat celaka atau murka Allah. Karena itu, sikap yang hendak dibangun adalah berjaga-jaga. Dengan berjaga-jaga, maka umat tidak akan mudah tertidur.

Kedatangan Tuhan merupakan kerinduan setiap umat manusia. Tentulah setiap orang ingin supaya saat Tuhan datang, ia sudah siap. Akan tetapi, tidak ada yang tahu kapan kedatangan Tuhan itu tiba. Manusia hanya bisa menunggu. Dan dalam proses menunggu ini tak jarang kita tertidur atau berdosa. Karena itulah, Tuhan mengajak kita untuk selalu berjaga. Berjaga dapat juga dimengerti sebagai bertobat, menyesali dosa dan kesalahan yang telah dilakukan dan berusaha hidup dengan benar sesuai dengan kehendak Allah.

by: adrian

Sabtu, 29 November 2014

Hukum Mati adalah Efek Jera: Logika yang Sesat


Masalah hukuman mati kembali mencuat setelah MA menganulir hukuman mati bagi terpidana kasus narkoba. Pro kontra pada penerapan hukuman mati pun merebak di media-media dan forum-forum diskusi. Indonesia termasuk salah satu negara yang masih menerapkan hukuman mati. Hukuman mati dalam undang-undang hanya dikenakan kepada terpidana kasus narkoba dan kasus kejahatan kemanusiaan, seperti teroris. Penerapan hukuman mati buat terpidana korupsi juga sedang dalam pembahasan beberapa ormas.

Mereka yang menentang hukuman mati mendasarkan alasannya pada aspek hak asasi manusia (HAM), sementara mereka yang mendukung diterapkannya hukuman mati didasarkan pada asalan efek jera. Mereka yang mendukung melihat bahwa dengan efek jera yang ditimbulkan oleh hukuman mati dapat mengurangi tingkat kejahatan, atau malah menghilangkannya.

Akan tetapi, haruskah pelakunya dihukum mati? Apakah efek jera hanya dengan cara hukuman mati?

Logika Sesat
Seorang mantan hakim yang pernah menjatuhkan hukuman mati, dalam wawancara dengan Metro TV pagi (11/10/12), mengungkapkan alasan sederhananya bahwa rakyat mendukung. Ia mengambil contoh, ketika terhadap kejahatan berat dijatuhi hukuman bebas, maka rakyat akan marah; namun ketika dijatuhi hukuman mati maka rakyat diam saja. Diamnya rakyat dinilai sebagai bentuk persetujuan pada putusan tersebut.

Saya melihat ini merupakan suatu kesesatan berpikir. Pertama, mantan hakim ini mengambil contoh hitam putih sehingga tidak memberi peluang pada warna lain. Ia hanya memberi putusan antara bebas dan hukuman mati, tanpa memberi kesempatan pada pilihan lain. Sehingga kalau tidak A, maka Z. Padahal antara A dan Z masih ada banyak pilihan. Antara putusan bebas dan hukuman mati, masih ada banyak hukuman lain, mulai dari ringan, agak ringan, agak berat, berat, sangat berat sampai pada hukuman seumur hidup.

Sebuah ironisme ditampilkan pada siang harinya di Metro TV. Salah satu berita yang ditampilkan adalah peristiwa pengadilan terhadap kasus cabut rumput. Dalam sidang itu hakim akhirnya memberikan putusan bebas bagi terdakwa. Reaksi pengunjung dalam sidang itu adalah senang dan gembira. Saya yakin, jika seandainya terdakwa divonis hukuman mati (jangankan hukuman mati, hukuman ringan pun) pasti hakim akan menuai amarah dan protes.

Kedua, sekalipun hukum itu harus menyentuh rasa keadilan rakyat, namun suara hati tetap harus dijunjung tinggi. Diamnya rakyat terhadap putusan hukuman mati belum tentu berarti bahwa putusan itu sudah menjawab rasa keadilan rakyat. Harus bisa dibedakan antara rasa adil dan rasa puas. Kebanyakan orang baru merasa puas jika keinginannya terpenuhi. Orang masih hidup dalam jaman jahiliyah: mata ganti mata, gigi ganti gigi. Jadi, bila ada keluarga saya mati, maka pelakunya juga harus mati. Di situlah saya baru puas; dan kepuasan inilah yang dikatakan keadilan.

Memang hukum harus berpihak pada rasa keadilan rakyat. Namun hakim adalah penengah. Ia tidak memihak pada rakyat dan juga terhukum. Oleh karena itulah hakim selalu disimbolkan dengan dewi keadilan yang matanya tertutup. Dia memutuskan perkara dengan mendengarkan suara hatinya.

Orang sering mengatakan bahwa hukuman mati dapat menimbulkan efek jera. Sampai saat ini belum terbukti korelasinya. Negara China yang selalu menjadi rujukan pun tidak dapat membuktikan korelasi antara hukuman mati dan efek jera. Malahan di negara-negara yang tidak ada hukuman mati justru tingkat kejahatannya minim.

Orang Kudus 29 November: St. Dionisius

BEATO DIONISIUS & REDEMPTUS, MARTIR
Beato Dionisius memiliki nama asli Pierre Berthelot. Ia lahir pada 13 Desember 1600 di Honfleur, Calvados, Perancis. Pierre adalah putera seorang pelaut, yang sejak kecil sudah mengikuti ayahnya menjadi seorang pelaut, yang telah mengunjungi berbagai tempat, seperti Spanyol, Inggris dan Amerika. Ia juga dikenal sebagai seorang katografer dan kosmografer.

Pada tahun 1635, ketika berlayar ke India, ia bergabung dengan Ordo Karmel Tak Berkasut di Goa. Setelah mengikrarkan kaulnya pada 25 Desember 1636, ia mendapat nama baru Dionisius. Tahbisan imam diterima Dionisius pada 24 Agustus 1638.

Kemudian ia bertemu dengan Beato Redemptus. Berdua mereka pergi ke Aceh (Indonesia), pada 25 September 1638. Di sana mereka ditangkap oleh penguasa setempat, setelah mendapat hasutan dari Belanda. Mereka disiksa dan diminta untuk meninggalkan imannya. Akan tetapi mereka menolak dengan tegas. Dionisius meninggal dunia pada 29 Desember 1638 di Aceh.

Dikisahkan bahwa jasad mereka selama 7 bulan tidak hancur, tetapi tetap segar seperti sedang tidur. Menurut saksi mata, jenazah Dionisius sangat merepotkan orang sekitarnya, karena setiap kali dibuang ke laut atau ke tengah hutan, jenazahnya kembali lagi ke tempat ia dibunuh. Akhirnya jenazahnya dimakamkan dengan hormat di Pulau Dien. Kemudian dipindahkan ke Goa, India. Pada 10 Juni 1900 ia dibeatifikasi oleh Paus Leo XIII.

Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Sabtu sesudah HR Kristus Raja - Thn II

Renungan Hari Sabtu Biasa XXXIV, Thn A/II
Bac I    Why 22: 1 – 7; Injil               Luk 21: 34 – 36;

Kalau kemarin Injil menutup rangkaian pewartaan Tuhan Yesus tentang akhir zaman dengan sebuah perumpamaan pohon ara atau pohon apa saja, hari ini Tuhan Yesus melanjutkan pengajaran-Nya dengan memberikan nasehat. Ada dua nasehat pokok Tuhan Yesus yang saling melengkapi satu sama lain, yaitu berjaga-jaga dan berdoa. Dengan berjaga-jaga di sini, Tuhan Yesus mengajak para pendengar-Nya untuk tidak larut dalam hal-hal duniawi. Tuhan Yesus mengindikasikan bahwa hal-hal duniawi itu dapat mencelakakan hidup kita. Dengan berdoa, kita akan mendapatkan kekuatan untuk menghadapi semuanya itu. Jika kita setia menghayati nasehati Tuhan Yesus ini maka kita akan berbahagia kelak.

Gambaran bahagia juga dinyatakan dalam Kitab Wahyu. Yohanes dalam bacaan pertama, seakan mau menegaskan apa yang diungkapkan Tuhan Yesus dalam Injil. Setelah melukiskan gambaran awal dan akhir dari pengadilan akhir zaman, Yohanes menegaskan bahwa mereka yang setia pada ajaran Tuhan akan mengalami kebahagiaan. Kebahagiaan itu bukan hanya karena diluputkan dari siksaan abadi, melainkan karena benar-benar menikmati kebahagiaan abadi bersama Bapa di surga.

Akhir zaman atau yang biasa disebut dengan hari kiamat merupakan perjalanan akhir hidup kita di dunia ini. Memang kita tidak tahu saatnya. Namun masing-masing kita bakal akan menghadapinya. Untuk itu diperlukan persiapan. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mempersiapkan diri menghadapi akhir zaman itu. Ada dua persiapan penting, yaitu berjaga-jaga dan berdoa. Dengan berjaga-jaga, maka hidup kita akan tetap terarah pada kehendak Allah. Memang tantangan dan godaan sangat berat, dan kita pun punya kelemahan. Akan tetapi, kita perlu juga berdoa memohon kekuatan dari Tuhan.

by: adrian

Jumat, 28 November 2014

Salah Nama dalam Doa

Sudah tiga bulan lamanya Fidelis bergelut dengan penyakitnya. Sudah empat rumah sakit dia masuki. Akan tetapi penyakitnya tak kunjung sembuh juga. Total biaya semuanya sekitar 80 jutaan. Hal inilah yang membuat dia mulai stres.

Dalam keadaan stress itu, dia masuk ke kapel dan berdoa.

Feliks     : Tuhan, kenapa Kau biarkan aku menderita begini? Aku sudah menghabiskan biaya yang sangat besar. Aku malu. Aku bingung. Aku stres.

Kenapa Engkau tak memberiku kesembuhan? Padahal waktu aku di Jakarta ada banyak kelompok orang mendoakan aku. Di sini juga demikian. Bapak Uskup, Vikjen, dan umat mendoakan mohon kesembuhanku. Tapi, kenapa aku tak kunjung sembuh juga.

Dalam keheningan, tiba-tiba muncul suatu suara…..

Suara : Anak-Ku. Setiap doa yang dipanjatkan, selalu Ku dengar dan Ku kabulkan.

Feliks : Akh masak sih?

Suara : Benar. Sudah sepekan ini Aku menerima ungkapan syukur dari Feliks ini, Feliks itu dan Feliks yang lain. Jadi, setiap doa yang dipanjatkan telah Kuindahkan.

Feliks : Tapi, kenapa aku tak sembuh-sembuh juga?

Suara : Itu karena mereka mendoakan kesembuhan Feliks, bukan kamu. Kamu itu Fidelis.

Feliks  : %$#@*&^6%$??????
Pangkalpinang, 30 Oktober 2014
by: Adrian
Baca juga humor lainnya:

Orang Kudus 28 November: St. Yakobus Marka

SANTO YAKOBUS MARKA, PENGAKU IMAN
St. Yakobus memiliki nama asli Dominic Gangala. Ia lahir pada 1 September 1391 di Monteprandone, Ancona, Italia. Dominic merupakan putera dari sebuah keluarga miskin. Dominic memperoleh pelajaran dari pamannya yang adalah seorang imam. Ia kemudian belajar hukum di Universitas Perugia. Setelah lulus, ia mengajar pada sebuah keluarga bangsawan di Florence, dan bekerja sebagai hakim bagi para penyihir.

Dominic bergabung dengan Ordo Fransiskan di Asisi pada 26 Juli 1416, dan memperoleh nama Yakobus. Ia belajar bersama St. Yohanes dari Kapistrano, dengan St. Bernardinus dari Siena. Pada 13 Juni 1420, ia ditahbiskan sebagai imam dan mulai berkotbah dan banyak membawa orang untuk bertobat. Pada tahun 1427, Yakobus ikut memerangi ajaran sesat di Eropa Tengah dan Utara.

Yakobus juga menyerukan perang salib, dan ketika St. Yohanes meninggal dunia, ia menggantikannya pada tahun 1456. Yakobus berusaha mendamaikan Ordo Fransiskan Observasi dan Konventual, tetapi usahanya gagal. Pada tahun 1460 Yakobus menolak posisi sebagai Uskup Agung Milan. Di akhir masa hidupnya, Yakobus harus menghadapi pihak inkuisisi, terkait masalah homilinya di Brescia.

Yakobus dari Marka meninggal dunia pada 28 November 1476 di Naples, Italia. Pada 12 Agustus 1642 ia dibeatifikasi oleh Paus Urbanus VIII, dan pada 10 Desember 1726 ia dikanonisasi oleh Paus Benediktus XIII.

Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Jumat sesudah HR Kristus Raja - Thn II

Renungan Hari Jumat Biasa XXXIV, Thn A/II
Bac I    Why 20: 1 – 4, 11 – 21: 2; Injil         Luk 21: 29 – 33;

Injil hari ini menutup rangkaian pewartaan Tuhan Yesus tentang akhir zaman. Tuhan Yesus mengakhiri rangkaian pengajaran-Nya dengan sebuah perumpamaan pohon ara atau pohon apa saja. Setiap orang yang mendengarkan-Nya tentu akan segera paham apa yang dimaksud Tuhan Yesus tentang pohon ara. Di sini Tuhan Yesus mau mengajak mereka untuk bersikap bijaksana. Membaca tanda-tanda zaman pada pohon ara saja bisa, maka sudah sepantasnya mereka juga bisa membaca tanda-tanda akhir zaman. Hal ini bertujuan untuk persiapan diri.

Seperti gambaran perumpamaan pohon ara, Yohanes dalam bacaan pertama juga menyinggung soal adanya harapan baru. Dalam Kitab Wahyu, Yohanes mengutarakan bahwa setelah gambaran akhir zaman berlalu, ia melihat adanya langit dan bumi yang baru, Yerusalem baru. Itu ibarat tunas baru yang mengisyaratkan musim panas sudah dekat. Karena itu perlu disikapi dengan bijaksana. Artinya, memang akan ada penghancuran, namun penghancuran itu tidak berlangsung terus menerus. Ada harapan baru akan kebangkitan baru.

Akhir zaman atau yang biasa disebut dengan hari kiamat memang sering diidentikkan dengan kehancuran. Akan tetapi perlu disadari bahwa kehancuran itu bukanlah kehancuran total. Kehancuran itu merupakan awal kehidupan baru. Inilah yang hendak dikatakan Tuhan melalui sabda-Nya. Tuhan menghendaki supaya kita tidak kehilangan harapan ketika akhir zaman itu tiba. Jadi, menghadapi kehancuran pada akhir zaman, kita perlu menyikapinya dengan bijaksana. Jangan cemas akan kehancuran itu. Jangan lantas hilang harapan akan kehancuran itu. Di balik kehancuran itu ada tunas kehidupan baru bagi kita yang setia pada kehendak Allah.

by: adrian

Kamis, 27 November 2014

Kopi & Kesehatan Telinga

MANFAAT KOPI UNTUK PENDENGARAN
Temuan manfaat dari kopi seperti tidak ada habisnya. Dikenal dapat membantu memperbaiki kondisi diabetes, kerusakan mata, hingga penyakit Parkinson. Ternyata kopi juga bermanfaat untuk mencegah penyakit pendengaran seperti tinitus. 

Sebuah studi dalam American Journal of Medicine menemukan, konsumsi satu cangkir atau dua cangkir kopi dalam sehari akan mencegah tinitus atau kondisi berdengung di telinga.

Peneliti asal Brigham and Women's Hospital di Boston menganalisa pada lebih dari 65.000 wanita sehat yang berusia 30 hingga 44 tahun selama 18 tahun. Mereka menemukan, semakin banyak kafein yang dikonsumsi, semakin rendah kemungkinan mereka mengalami tinitus.

"Alasan hubungan antara kafein pada kopi dengan tinitus belum jelas," ujar Dr Gary Curhan, penulis studi dan dokter peneliti di Channing Division of Network Medicine di BWH.

Kafein menstimulasi sistem saraf pusat. Studi sebelumnya yang dilakukan pada hewan menemukan, kafein memiliki dampak langsuung pada telinga bagian dalam. Walau demikian peneliti mencatat perlu adanya penelitian lebih lanjut yang membuktikan kafein dapat mengurangi gejala tinitus.

Studi baru menemukan, orang yang mengonsumsi kafein kurang dari 150 miligram dalam sehari lebih mungkin terkena tinitus daripada mereka yang mengonsumsi 450-599 mg kafein per hari. Diketahui, 150 mg kafein sama dengan satu setengah cangkir kopi, dan 450-599 mg kafein adalah sekitar lima cangkir.

Kendati demikian, lima cangkir kopi dalam sehari merupakan jumlah yang besar. Konsumsi kafein berlebihan diketahui dapat menyebabkan psikosis, osteoporosis, hingga kram otot.

Karena itu, peneliti menyimpulkan, untuk mendapat manfaat optimal dari kopi, maka konsumsinya cukup hingga dua cangkir sehari. Penyajiannya pun tidak dengan menggunakan tambahan apapun, termasuk gula maupun krimer.

Orang Kudus 27 November: St. Frans Antonius Fasani

SANTO FRANSISKUS ANTONIUS FASANI
Giovanniello Fasani lahir pada 6 Agustus 1681 di Lucera, Foggia, Naples, Italia. Ia adalah putera dari Giuseppe Fasani dan Isabella della Monaca. Sejak awal ia sudah memperoleh pendidikan pada sebuah biara FRansiskan Konventual di Lucera. Di sinilah ia merasa sangat terpanggil untuk melayani Tuhan. Giovanniello kemudian bergabung dengan Ordo Fransiskan Konventual di Lucera. Ia memperoleh nama  Fransiskus Antonius dan mengikrarkan kaulnya pada tahun 1696. Pendidikan filsafat ia selesaikan di seminari, dan ia melanjutkan pendidikan teologi di Agnone, dan kemudian di Asisi.

Fransiskus ditahbiskan sebagai imam pada tahun 1705 di Asisi. Ia menyelesaikan pendidikan teologinya ada tahun 1707. Setelah menyelesaikan teologinya, imam baru ini ditempatkan sebagai pastor paroki di Lucera. Ia sangat disukai umat di Lucera, sampai Daunia dan Molise. Fransiskus membaktikan hidupnya untuk melayani Sakramen Pengakuan Dosa dan Sakramen Ekaristi. Fransiskus juga mengajarkan filsafat kepada para novis. Ia kemudian menjadi guardian dan provincial untuk ordonya. Pada tahun 1709 Fransiskus menerima gelar master dalam bidang teologi. Sejak itu ia dikenal dengan sebutan Padre Maestro di Lucera.

Banyak orang mengatakan Fransiskus mewarisi sifat-sifat St.Fransiskus Asisi. Fransiskus juga sangat senang melayani orang miskin, sakit, dan tahanan. Ia dikenal juga sebagai mistikus, dan memiliki beberapa karunia. Ia juga dikenal karena dapat melayang ketika berdoa.

Fransiskus Anonius Fasani, OFM Conv meninggal dunia pada 29 November 1742 di Lucera, Italia. Pada 15 April 1951 ia dibeatifikasi oleh Paus Pius XII, dan pada 13 April 1986 ia dikanonisasi oleh Paus Yohanes Paulus II.

Baca juga riwayat orang kudus 27 November:

Renungan Hari Kamis sesudah HR Kristus Raja - Thn II

Renungan Hari Kamis Biasa XXXIV, Thn A/II

Sabda Tuhan, dalam bacaan pertama dan Injil, hari ini sama-sama berbicara tentang akhir zaman. Ada kesamaan pelukisan akhir zaman, baik dalam bacaan pertama maupun dalam Injil, yaitu happy ending. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Wahyu kepada Yohanes, pertama-tama Yohanes menggambarkan situasi yang kurang mengenakkan. Misalnya seperti kehancuran, tenggelam ke dalam dasar laut, tidak ada suasana gembira dan penuh kegelapan. Namun gambaran ini tidak berhenti di sini, karena Yohanes melanjutkan dengan gambaran yang bertentangan dengan gambaran sebelumnya, yaitu suasana kegembiraan.

Hal yang sama juga terlihat dalam Injil hari ini. Awalnya Tuhan Yesus memberikan lukisan yang sangat menakutkan, misalnya pengepungan musuh, pengungsian, celaka bagi ibu hamil dan menyusui, kesesakan, kematian, dan tanda-tanda alam yang dahsyat. Akan tetapi, Tuhan Yesus tidak berhenti pada gambaran suram saja. Tuhan Yesus menutup pelukisan-Nya dengan situasi yang menyenangkan. “Apabila Anak Manusia datang dalam awan, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.” (ay. 27 – 28).

Gambaran akhir zaman atau yang biasa diistilahkan dengan hari kiamat memang sangat menyeramkan dan menakutkan. Karena itu tak heran jika ada orang yang langsung takut sebelum hal itu terjadi. Sabda Tuhan hari ini coba mengubah persepsi kita selama ini. Hari kiamat merupakan akhir perjalanan hidup kita di dunia ini. Memang gambarannya menyeramkan, namun kita tak perlu cemas atau takut. Hari kiamat tidak semata-mata menyeramkan, karena akhir dari semuanya itu adalah kebahagiaan. Namun kebahagiaan itu hanya diperuntukkan bagi mereka yang telah menunjukkan kesetiaannya kepada kehendak Tuhan sepanjang hidupnya di dunia. Jadi, jika kita senantiasa hidup sesuai dengan kehendak Allah, akhir zaman merupakan awal kebahagiaan abadi.

by: adrian

Rabu, 26 November 2014

Kondisi Remaja Diterima atau Ditolak

KONDISI-KONDISI YANG MENYEBABKAN REMAJA DITERIMA ATAU DITOLAK
Sindroma Penerimaan
#      Kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang menarik perhatian, sikap yang tenang dan gembira
#      Reputasi sebagai seorang yang sportif dan menyenangkan
#      Penampilan diri yang sesuai dengan penampilan teman-teman sebaya
#      Perilaku sosial yang ditandai oleh kerja sama, tanggung jawab, panjang akal, kesenangan bersama orang-orang lain, bijaksana dan sopan
#      Matang, terutama dalam hal pengendalian emosi serta kemauan untuk mengikuti peraturan-peraturan
#      Sifat kepribadian yang menimbulkan penyesuaian sosial yang baik seperti jujur, setia, tidak mementingkan diri sendiri dan ekstraversi
#      Status sosial ekonomi yang sama atau sedikit di atas anggota-anggota lain dalam kelompoknya dan hubungan yang baik dengan anggota-anggota keluarga
#      Tempat tinggal yang dekat dengan kelompok sehingga mempermudah hubungan dan partisipasi dalam pelbagai kegiatan kelompok

Sistem Alienasi
$        Kesan pertama yang kurang baik karena penampilan diri yang kurang menarik atau sikap menjauhkan diri, yang mementingkan diri sendiri
$        Terkenal sebagai seorang yang tidak sportif
$        Penampilan yang tidak sesuai dengan standar kelompok dalam hal daya tarik fisik atau tentang kerapian
$        Perilaku sosial yang ditandai oleh perilaku menonjolkan diri, menganggu dan menggertak orang lain, senang memerintah, tidak dapat bekerja sama dan kurang bijaksana
$        Kurangnya kematangan, terutama kelihatan dalam hal pengendalian emosi, ketenangan, kepercayaan-diri dan kebijaksanaan
$        Sifat-sifat kepribadian yang menganggu orang lain seperti mementingkan diri sendiri, keras kepala, gelisah dan mudah marah
$        Status sosioekonomis berada di bawah status sosioekonomis kelompok dan hubungan yang buruk dengan anggota-anggota keluarga
$        Tempat tinggal yang terpencil dari kelompojk atau ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok karena tanggung jawab keluarga atau karena bekerja sambilan

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 217.
Baca juga:

Orang Kudus 26 November: St. Silvester Gozzolini

SANTO SILVESTER GOZZOLINI, ABBAS & PENGAKU IMAN
Silvester lahir di Osimo, Italia, pada tahun 1177, dari sebuah keluarga bangsawan kaya raya. Pada masa mudanya ia belajar ilmu hokum di Bologna dan Padua sampai selesai dan menjadi seorang ahli hokum di kota asalnya. Namun kemudian ia melepaskan jabatannya itu dan menekuni bidang teologi untuk menjadi imam di Osimo. Kemudian ia meninggalkan semua miliknya dan keramaian kota untuk menjalani kehidupan sebagai seorang petapa yang miskin di Grotta (gua) Fucile.

Dari Fucile, ia pindah ke sebuah biara pertapaan di Monte Fano, Italia. Di sana jugalah ia kemudian pada tahun 1231 mendirikan sebuah biara pertapaan untuk menghimpun semua orang yang menjadi muridnya. Persauadaraa religious mereka terkenal dengan nama Ordo Santo Silvester. Mereka menghayati suatu cara hidup yang keras di bawah panduan aturan-aturan Santo Benediktus, tanpa pernah secara resmi menjadi cabang dari salah satu Ordo Benediktin. Di bawah pimpinan Silvester sendiri selama 36 tahun, Ordo Silvestrin ini berkembang sangat pesat. Selama itu ia berhasil mendirikan 25 buah biara di Italia. Ia wafat pada 26 November 1261 dalam usia 90 tahun, dan dinyatakan ‘kudus’ oleh Paus Klemens VIII (1592 – 1605) pada tahun 1598.

sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 26 November:

Renungan Hari Rabu sesudah HR Kristus Raja - Thn II

Renungan Hari Rabu Biasa XXXIV, Thn A/II
Bac I    Why 15: 1 – 4; Injil               Luk 21: 12 – 19;

Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Wahyu, digambarkan penglihatan Yohanes, yang secara implisit, tentang akhir zaman. Jika kemarin Yohanes melukiskan proses awal akhir zaman, hari ini Yohanes memberikan gambaran proses akhir dari akhir zaman itu. Digambarkan ada sekelompok manusia yang masuk ke dalam kebahagiaan abadi. Mereka melambungkan madah kemuliaan bagi Allah yang maha tinggi. Mereka ini adalah orang yang berhasil mengalahkan kekuatan jahat selama hidupnya di dunia.

Masih berkaitan dengan tema akhir zaman, Injil hari ini masih melanjutkan pewartaan Tuhan Yesus kemarin. Sebagaimana yang diketahui, kemarin Tuhan Yesus menyatakan bahwa akhir zaman itu tidak diketahui pasti, sehingga manusia perlu waspada. Hari ini Tuhan Yesus mengungkapkan apa yang akan dialami oleh umat manusia di saat akhir zaman akan tiba, yaitu aniaya dan penderitaan. Di sini Tuhan Yesus mau mempersiapkan mereka supaya tidak perlu cemas dan takut sehingga sampai pada keputusan meninggalkan Tuhan. Yesus memberi jaminan keselamatan bagi mereka yang tetap setia.

Akhir zaman atau biasa dikenal dengan istilah hari kiamat memang menjadi tujuan akhir dari perjalanan hidup manusia. Menjelang akhir perjalanan, kita akan mendapat banyak tantangan, cobaan dan godaan. Tujuannya supaya kesetiaan kita kepada Tuhan menjadi sirna dan akhirnya hilang. Sabda Tuhan hari ini sudah mengingatkan kita akan hal itu. Di sini Tuhan menghendaki supaya kita senantiasa waspada. Kita tak perlu takut bila menghadapi tantangan dan cobaan yang tentu dapat mengalihkan kesetiaan kita. Melalui sabda-Nya, Tuhan meminta kita untuk tetap setia kepada-Nya, sekalipun kita menghadapi situasi yang tidak menyenangkan.

by: adrian

Selasa, 25 November 2014

Orang Kudus 25 November: St. Elisabeth de Reute

BEATA ELISABETH DE REUTE
Elisabeth Achler lahir pada 25 November 1386 di Waldsee, Swabia, Jerman. Ia adalah puteri dari Hans dan Anne Achler, sebuah keluarga miskin. Elisabeth mendapat bimbingan dari bapa pengakuannya, Conrad Kugelin, yang adalah kepala dari Canon Regular St. Agustinus di Waldsee. Ketika berusia empatbelas tahun, Elisabeth memperoleh jubah ordo ketiga St. Fransiskus, dan tetap tinggal bersama keluarganya. Elisabeth berusaha memperoleh izin dari orang tuanya untuk dapat meninggalkan rumahnya.

Tanpa persetujuan orang tuanya Elisabeth pergi meninggalkan rumahnya untuk tinggal bersama dengan seorang tertiaris. Setelah tiga tahun, bapa pengakuannya menyediakan sebuah rumah untuk ditinggali oleh para tertiaris di Reute, Jerman. Di rumah ini, Elisabeth bertugas melayani di dapur. Elisabeth lebih senang menyendiri, sehingga ia memperoleh sebutan “Reclusa”, yang artinya “yang menyembunyikan diri”.

Elisabeth menjaga kemurnian dirinya dengan berpuasa dan berdoa. Bapa pengakuannya bahkan kesulitan untuk memberikan absolusi, karena hidup Elisabeth yang teralu murni. Dikisahkan beberapa orang dapat melihat tanda-tanda stigmata dalam tubuh Elisabeth, berupa luka mahkota duri pada kepala dan luka siksa pada tubuh. Elisabeth juga beberapa kali mengalami sakit pada tangannya. Selain itu, Elisabeth juga dikaruniai kemampuan meramal, dengan meramalkan terpilihnya Paus Martinus V. Elisabeth dari Reute meninggal dunia pada 25 November 1420 di Reute. Pada 19 Juli 1766, ia dibeatifikasi oleh Paus Klemens XIII.

Baca juga riwayat orang kudus 25 November:

Renungan Hari Selasa sesudah HR Kristus Raja - Thn II

Renungan Hari Selasa Biasa XXXIV, Thn A/II
Bac I    Why 14: 14 – 20; Injil             Luk 21: 5 – 11;

Bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Wahyu, mengungkapkan penglihatan Yohanes, yang secara implisit, tentang gambaran akhir zaman. Yohanes melihat ada malaikat dengan sabit tajam di tangannya. Malaikat itu mengayunkan sabitnya ke bumi karena musim panen telah tiba. Tentu hal ini berkaitan dengan hidup manusia. pada akhir zaman manusia diibaratkan dengan musim panen. Manusia adalah tanamannya. Tanaman yang menghasilkan buah baik akan ditempatkan pada tempat yang khusus, sedangkan yang tidak akan masuk ke dalam nyala api abadi.

Yohanes, dalam bacaan pertama, memang melukiskan gambaran akhir zaman, namun ia tidak memberikan keterangan pasti kapan hal itu terjadi. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Tuhan Yesus dalam Injil hari. Dalam Injil Tuhan Yesus memberi gambaran tentang akhir zaman. Dan ketika ada yang bertanya soal waktu dan tandanya, Tuhan Yesus menegaskan tidak ada yang tahu. Tuhan Yesus justru mengajak mereka untuk waspada supaya tidak disesatkan.

Tema akhir zaman atau biasa disebut hari kiamat, sering menjadi topik pembicaraan hangat. Ada banyak kelompok agama menyakini kiamat akan terjadi pada waktu-waktu tertentu. Mereka sudah menentukan waktunya. Sabda Tuhan hari ini mau menegaskan kepada kita bahwa hari kiamat itu bakal akan datang. Namun kapan dan dimananya kita tidak tahu pasti. Tuhan tidak memberikan kepastian waktu supaya kita dapat berjaga-jaga. Tuhan menghendaki agar kita tidak disesatkan oleh berbagai informasi berkaitan dengan akhir zaman ini.

by: adrian

Senin, 24 November 2014

(Inspirasi Hidup) Teladan Iman Orang Kecil

RELA MENDERITA DEMI IMAN AKAN KRISTUS
Belum lama ini enam keluarga Kristen Hmong (Laos), yang terdiri dari 25 orang, diusir dari rumah mereka di Distrik Khamkeut, Provinsi Borikhamxay, karena mereka menolak meninggalkan imannya. Mereka adalah warga asli desa Ko Hai. Pada umumnya warga desa Ko Hai masih menganut kepercayaan animisme. Warga mendesak supaya keenam keluarga yang sudah menganut iman kristiani untuk kembali kepada kepercayaan lamanya. Akan tetapi permintaan itu ditolak. Penolakan ini berbuntut pada pengusiran paksa.

Untuk sementara keenam keluarga Kristen ini dimukimkan di desa Hoi Keo. Di tempat yang baru ini mereka banyak mengalami kesulitan dan tantangan. Salah satunya adalah soal penghidupan. Mereka adalah keluarga miskin dan tidak mempunyai cukup uang. Padahal di tempat sebelumnya mereka sudah memiliki rumah, tanah dan sebuah peternakan. Seorang kakek berusia 62 tahun meninggal karena mengalami stress.

Menderita demi iman akan Kristus juga pernah dialami oleh seorang petugas kebersihan di sebuah Islamic Centre di Lahore, Pakistan. Haroon adalah seorang pria Kristen berusia 22 tahun. Nasib Haroon lebih tragis lagi. Ia mati ditembak oleh rekan kerjanya, yang bertugas sebagai satpam, Umar Farooq, karena menolak meninggalkan imannya dan masuk islam. Sekalipun Farooq menjanjikan sebuah kehidupan mewah jika ia masuk islam, Haroon tetap menolak. Karena terus menerus mendapatkan penolakan, akhirnya Farooq marah. Ia lantas menembak kepala Haroon hingga tewas di tempat.

Dua peristiwa di atas seakan membenarkan sabda Tuhan Yesus, “Karena Aku, kamu akan dibenci, disiksa dan dianiya bahkan dibunuh.” Mengikuti Yesus sebagai orang kristen, sudah diramalkan penuh penderitaan. Orang harus menyangkal diri dan memikul salibnya setiap hari.

Apa yang dialami enam keluarga Kristen Hmong dan Haroon sepertinya bertolak belakang dengan beberapa peristiwa penyangkalan iman. Masih ada saja orang Kristen yang akhirnya meninggalkan iman akan Kristus. Mereka yang meninggalkan iman itu umumnya bukan karena alasan yang mendasar, seperti kebenaran iman, melainkan karena alasan sederhana.

Ada orang meninggalkan Kristus karena perkawinan, baik karena suka sama suka ataupun karena terpaksa. Padahal Gereja Katolik sudah menyediakan fasilitas pernikahan campur supaya yang katolik tetap pada imannya. Entah karena tidak tahu atau karena malu, banyak orang akhirnya memilih meninggalkan Gereja dan akhirnya Kristus juga.

Ada orang meninggalkan Kristus oleh sebab ekonomi. Masuk dalam kategori ekonomi ini adalah juga soal kerja. Salah satu sifat manusia adalah ingin kaya. Orang tak mau hidup dalam kemiskinan. Ada banyak tawaran untuk menjadi kaya. Salah satunya adalah dengan meninggalkan iman. Pengalaman Haroon di atas bisa menjadi contohnya. Ia ditawarkan kehidupan mewah. Tapi ia tetap menolaknya. Sementara masih banyak orang yang karena ingin menjadi kaya, rela meninggalkan Kristus.

Sebuah ironisme terjadi ketika ada orang meninggalkan Kristus karena sakit hati dengan Gereja atau para imamnya. Perasaan sakit hati kepada salah seorang imam atau pengurus Gereja, tapi sasarannya adalah Kristus. Ini dapat ditemui dalam kehidupan kita. Mungkin sebelumnya ia suka menyumbang kepada Gereja, namun ketika keinginannya ditolak, ia mulai membenci Gereja dan akhirnya meninggalkan iman akan Kristus.

Ada sebuah keluarga, karena sakit hati dengan salah seorang imam di parokinya, mulai meninggalkan Gereja dan akhirnya meninggalkan Kristus. Dikatakan ironis karena sakit hatinya kepada oknum imam, tapi sasarannya Kristus. Bukan berarti mau membela oknum imamnya. Jika memang ada yang salah pada diri imamnya, salahkanlah pribadi imam itu. Tuhan Yesus sendiri sudah berkata, tentang mereka ini “baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.” (Mat 18: 6).

Oleh karena itu, apa yang dialami keluarga Kristen Hmong dan juga Haroon dapat menjadi teladan iman bagi kaum kristiani dewasa ini. Keluarga Kristen Hmong adalah sekumpulan orang-orang sederhana, demikian pula Haroon. Mereka tidak memikirkan kenyamanan diri mereka di dunia ini saja. Jika itu yang mereka pikirkan, tentulah dengan sangat mudah mereka meninggalkan imannya. Haroon pasti saat ini akan hidup mewah sebagai orang islam, dan keenam keluarga Hmong itu akan tetap hidup nyaman di desa lamanya sebagai orang anismis. Namun mereka tetap setia pada imannya, meski untuk itu mereka harus menderita.
Pangkalpinang, HR Kristus Raja Semesta Alam, 23 November 2014
by: adrian
Baca juga: