Sabtu, 01 Februari 2014

Manajemen Parokial

MENGELOLA MASALAH DALAM KARYA PASTORAL

Masalah selalu ada, tak terkecuali juga dalam dunia pastoral. Masalah bukan untuk dihindari atau dibiarkan waktu yang menyelesaikannya. Masalah bisa memacu kita untuk berpikir mencari jalan keluar. Untuk mencari problem solving, kita jangan selalu puas dengan satu cara saja. “Ada banyak jalan menuju Roma”. Prinsip ini memancing kita untuk terus berkreasi dan berinovasi. Tanpanya pastoral kita akan stagnan dan mati. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan pastor paroki.

Sikap Rendah Hati dan Mendengar
Seorang pastor paroki harus membangun sikap rendah hati untuk mau mendengarkan rekan kerja, DPP serta umatnya. Jangan karena sebagai Kepala Paroki, kita langsung memegang kuasa sehingga mengabaikan pendapat orang lain. Pastor paroki hendaknya memiliki sikap “keputusanku belum tentu yang terbaik” sehingga ada spirit untuk mencari tahu yang terbaik. Suasana kritik mengkritik yang positif serta saling menantang ide perlu digiatkan.

Pastor paroki tak perlu merasa tersaingi bila rekan kerja atau umat menyampaikan usul saran atau bahkan pandangan kritis. Jangan takut dengan beda pendapat. Justru perbedaan pendapat itu menunjukkan dinamika kehidupan. Dengan adanya perbedaan pendapat, kita dapat melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang. Untuk itu ego kita perlu ditanggalkan.

Umat sebagai Sumber Inspirasi
Dalam karya pastoral, umatlah yang utama. Sulit dibayangkan bila suatu paroki tanpa umat. Karena itu sangat menarik jika ada pastor yang berkata bahwa umat adalah kekuatannya. Namun perlu juga dikritisi apa maksudnya. Apakah dia mau menutup kelemahannya di balik umatnya atau secara tersembunyi ingin memanfaatkan umat. Atau ada maksud lain. Sebab ada pastor “menjual” umatnya demi mendapatkan sesuatu bagi dirinya sendiri.

Umat sebagai kekuatan harus dimengerti bahwa umat adalah sumber inspirasi karya pastoral. Bisa jadi umat memiliki ide-ide yang membuka peluang untuk berinovasi. Kehidupan umat dengan segala suka dukanya menginspirasikan hidup dan karya pastor di paroki. Menjadikan umat sebagai sumber inspirasi berarti kita menghargai dan menghormati umat. Ini membuat pastoral kita menjadi kontekstual. Oleh karena itu, pastor paroki harus mau mendengarkan ide dan melihat kebutuhan umat. Banyak umat yang “lompat” pagar karena kebutuhannya tak dipenuhi. Mereka menemukan perhatian di “kebun” lain.

Berpikir Riset
Hendaknya semangat berinovasi menjadi bagian dari hidup dan mentalitas para pastor. Inovasi yang baik terjadi bila kita mau mengasah mindset riset. Sudah saatnya pastor paroki dan rekannya mengembangkan sistematika berpikir, pembuatan model dan melakukan proses trial. Seluruh pengurus DPP (juga Tim pastoral) perlu didorong untuk selalu mencari tahu apa saja yang bisa meningkatkan pelayanan pastoral.

Ide yang muncul dapat diimplementasikan dalam sebuah setting pastoral, dicoba dan diukur dampaknya. Hal ini mengisyaratkan kebijakan dari keuskupan tidak diterapkan mentah-mentah di paroki, melainkan disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kebutuhkan umat. Untuk itu sangat dibutuhkan sikap terbuka dalam diri pastor paroki.

Sebuah kesimpulan
Untuk pengembangan paroki kita musti berani meninggalkan cara berpastoral lama dan beralih kepada yang baru. Jika sesuatu yang baru dirasakan baik dan berguna, maka ia harus diterima dan dijalankan, asalkan tidak bertentangan dengan iman dan kebijakan keuskupan.

Untuk itu pastor paroki harus memiliki inisiatif pribadi dalam mencari dan menemukan gagasan baru. Setiap pastor pasti memiliki “otak” sendiri yang darinya bisa digunakan untuk berpikir. Amat disayangkan jika pastor “berjalan” menggunakan “otak” orang lain. Jangan takut salah. Dalam pengembangan karya pastoral, cara try and error dapat diterapkan. Yang penting selalu diadakan evaluasi.

Adalah suatu keprihatinan jika pastor paroki selalu memaksakan kehendaknya (gagasan) sendiri, sekalipun gagasannya kurang baik. Atau malah berusaha mempertahankan idenya dengan membawa atau mengatas-namakan institusi tertinggi, misalnya uskup. Sikap seperti ini bisa menghambat perkembangan karya pastoral.
Tanjung Balai Karimun, 27 Juni 2012
by: Adrian, terinspirasi dari tulisan Eileen Rachman & Sylvina Savitri, “INOVASI” dlm KOMPAS, 23 Juni 2012, hlm 49


Orang Kudus 1 Februari: St. Severus

SANTO SEVERUS, USKUP
Informasi mengenai orang kudus ini masih sangat terbatas. Yang pasti Severus dikenal sebagai seorang penenun kain di Ravenna, Italia pada abad ke-4. Ia mempunyai anak, isteri dan menjabat sebagai diakon. Sewaktu ia menghadiri pemilihan uskup baru, sekonyong-konyong seekor merpati hingga di atas kepalanya. Dan secara aklamasi umat memilihnya menjadi uskup. Mayatnya dan mayat isterinya Santa Vinsensia dan anaknya Santo Inosensius dicuri pada tahun 836 dan dibawa ke Mainz, Jerman.

Renungan Hari Sabtu Biasa III - Thn II

Renungan Hari Sabtu Biasa III, Thn A/II

Tema sabda Tuhan hari ini adalah soal TAKUT. Akan tetapi ketakutan itu dilihat dengan cara yang berbeda dalam kedua bacaan liturgi hari ini. Dalam bacaan pertama Daud dikatakan takut akan murka Allah. Sebelumnya Nabi Natan sudah membuka hati Daud akan dosa dan pelanggaran yang dilakukannya. Hal itu akan mendatangkan murka. Daud percaya akan Allah sehingga ia mengalami ketakutan. Maka itu berpuasa dan bertobat.

Dalam Injil, yang mengalami ketakutan adalah para rasul. Diceritakan bahwa ketika mereka di tengah danau, angin topan melanda danau sehingga ombak besar menerjang. Para rasul ketakutan. Mereka takut mati, meski Yesus ada bersama mereka. Berbeda dengan Daud, ketakutan para rasul ini justru menghilangkan kepercayaan mereka pada Yesus. Sikap inilah yang akhirnya ditegur oleh Yesus. “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (ay. 40).

Rasa takut adalah bagian dari hidup manusia. Setiap orang tentulah memiliki rasa takut. Rasa takut merupakan bagian dari emosi manusia. Setiap manusia, selain dianugerahi emosi, juga diberi akali. Ketakutan yang dominan membuat akal sehat tidak berfungsi. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk tidak dikendalikan oleh emosi semata. Kita dapat menggunakan beberapa anugerah ilahi lainnya. Salah satunya adalah iman. Dengan iman kepada Tuhan, kita dapat menghadapi berbagai persoalan hidup dengan tanpa rasa takut. Tuhan justru menghendaki supaya kita membangun sikap takut hanya kepada Dia.

by: adrian