Selasa, 30 September 2014

Semalam Di Kapal Bukit Siguntang


Namanya Vera Monica. Apakah itu nama asli atau bukan, aku tidak peduli. Apalah arti sebuah nama! Umurnya, menurut perkiraanku, sekitar 25 tahunan, Mungkin lebih sedikit. Yang jelas tidak lebih dari tiga puluh. Masih muda dan cantik. Rambutnya dipotong pendek model Demi Moore (era awal 90-an), selaras dengan postur tubuhnya yang tinggi langsing. Di antara teman-temannya ¾ semua berjumlah enam orang (cewek semua) ditambah satu orang bapak ¾ dia dianggap sebagai leader (mereka menyebutnya Mak Geng). Barangkali karena faktor usia dan postur tubuhnya tadi.

Kami berkenalan di atas kapal Bukit Siguntang. Ternyata kami sama-sama naik dari pelabuhan Kijang dan tujuan pun sama, yaitu Tanjung Priok. Vera bersama rombongannya tidur di lantai dek lima beralas tikar yang mereka beli dari pedagang yang selalu lalu lalang sebelum kapal berangkat. Aku juga tidur di lantai, tapi bukan dek lima. Persisnya di putaran tangga, pertengahan antara dek empat dan lima. Antara tempatku dan rombongan Vera tak ada batasan. Karena itulah dengan mudah aku memperhatikan mereka, termasuk bila ada yang lagi ganti pakaian. Dari aktivitas memperhatikan inilah akhirnya aku berkenalan dengan Vera.

Jalan Salib di Bukit Kelam, Sintang

Yesus menghibur wanita-wanita yang menangis
Pakaian Yesus ditanggalkan
Yesus dipaku di kayu salib
Berpose di depan perhentian Yesus disalibkan

Renungan Hari Selasa Biasa XXVI - Thn II

Renungan Hari Selasa Biasa XXVI, Thn A/II
Bac I    Ayb 3: 1 – 3, 11 – 17, 20 – 23; Injil                        Luk 9: 51 – 56;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Nabi Ayub. Dalam kitabnya, Ayub mengungkapkan kekecewaan yang dialaminya. Kekecewaan itu sangat berat sehingga Ayub terpaksa mengutuk hari kelahirannya. Bagi Ayub, adalah lebih baik tidak dilahirkan daripada hidup dalam penderitaan. Atau jika dilahirkan hendaknya langsung mati. Apa yang diungkapkan Ayub ini merupakan gambaran kehidupan banyak orang. Kebanyakan orang hanya ingin hidup senang dan bahagia. Ketika penderitaan melanda, ia merasa hidup itu tidak ada artinya dan berpikir lebih baik tidak hidup.

Sikap seperti yang digambarkan Ayub dalam kitabnya itu tampak dalam diri dua murid Yesus, yaitu Yakobus dan Yohanes. Injil menceritakan bahwa Yesus dan para murid-Nya sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem. Mereka melewati kota Samaria. Sebagaimana yang sudah diketahui, orang Samaria tidak pernah akur dengan orang Yerusalem. Dan itulah yang dialami oleh rombongan Yesus. Karena orang Samaria tahu bahwa Yesus dan rombongan-Nya hendak menuju Yerusalem, mereka menolak Dia. Para murid tidak senang ditolak. Mereka merasa dirinya hebat, apalagi Tuhan Yesus bersama mereka. Karena itu, melalui mulut Yohanes dan Yakobus, mereka mengutarakan keinginan untuk membinasakan orang Samaria.

Hidup manusia itu ada susah ada senang. Susah dan senang selalu silih berganti menghampiri hidup setiap manusia. Memang ada perbedaan dalam soal durasi waktu. Yang jelas kedua hal tersebut dapat melekat dalam hidup kita. Sekalipun susah dan senang akan silih berganti, namun ada banyak orang hanya mau menikmati pengalaman senang saja. Dan ketika hidup susah melanda, tak sedikit orang malah merah kepada diri sendiri, bahkan kepada Tuhan. Melalui sabda-Nya hari ini, Tuhan mengajak kita untuk siap selalu menerima kedua hal tersebut: susah dan senang. Kita tak perlu bereaksi berlebihan bila mengalami sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan kita.

by: adrian

Senin, 29 September 2014

(Pencerahan) Mari Lihat Diri Sendiri

MARI LIHAT DIRI SENDIRI
Seorang teman bercerita kepada saya tentang sahabatnya, yang adalah juga sahabat saya. Dia berkata bahwa setelah pindah ke tempat yang baru, sahabat kami ini mengalami perubahan. Tentulah perubahan yang baik yang dimaksud. Karena sebelum pindah, sahabat kami ini selalu menampilkan perilaku buruk dan sedikit agak nyeleneh. Namun di tempatnya yang baru, perilaku-perilaku buruk itu sedikit demi sedikit mulai hilang.

Lantas teman saya ini memberikan penilaian bahwa tempat merupakan faktor penentu perubahan itu terjadi. Di tempat baru itu, sahabat kami ini benar-benar merasa enjoy sehingga dapat menemukan jati dirinya. Tempat baru yang pas membantu perubahan perilaku seseorang.

Saya dalam hati berkata, jika memang tempat yang telah mengubah perilaku buruk seseorang menjadi baik, masukkan saja orang-orang yang berperilaku buruk ke tempat itu. Tentulah agak susah menerima fakta ini. Karena itu, musti ada faktor lain yang menentukan perubahan tersebut. Dan faktor itu bisa saja ada di dalam diri sahabat kami ini yang berkaitan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan orang-orang yang ada di lingkungan tempatnya yang lama.

Orang Kudus 29 September: St. Theodota Philippopolis

SANTA THEODOTA PHILIPPOPOLIS, MARTIR
Theodota berasal dari daerah Philippopolis, Thrace. Hari kelahirannya tidak diketahui dengan pasti. Ia dikenal sebagai orang kristen di wilayah itu. Oleh karena imannya itu, ia ditangkap dan dihadapkan ke pengadilan kota Philippopolis. Di sana dia dipaksa oleh prefek kota itu untuk bergabung dengan orang banyak untuk membawakan kurban kepada Dewa Apollo. Dengan tegas ia menolak hal itu karena imannya. Walaupun ia merasa diri sebagai orang yang penuh dosa, namun ia tidak sudi lebih jauh merusak dirinya dengan menyembah dewa-dewi kafir itu. Ia disiksa dengan berbagai cara agar bisa menyangkali imannya, namun ia benar-benar tabah dan sanggup menahan penderitaan itu. Ia memikul beban penderitaan 750 orang Kristen yang ada di daerah itu. Theodota akhirnya dirajam hingga menemui ajalnya. Ia dikenal sebagai martir Kristus abad keempat

sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 29 September:
2.      St. Sirakus

Renungan Pesta Malaikat Agung

Renungan Pesta St. Mikael, Gabriel dan Rafael
Bac I    Why 12: 7 – 12; Injil             Yoh 1: 47 – 51;

Hari ini Gereja Universal mengajak umatnya untuk bergembira merayakan pesta para Malaikat Agung. Ada tiga malaikat agung dalam tradisi Gereja Katolik. Ketiganya adalah Mikael, Rafael dan Gabriel. Bacaan pertama hari ini menampilkan sosok Malaikat Mikael. Dalam Kitab Wahyu kepada Yohanes, Malaikat Mikael ditampilkan sebagai sosok panglima perang dalam memberantas kekuatan setan dan iblis. Ia mengepalai beberapa malaikat dalam peperangan tersebut.

Sedangkan dalam Injil tidak disebutkan secara spesifik dua malaikat lainnya. Yohanes menampilkan dialog antara Tuhan Yesus dan Natanael. Dalam dialog itu Tuhan Yesus menyebut adanya malaikat-malaikat Allah. Di sini mau ditegaskan bahwa malaikat itu ada. Akan tetapi ia menjadi entitas imani. Hanya iman yang memampukan kita untuk mengakui keberadaan mereka.

Sabda Tuhan hari ini pertama-tama mau menyadarkan kita bahwa para malaikat itu ada. Mereka adalah abdi Allah. Akan tetapi, keberadaan mereka tidak semata-mata mengabdi pada Allah, melainkan juga berperan dalam kehidupan manusia. Mereka mempunyai peran atau tugas khusus terhadap kehidupan manusia. Seperti tiga malaikat agung yang kita rayakan pestanya hari ini. Malaikat Mikael, seperti yang dilukiskan dalam Kitab Wahyu, berperan melindungi kita dari serangan iblis. Malaikat Gabriel dikenal sebagai pembawa warta gembira, sedangkan Malaikat Rafael dikenal sebagai teman perjalanan dan penyembuh. Merayakan pesta tiga Malaikat Agung ini kita diajak untuk senantiasa memohon kepada mereka sesuai dengan tugas dan peran mereka. Di samping itu, kita diajak juga untuk ambil peran serta mereka dalam kehidupan kita.

by: adrian

Minggu, 28 September 2014

(C E R P E N) Doa Si Toni Kecil

DOA SI TONI KECIL
Toni sedang mengerjakan PR Matematika bersama ibunya di ruang keluarga saat Stefanus Rachmat Hadi Purnomo masuk sambil mendesah. Antonius Padua Hadi Purnomo, yang dipanggil Toni, adalah siswa SD St. Fransiskus Asisi kelas satu. Toni dan ibunya, Monika Fitria Handayani, segera menghentikan aktivitas mereka sementara. Lirikan mata ibu dan anak itu mengikuti langkah kaki Stefanus hingga di sofa. Persis di depan mereka.

Stefanus menghempaskan tubuhnya di sofa itu sambil meletakkan map berkas di atas meja, di samping lembaran tugas Toni. Ia merentangkan kedua tangannya di bahu sofa sambil menerawang langit-langit rumah, tak peduli pada empat mata yang sedari tadi mengawasinya.

“Ada apa sih, Pa? Gagal lagi, ya?” Monika mencoba memecah kebekuan.

“Yah…,” jawab Stefanus singkat sambil mendesah. “Kami tak tahu apa sih maunya mereka. Semua tuntutan dalam SKB sudah dipenuhi, eh malah dicurigai ada pemalsuan tandatanganlah, permainan uanglah, inilah, itulah.” Stefanus terus merocos menumpahkan unek-unek kekesalannya atas penolakan izin pembangunan gedung gereja di parokinya.
***

Mengenal Kisah Para Rasul

PENGANTAR KITAB KISAH PARA RASUL
Selama tiga tahun hidup-Nya di depan umum, Yesus meletakkan dasar-dasar Jemaat: Ia mengumpulkan murid-murid-Nya dan menghubungkan mereka, dengan pengutusan-Nya (Mrk 3:13-16). Ia memilih Petrus untuk bertanggung jawab atas jemaat (Mat 16:18) dan menjadikannya sebagai penjaga iman (Luk 22:31), dari umat Allah yang baru. Ia menjadikankedua belas rasul dan murid-Nya sebagai persekutuan para saksi (Yoh 15:16) dan menjanjikan mereka karunia Roh Kudus yang akan membantu mereka memahami Kepenuhan Terang yang telah dibawa ke dalam dunia (Yoh 16:13).

Sekarang, Tuhan telah bangkit, dan dari lambung yang tertombak, Yesus “melahirkan” suatu umat baru, dunia baru lewat darah dan air, seperti seorang anak dengan darah dan air lahir dari rahim ibunya (Yoh 19:34). Jemaat injili, diterangi oleh Sabda Yesus, dan dihidupi oleh Roh-Nya, diutus untuk mewartakan perbuatan-perbuatan ajaib "Allah sampai ke ujung bumi dan mengumpulkan menjadi satu, anak-anak Allah-yang tersebar (Yoh 11:52).

Dua tokoh besar: Petrus dan Paulus menonjol dalam pewartaan Injil. Petrus, secara khusus akan mengabdikan seluruh hidupnya bagi pewartaan Injii di kalangan orang-orang Yahudi. Sementara Paulus akan menjadi rasul bagi orang-orang bukan Yahudi (Gal 2:7-8).

Renungan Hari Minggu Biasa XXVI - A

Renungan Hari Minggu Biasa XXVI, Thn A/II
Bac I    Yeh 18: 25 – 28; Bac II                    Flp 2: 1 – 11;
Injil      Mat 21: 28 – 32;

Bacaan pertama dan Injil hari ini memiliki kemiripan. Keduanya sama-sama menampilkan dua tokoh dengan tema yang sama, yaitu pertobatan. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Nabi Yehezkiel, ditampilkan orang benar dan orang fasik. Akan tetapi, orang fasik ini mendapat pujian karena pertobatannya, sementara orang benar dicela karena kecurangannya. Pertobatan orang fasik ini mendatangkan hidup karena tindakannya berkenan di hati Allah. Di sini Yehezkiel mau menekankan kepada umat Israel bahwa Allah lebih mengutamakan tindakan nyata yang berkenan pada-Nya ketimbang status dan jabatan.

Dua tokoh dalam Injil tampak dalam sosok dua anak di hadapan bapaknya. Ada yang sulung dan ada yang bungsu. Diceritakan bahwa anak sulung memenuhi harapan bapaknya hanya lewat kata-kata, sedangkan anak bungsu memenuhi harapan bapaknya lewat tindakan nyata. Awalnya anak sulung menyenangkan hati bapaknya, sementara yang bungsu mengecewakan. Akan tetapi, di pertengahan jalan terjadi perubahan. Si bungsu mengalami pertobatan sehingga akhirnya ia memenuhi harapan bapaknya. Si bungsu mendapat pujian dari bapaknya. Lewat perumpamaan ini, Yesus mau menekankan kepada pendengar-Nya bahwa Allah lebih mengutamakan tindakan nyata daripada kata-kata belaka.

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, yang menjadi bacaan kedua, mencoba menjabarkan pesan Tuhan dari dua bacaan ke dalam beberapa nasehat untuk hidup bersama. Paulus mengajak jemaat untuk membangun semangat persaudaraan dalam kasih. Semangat persaudaraan yang hendak dibangun itu bukan hanya sebatas ungkapan parsial pribadi manusia, melainkan seluruh diri. Dalam kebersamaan itu, tiap-tiap orang hendaknya mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi; menganggap orang lain lebih utama dari dirinya sendiri. Paulus memberi contoh Yesus, yang merendahkan diri-Nya demi umat manusia.

Tentu kita sudah pernah mendengar istilah NATO:  not action, talk only. Istilah ini ditujukan kepada orang-orang yang hanya bisa berbicara, namun lemah dalam karya. Dan ini sudah jamak ditemukan dalam kehidupan kita, bukan saja di lembaga sipil-sekuler, melainkan juga di Gereja. Banyak pejabat Gereja, entah itu imam ataupun biarawan/wati, jago dalam berkoar tentang korupsi, sementara dirinya menimbun kekayaan dari hasil korupsi. Atau berkata-kata soal membangun komunitas, sementara dirinya tak bisa hidup bersama. Melalui sabda-Nya ini, Tuhan menghendaki supaya kita jangan jatuh ke dalam semangat teori saja, melainkan hidup dalam semangat praktek. Tuhan mengajak kita untuk mewujudkan nilai-nilai kebaikan yang sesuai dengan kehendak Allah dalam tindakan nyata.

by: adrian

Sabtu, 27 September 2014

Tetap Bugar di Kantor

TETAP BUGAR SAAT DI KANTOR
Siapa bilang bekerja seharian di kantor dengan ruang berpendingin udara tidak menyisakan masalah bagi kesehatan? Tanpa disadari, duduk seharian minimal 8 jam selama 5 hari dalam seminggu sedikit banyak menyisakan efek negatif bagi tubuh. Terlebih lagi jika Anda terpaksa sering lembur.

Kegiatan duduk yang mendominasi aktivitas di kantor sering kali membuat organ seputar pinggul hingga punggung terasa tidak nyaman atau bahkan nyeri. Lalu apa yang harus dilakukan agar tubuh tetap fit dan bugar walau seharian bekerja?

Foto Bareng pasca Misa Pernikahan

 Kedua pasutri dengan para imam
 Kedua pasutri bersama rekan-rekan OMK

Renungan Hari Sabtu Biasa XXV - Thn II

Renungan Hari Sabtu Biasa XXV, Thn A/II
Bac I    Pkh 11: 9 – 12: 8; Injil                      Luk 9: 43b – 45;

Dalam Injil hari ini dikisahkan bahwa banyak orang kagum akan pengajaran dan perbuatan Tuhan Yesus. Mereka takjub akan kebesaran Allah yang diperlihatkan Tuhan Yesus. Akan tetapi, kepada para murid-Nya Yesus berkata bahwa Anak Manusia, yaitu diri-Nya, akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Jelas bahwa para murid tidak dapat mengerti pernyataan Tuhan Yesus. Bagaimana mungkin Dia diserahkan ke dalam tangan manusia, sementara mereka sendiri melihat perbuatan besar yang dilakukan-Nya? Para murid memakai cara pikir manusia sehingga mereka berpendapat bahwa tak mungkinlah Yesus diserahkan ke dalam tangan manusia. Mereka lupa bahwa Tuhan Yesus menjalani rencana Allah.

Apa yang dinyatakan Tuhan Yesus dalam Injil, tampak dalam pengajaran penulis Kitab Pengkhotbah dalam bacaan pertama hari ini. Pengkhotbah menampilkan suatu kebiasaan yang lazim terjadi pada masyarakat waktu itu, yaitu merasa puas diri akan popularitas dan kebahagiaan dalam hidup. Bagi Pengkhotbah, semua itu akan sia-sia. Di sini penulis kitab Pengkhotbah mau menyadarkan pembacanya untuk tidak berpuas diri dengan situasi yang menyenangkan dan mengenakkan, karena semua itu bisa saja menjadi sia-sia.

Dewasa ini banyak orang bangga dengan prestasi dan prestise yang didapatnya. Prestasi dan prestise membuat manusia cepat merasa puas diri. Dan tak jarang di antara mereka jatuh ke dalam keangkuhan. Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa semua itu bisa menjadi percuma. Tuhan menghendaki supaya kita tidak terbuai dengan prestasi dan prestise yang diraih agar jangan sampai kita jatuh ke dalam kesombongan. Kita diajak untuk tetap rendah hati dan menyerahkan hidup ke dalam tangan Tuhan. Apapun yang terjadi dalam hidup kita, biarlah semuanya itu sesuai dengan kehendak Allah.

by: adrian

Jumat, 26 September 2014

Kenapa Gramedia Bakar Buku "5 Kota Paling Berpengaruh di Dunia"?


Sekitar minggu pertama bulan Maret 2012, Gramedia menerbitkan sebuah buku karya terjemahan karangan Douglas Wilson dengan judul “5 Kota Paling Berpengaruh di Dunia”. Minggu kedua Maret buku terjemahan itu mulai diedarkan. Dari data, Gramedia mencetak buku itu sebanyak 3.000 eksemplar; dan buku yang sudah laku terjual hingga awal Juni sebanyak 489 eksemplar.

Pada hari Senin, 11 Juni 2012, seorang warga bernama Irwan Arsidi melapor Gramedia Pustaka Utama ke Polda Metro Jaya, berkaitan dengan isi buku terjemahan itu. Pihak Gramedia (ada 3 orang) disangkakan telah melakukan kejahatan terhadap ketertiban umum atau dikenai pasal 156 ayat a, pasal 157 ayat 1 dan pasal 484 ayat 2 KUHP.

Pangkal masalah terdapat pada halaman 24 buku itu, di mana ada tulisan tentang nabi Muhammad SAW yang bertentangan dengan fakta, berkaitan dengan aktivitas beliau di kota Madinah. Bagi Irwan Arsidi uraian tersebut merupakan bentuk penghinaan dan bertentangan dengan agama islam. Irwan merasa dirugikan dengan beredarnya buku itu. Seperti tak mau kalah dengan umatnya, MUI juga mengharapkan adanya tindakan disiplin oleh kalangan internal Gramedia terhadap pihak yang dilaporkan.

Agar tidak berdampak lebih luas dan lebih buruk, maka Gramedia Pustaka Utama langsung beraksi. Mereka langsung menarik kembali buku tersebut dan meminta maaf kepada seluruh umat islam di Indonesia. Direktur Utama PT Gramedia Pustaka Utama mengakui keteledoran penerbit karena menerjemahkan buku sesuai dengan buku aslinya. Artinya, mereka menerjemahkan isi buku apa adanya. Setelah meminta maaf dan menarik buku dari peredaran, pihak Gramedia langsung memusnahkan buku yang aslinya berjudul “5 Cities That Ruled the World”. Maka pada 13 Juni lalu, disaksikan beberapa pengurus MUI, Gramedia membakar 216 eksemplar. Sebelumnya Gramedia sudah memusnahkan 1.000 buku. Yang lain masih dalam perjalanan.

Orang Kudus 26 September: St. Elzear

SANTO ELZEAR, PENGAKU IMAN
Elzear dari Sabran lahir pada tahun 1285 di Kastil Saint-Jean de Robians, Provence, Perancis. Ia adalah putera keluarga bangsawan Sabran, dan pangeran Ariano. Elzear memperoleh pendidikan dari pamannya, William dari Sabran, abbas biasa St. Victor di Marseilles, Perancis. Ketika berusia enam belas tahun, Elzear menikahi Beata Delfina Glandieves, yang juga dikisahkan atas permintaan Charles II dari Naples. Elzear mengikuti cara hidup Beata Delfina yang tetap mempertahankan keperawanan mereka. Ketika berusia duapuluh tiga tahun, Elzear mewarisi tugas-tugas ayahnya. Elzear banyak membantu orang-orang miskin dan sakit di sekitarnya. Bersama Beata Delfina, mereka bergabung dengan Ordo Ketiga St. Fransiskus. Elzear juga dikisahkan beberapa kali menyembuhkan orang-orang yang sakit lepra. Elzear kemudian bertugas di istana Raja Robert dari Naples, sebagai pengajar bagi Charles, putera Robert. Elzear kemudian mendapat tugas sebagai duta besar untuk menjodohkan Charles dengan Marie dari Valois. Dalam melaksanakan tugasnya, Elzear jatuh sakit. Elzear meninggal dunia pada 27 September 1323 di Paris, Perancis. Pada tahun 1369, ia dikanonisasi oleh putera baptisnya, Paus Urbanus V

Baca juga riwayat orang kudus 26 September:

Renungan Hari Jumat Biasa XXV - Thn II

Renungan Hari Jumat Biasa XXV, Thn A/II
Bac I    Pkh 3: 1 – 11; Injil                Luk 9: 18 – 22;

Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Pengkhotbah, penulis memberikan nasehat yang sangat menarik buat para pembacanya. Segala sesuatu ada saatnya (ay. 1). Nasehat Pengkhotbah ini mengingatkan orang akan adagium roda berputar, di mana ada saat yang bagian atas berada di bawah, dan yang bagian bawah berada di atas. Dengan nasehat ini penulis mau mengajak pembacanya untuk tidak larut dalam situasi yang dialami saat tertentu. Misalnya, di saat sedih, orang jangan terlalu larut dalam kesedihan, karena ada saatnya orang mengalami kegembiraan. Dengan mengikuti nasehat ini orang akan dapat menikmati hidup apa adanya.

Senada dengan apa yang diajarkan Pengkhotbah, Tuhan Yesus mengajak para murid-Nya untuk menahan diri dalam menyampaikan ke orang lain siapa Diri-Nya. Dalam Injil dikisahkan bahwa Yesus membuka tabir diri-Nya, baik menurut pendapat orang banyak maupun murid-murid sendiri. Pendapat para murid diwakili oleh Petrus dengan menjawab bahwa Yesus adalah Mesias dari Allah (ay. 20). Tuhan Yesus melarang para murid-Nya untuk tidak memberitahukan kepada siapapun siapa diri-Nya, karena saatnya belum tiba. Artinya, akan ada saatnya murid-murid diperbolehkan memberitakan status Yesus itu.

Dewasa ini banyak orang berlomba-lomba untuk selalu menjadi yang pertama dan utama. Dalam perjuangannya itu, mereka jarang memikirkan berbagai pertimbangan. Yang penting dirinya menjadi orang yang pertama dalam segala hal. Ini membuat manusia hidup dalam ketergesa-gesaan. Hidup tidak sabar. Akibatnya, mereka jarang sekali menikmati hidup. Melalui sabda-Nya hari ini, Tuhan menghendaki kita untuk bersabar. Nasehat segala sesuatu ada saatnya mengajari kita untuk bersabar. Nasehat ini menunjukkan pada kita bahwa hidup itu memiliki dua sisi. Ia mengajak kita untuk tidak larut pada satu sisi saja dan melupakan sisi yang lain. Harus disadari bahwa Tuhan memiliki rencana tersendiri buat kita. Oleh karena itu, kita diajak untuk menikmati saja hidup ini.

by: adrian

Kamis, 25 September 2014

Upacara Pernikahan di Paroki Nanga Taman, Sekadau, Kalbar

 Persiapan upacara






Mempelai perempuan menunggu di depan gereja
 
 Tarian penyambutan kedua mempelai

Orang Kudus 25 September: St. Sergius Radonezh

SANTO SERGIUS RADONEZH, ABBAS
Sergius atau Sergij lahir di Rostov, Rusia, pada tahun 1315 dari sebuah keluarga petani sederhana. Di kalangan rakyat Rusia, Sergij dikenal luas karena kesucian hidupnya. Ia hidup bertapa di sebuah hutan rimba di luar kota Moskwa. Banyak orang datang kepadanya untuk menjadi muridnya. Karena banyak muridnya, ia akhirnya memutuskan untuk mendirikan sebuah biasa pertamaan dekat kota Zagorsk. Biara itu dinamakannya Biara Tritunggal Mahakudus; sampai kini biara itu tetap menarik perhatian banyak peziarah, walaupun mereka diolok-olok oleh kaum komunis Soviet.

Seperti St. Bernardus di Eropa Barat, demikian juga Sergij sering diminta nasehat dan pendapatnya oleh para pembesar Gereja dan Negara. Karena kesalehan hidup dan kejujurannya, Sergij beberapa kali ditawari jabatan uskup atau Patriark Moskwa, namun ia selalu menolak tawaran itu karena lebih suka hidup menyendiri bersama rekan-rekannya di hutan rimba. Demikian juga seperti St. Fransiskus Asisi, Sergij juga dikenal sebagai pencinta lingkungan hidup. Dalam hidupnya Sergij menaruh devosi yang besar kepada Santa Perawan Maria setelah ia mengalami peristiwa penampakan Maria. Ia meninggal dunia pada tahun 1392 di tengah saudara-saudaranya sebiara dalam usia 83 tahun


Baca juga riwayat orang kudus 25 September
St. Nikolaus dari Flue

Renungan Hari Kamis Biasa XXV - Thn II

Renungan Hari Kamis Biasa XXV, Thn A/II
Bac I    Pkh 1: 2 – 11; Injil                Luk 9: 7 – 9;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Pengkhotbah. Di dalam kitabnya, penulis memberikan nasehat-nasehat bagi para pembaca. Salah satu nasehatnya yang menarik adalah bahwa tidak ada sesuatu yang baru di bawah matahari atau di muka bumi ini (ay. 9). Akan tetapi perlu disadari, sekalipun yang ada itu merupakan sesuatu yang lama, namun penulis menyatakan bahwa telinga tak puas mendengar dan mata tidak kenyang melihat. Artinya, manusia tetap saja menikmati sekalipun bukan merupakan sesuatu yang baru; manusia selalu saja mencari meskipun yang dicari itu merupakan sesuatu yang lama tapi terkesan baru.

Apa yang dilukiskan penulis Kitab Pengkhotbah ini terlihat dalam diri Raja Herodes. Dalam Injil dikisahkan bahwa Herodes merasa tertarik dengan Tuhan Yesus. Apa yang dilakukan Tuhan Yesus, tak jauh berbeda dengan Yohanes Pembaptis, bahkan ada yang mengatakan seperti Elia. Artinya, tindakan dan pengajaran Tuhan Yesus tak jauh berbeda dengan apa yang pernah disuarakan para nabi, Elia bahkan Yohanes Pembaptis yang telah dibunuh Herodes. Sekalipun Yohanes sudah dibunuhnya, namun karena ketertarikannya pada sabda dan perbuatan Yesus, yang bagi Herodes tak jauh berbeda dengan Yohanes, membuat Herodes berusaha untuk dapat bertemu dengan Yesus.

Ajaran dan teladan Tuhan Yesus tentulah sudah terlalu sering kita dengar, dari satu imam ke imam yang lain, dari satu pengajar ke pengajar yang lain. Apa yang disampaikan bukanlah merupakan sesuatu yang baru. Namun, sejauh mana kita merasa tertarik pada ajaran dan teladan Yesus itu? Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa ajaran Tuhan Yesus dari dulu hingga kini tidak mengalami perubahan. Sekalipun tidak mengalami perubahan, Tuhan menghendaki kita untuk senantiasa menumbuhkan rasa tertarik padanya. Kita diajak untuk seperti Herodes yang berupaya untuk dapat bertemu dengan Yesus. Sekalipun kita sudah tahu tentang Dia, kita tetap berusaha untuk selalu bertemu dengan Yesus.

by: adrian

Rabu, 24 September 2014

Bahaya Psikologis pada Masa Kanak-kanak

BAHAYA PSIKOLOGIS PADA AKHIR MASA KANAK-KANAK
Bahaya dalam Berbicara
Ada empat bahaya berbicata yang umum terdapat pada akhir masa kanak-kanak: (1) kosa kata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan menghambat komunikasi dengan orang-orang lain. (2) Kesalahan dalam berbicara, seperti salah ucap dan kesalahan tata bahasa, cacat dalam bicara seperti gagap atau pelat, akan membuat anak menjadi sangat sadar diri sehingga anak hanya berbicara bilamana perlu. (3) Anak yang mempunyai kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan di lingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia “berbeda”. (4) Pembicaraan yang bersifat egosentris, yang mengkritik dan merendahkan orang lain, dan yang bersifat membual akan ditentang oleh teman-teman

Orang Kudus 24 September: St. Vinsensius M Strambi

SANTO VINSENSIUS MARIA STRAMBI, USKUP
Vinsensius lahir di kota Civitavecchia, Italia, pada tanggal 1 Januari 1745. Ayahnya, seorang apoteker terkenal di Italia, saleh dan taat agama. Corak hidup ayahnya sangat besar pengaruhnya pada kepribadian dan kehidupannya. Semenjak kecil Vinsensius tampak gembira dan lincah karena perhatian dan kasih sayang orang tuanya yang sungguh besar. Ia baru dibaptis ketika berusia 18 tahun. Dan semenjak itu ia mulai tertarik pada cara hidup sebagai imam. Maka orang tuanya menyekolahkan dia di Seminari keuskupan setempat. Di sana ia belajar Filsafat dan Teologi di bawah bimbingan imam-imam Fransiskan dan Dominikan. Sebelum menerima tahbisan imamatnya, ia mengikuti retret di sebuah rumah biara Passionis di bawah bimbingan Santo Paulus dari Salib, pendiri Ordo Passionis. Terpengaruh oleh kesalehan Paulus dari Salib, Vinsensius segera memutuskan untuk menjadi anggota dari tarekat yang baru itu.

Meskipun keluarganya sangat menentang, Vinsensius tidak goyah. Ia berdoa agar Tuhan dapat melembutkan hati ayahnya agar mau mengizinkan dia menjalani hidup imamatnya dalam Ordo Passionis. Kesabaran, ketulusan dan ketekunan doanya tidak sia-sia. Tuhan mengabulkan doanya dengan cara memanggil ayahnya menghadap takhta Allah. Ayahnya meninggal dunia dalam damai, dan dengan itu Vinsensius dapat dengan leluasa mengikuti panggilan luhur Allah. Pada bulan September 1768, dan setahun kemudian ia mengucapkan kaulnya yang pertama dalam Ordo Passionis.

Ternyata sebagai seorang imam, Vinsensius mempunyai bakat istimewa. Dengan mudah ia dapat bergaul dengan umatnya terutama kaum muda. Sifatnya sabar, lemah-lembut lagi simpatik. Di dalam ordonya, ia diserahi beberapa tugas penting, antara lain menulis riwayat hidup Santo Paulus dari Salib, pendiri Ordo Passionis. Kotbah-kotbah dan tulisan-tulisan rohaninya bergema hingga ke Roma. Dalam sidang para Kardinal pada tahun 1800, pencalonannya sebagai Uskup disetujui. Oleh karena itu Paus Pius VII (1800-1823) mengangkat dia menjadi Uskup Tolentino dan Macerata. Sebagai Uskup ia dengan giat membereskan administrasi dan organisasi keuskupan sambil menggalakkan pembinaan rohani umatnya. Tetapi kesetiaannya pada Paus menimbulkan pertentangan dengan Kaisar Napoleon I, yang menguasai sebagian besar Italia pada awal abad 19. Oleh karena itu, Vinsensius dikucilkan dari keuskupannya pada tahun 1808. Tahun 1814 ia diizinkan kembali ke takhtanya untuk melanjutkan karyanya.

Sembilan tahun berikutnya, Paus Leo XII (1823-1829) mengizinkan Vinsensius untuk meletakkan jabatannya sebagai Uskup dan mengundang dia untuk tinggal bersamanya di istana kepausan sebagai penasehat Paus. Vinsensius melayani Paus dalam kedudukan sebagai penasehat sampai hari kematiannya tepat pada ulang tahunnya 1 Januari 1824. Paus Pius XI menggelari dia sebagai 'beato' pada tahun 1925 dan sebagai 'santo' pada tahun 1950.

Baca juga riwayat orang kudus 24 September: 
St. Gerardus dari Hungaria

Renungan Hari Rabu Biasa XXV - Thn II

Renungan Hari Rabu Biasa XXV, Thn A/II
Bac I    Ams 30: 5 – 9; Injil               Luk 9: 1 – 6;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Amsal. Di dalam kitabnya, penulis memberikan nasehat-nasehat bagi para pembaca, bagaimana mereka menyikapi hidup. Penulis mengajak para pembacanya untuk senantiasa menumbuhkan sikap rasa syukur atas apa yang terjadi dalam hidup. Hal ini terlihat dalam pernyataan, “Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku.” (ay. 8). Dengan sikap bersyukur ini, bagi penulis, orang tidak akan jatuh ke dalam kecurangan atau kebodohan, tidak merasa miskin dan juga tak merasa kaya. Dengan rasa syukur, orang akan dapat menikmati hidupnya apa adanya.

Sikap rasa syukur ini juga yang diharapkan Tuhan Yesus pada para murid-Nya. Dalam Injil dikisahkan bahwa Tuhan Yesus mengutus para murid-Nya untuk memberitakan Kerajaan Allah dan menyembuhkan orang. Sebelumnya Yesus sudah membekali mereka dengan tenaga dan kuasa. Dalam menjalankan misi itulah, Tuhan Yesus mengharapkan supaya mereka senantiasa bersyukur. Sikap bersyukur menunjukkan sikap berserah diri kepada penyelenggaraan ilahi. Dengan sikap bersyukur ini para murid tidak menggantungkan dirinya kepada apapun dan dapat menyesuaikan diri dengan situasi tempat dimana mereka berada.

Zaman sekarang dikenal dengan zaman teknologi. Hidup manusia tak bisa dilepas-pisahkan dari berang-barang teknologi. Hidup seakan sudah tergantung padanya. Selalu saja ada keinginan untuk memiliki teknologi yang terbaru. Ketergantungan ini membuat manusia tidak mampu lagi bersyukur atas apa yang dimilikinya. Manusia selalu berjuang untuk memenuhi hasratnya akan teknologi, sekalipun itu ditempuh dengan kecurangan dan tindakan bodoh lainnya. Melalui sabda-Nya ini, Tuhan mengajak kita untuk melihat kembali jati diri kita yang sebenarnya. Kita adalah tuan atas ciptaan. Manusia bukannya budak dari ciptaan, termasuk teknologi. Ketiadaan rasa syukur membuat manusia menjadi budak. Karena itu, Tuhan menghendaki supaya kita menumbuhkan rasa syukur dalam kehidupan kita.

by: adrian

Selasa, 23 September 2014

Rekreasi di Batu Jatok, Sekadau - Kalimantan Barat

Hari Minggu, selesai misa, bersama beberapa umat Paroki Nanga Taman, pergi rekreasi di Batu Jatok. Sebuah kenangan indah yang sulit terlupakan....
Salah satu bagian lokasi rekreasi yang menjadi tujuan kami
 Ada yang langsung nyebur, ada yang sibuk cari momen, dan ada juga yang sibuk bakar-bakar


 Suasana rekreasi bersama

 Ada canda ria

 Ada tawa ria
 
 Semua gembira ria


 Dalam kasih persaudaraan

Orang Kudus 23 September: St. Tekla

SANTA TEKLA, PERAWAN
Kemungkinan besar Tekla adalah murid Santo Paulus Rasul. Konon ia membatalkan pertunangannya dengan seorang pemuda, dengan maksud supaya dapat mempersembahkan dirinya kepada Tuhan secara total. Ketika Paulus berada di penjara, Tekla sering mengunjunginya. Suatu ketika ia ditangkap dan diancam hukuman mati. Tetapi ia dapat meloloskan diri dan kemudian tinggal di dalam sebuah goa dekat Seleukia


Baca juga riwayat orang kudus 23 September
St. Linus

Renungan Hari Selasa Biasa XXV - Thn II

Renungan Hari Selasa Biasa XXV, Thn A/II
Bac I    Ams 21: 1 – 6, 10 – 13; Injil                        Luk 8: 19 – 21;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Amsal. Di dalam kitabnya, penulis memberikan nasehat-nasehat bagi para pembaca, bagaimana mereka bersikap terhadap sesamanya. Penulis mengajak para pembacanya untuk senantiasa menaburkan benih-benih kebaikan dalam kehidupan sehingga dapat dirasakan dan dinikmati oleh orang lain. Salah satu bentuk kebaikan itu adalah kebenaran dan keadilan, yang bagi penulis lebih berkenan di hati Tuhan ketimbang korban bakaran. Kebenaran dan keadilan hendaknya terarah kepada siapa saja tanpa memandang sekat-sekat pemisah.

Sikap yang melampaui sekat-sekat ini juga yang ditunjukkan Tuhan Yesus dalam Injil. Ketika orang banyak menyampaikan pesan kepada Yesus bahwa keluarga-Nya ingin bertemu dengan-Nya, Tuhan Yesus malah menegaskan, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku adalah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.” (ay. 21). Pernyataan ini bukan berarti Yesus tidak menghormati atau menghargai keluarga, melainkan menyatakan sikap lepas bebas dari sekat-sekat primordial. Di sini Tuhan Yesus hendak membangun suatu persekutuan persaudaraan manusia berdasarkan kebenaran dan keadilan (mendengarkan dan melakukan firman). Jadi, ikatan kekeluargaan tidak lagi sebatas ikatan darah, suku, ras atau lainnya, melainkan kehendak Allah.

Tak jarang manusia jatuh ke dalam sekat-sekat primordial, entah itu suku, ras, golongan atau pula agama. Kebaikan yang dilakukan sering hanya sebatas lingkup sekat-sekat tadi. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk menyingkirkan sekat-sekat pemisah tersebut. Kebaikan, yaitu kebenaran dan keadilan yang merupakan kehendak Allah, ditujukan kepada siapa saja tanpa memandang latar belakang suku, ras, golongan atau kelompok lainnya. Dengan menyingkirkan sekat-sekat pemisah itu, kita dapat memandang sesama sebagai saudara, dan perbedaan menjadi sebuah kekayaan.

by: adrian

Senin, 22 September 2014

(Refleksi) Maria, Bunda yang Berduka

BUNDA YANG BERDUKACITA
Pengantar
Pesan Bunda Maria ini diambil dari wawancara batin antara Don Stefano Gobbi dan Bunda Maria. Wawancara batin adalah suatu gejala mistik yang ada dalam kehidupan Gereja. Ia bukanlah komunikasi inderawi. Dalam wawancara batin ini orang tidak mendengar dengan telinga atau melihat dengan mata dan tidak ada sesuatu yang bisa disentuh. Jadi, wawancara batin merupakan anugerah dalam bentuk pesan yang disampaikan Allah kepada kita supaya dilaksanakan dengan bantuan-Nya.
Dalam wawancara batin di sini, Don Stefano menjadi alat komunikasi; dengan tetap menjaga kebebasannya, ia mengungkapkan persetujuan terhadap kegiatan Roh Kudus. Artinya, ia tidak mencari-cari gagasan atau cara pengungkapannya. Ia murni sebagai penyalur pesan.
Wawancara batin antara Bunda Maria dan Don Stefano Gobbi ini memuat pesan Bunda Maria untuk para imam. Pesan yang disampaikan dalam wawancara batin ini, meski terjadi pada tahun 1981, namun nilai dan maknanya masih relevan hingga saat kini. Pesan Bunda Maria ini, secara khusus ditujukan kepada para imam, akan tetapi peruntukkannya bisa juga untuk umat katolik dan umat manusia pada umumnya. Jadi, dalam pesan Bunda Maria yang disampaikan masa lalu, terdapat butir-butir pencerahan untuk masa sekarang.
Semuanya tergantung sejauh mana keterbukaan mata hati kita membacanya.
Bunda Maria Berpesan
"Aku ini Bundamu yang berdukacita. Milikkulah semua dukacitamu. Juga bagimu, pada masa ini penderitaan dan penindasan semakin bertambah. Sebab kamu hidup di masa hati manusia telah menjadi beku, tertutup oleh egoisme yang picik.
Umat manusia terus bergegas di jalan penolakan keras kepala terhadap Allah, kendati segala nasehat keibuanku dan tanda-tandaku terus dilimpahkan oleh Kerahiman Tuhan. Demikianlah wabah dosa, kebencian dan kekerasan semakin merajalela. Dan kurban yang paling rentan adalah anak-anakku, yang tidak punya pembela dan mereka yang tidak memiliki perlindungan.
Saat ini betapa banyak orang miskin, yang tidak punya apa-apa, dan yang hidup dalam keadaan yang memprihatinkan dan tidak manusiawi, tanpa pekerjaan yang tetap, tanpa sarana hidup yang layak. Dan betapa banyak orang yang menyimpang jauh dari Allah serta Hukum Kasih-Nya, yang direngut oleh pasukan tangguh orang-orang yang mengajarkan ateisme.
Umat manusia hidup di padang gurun, yang tandus dan dingin; belum pernah seperti sekarang mereka begitu terancam. Penderitaan umat manusia terangkum di dalam Hatiku yang Tak Bernoda. Saat ini, lebih dari kapan pun, aku adalah Bunda yang berdukacita, dan air mata berjatuhan dari mataku yang rahim. Dengarkanlah Ibumu dan jangan menjauh dari kasih Bundamu yang berdukacita, yang ingin menuntun kamu semua kepada keselamatan.

Putra-putraku terkasih, pada saat ini kamu harus menjadi tanda dukacitaku yang mendalam. Di dalam hatimu, bersamaku tanggunglah penderitaan dunia dan Gereja, yang sedang menghadapi sakratulmaut dan sengsaranya yang menyelamatkan. Kiranya hanya dari penderitaan kita inilah suatu era damai yang baru akan bersemi bagi semua orang.”
Ponta Grossa, 15 September 1981
diedit dari: Marian Centre Indonesia, Kepada Para Imam: Putra-putra Terkasih Bunda Maria. (hlm 511 – 512)
Baca juga:

Orang Kudus 22 September: St. Thomas Villanova

SANTO THOMAS VILANOVA, USKUP & PENGAKU IMAN
Thomas biasanya digambarkan lengkap dengan pakaian kebesarannya sebagai uskup didampingi para pengemis malang yang sedang meminta belaskasihan. Gambaran itu melukiskan keistimewaan yang ada pada Thomas sebagai seorang uskup yang menaruh keprihatinan besar kepada para miskin.

Thomas berkebangsaan Spanyol. Ia lahir pada tahun 1488 dari sebuah keluarga Kristen yang taat agama. Semenjak kecilnya, Thomas tampak cerdas dan pandai bergaul. Orang tuanya mendidiknya secara baik menurut adat istiadat Kristen Spanyol. Pada masa mudanya ia dikirim belajar di Universitas Alkala yang termasyhur di Spanyol pada masa itu. Di sana ia menekuni banyak ilmu termasuk filsafat dan teologi. Setelah menyelesaikan studinya ia diminta menjadi mahaguru di Alkala dalam bidang filsafat. Mahaguru muda ini dalam waktu singkat segera harum namanya di Universitas Alkala karena kecerdasannya dan kepandaiannya dalam mengajar. Semua mahasiswa yang mengikuti kuliahnya kagum dan senang akan dia. Beberapa universitas lain, misalnya Universitas Salamanca, meminta dia juga untuk mengajar namun permintaan itu ditolaknya karena ia bercita-cita menarik diri dari dunia ramai untuk menjalani suatu corak hidup yang baru: hidup dalam doa dan tapa. Kiranya dengan cara itu ia dapat menghindarkan diri dari segala penghormatan dan kesenangan duniawi.

Dan doa dan kesunyian pertapaan itu ia menemukan jalan hidupnya yang sebenarnya: jalan hidup sebagai abdi Allah dalam kehidupan membiara. Pada tahun 1516, ia masuk tarekat Santo Agustinus dan tak lama kemudian ia ditahbiskan menjadi imam. Dengan jalan hidup baru ini ia benar-benar menemukan jalan yang tepat untuk mencurahkan segala kemampuannya kepada Gereja dan sesamanya. Selama 25 tahun ia merangkap beberapa jabatan penting dalam Ordo Agustin. Ia dikenal sebagai seorang imam pengkotbah terbaik di Spanyol dan tokoh teladan dalam hal doa dan tapa. Ia tidak pernah menuntut dari orang lain apa yang dia sendiri tidak lakukan. Ia dipilih sebagai kepada biara sekaligus provinsial ordo. Pada masa jabatannya ia mengutus banyak imamnya ke Meksiko. Karena prestasi dan kesalehan hidupnya ia ditawarkan jabatan Uskup Granada, tetapi ia menolak tawaran itu karena lebih suka menjadi seorang biarawan biasa.

Setelah tawaran Granada, ia ditawari jabatan Uskup Valencia. Kali ini karena patuh pada kaul ketaatannya kepada Takhta Suci dan kaisar Karel V, ia dengan rendah hati menerima jabatan Uskup Valencia. Selama menjadi Uskup Valencia, ia tetap menunjukkan kesederhanaannya dan tetap berpakaian jubah tarekatnya. Semua harta miliknya dibagi-bagikan kepada fakir miskin, khususnya kepada gadis-gadis yang tidak cukup uang untuk menikah, yatim piatu dan anak-anak terlantar. Meskipun demikian, Tuhan tetap mencukupi semua kebutuhannya, juga semua yang dibutuhkan keuskupannya. Sekali ia mendapat sejumlah besar uang untuk kebutuhan rumah tangga keuskupan. Tetapi uang itu digunakannya untuk membangun sebuah rumah sakit.

Thomas mencurahkan perhatiannya pada usaha pembaharuan keuskupannya yang sudah lama tidak terurus baik. Ia menggalakkan pembaharuan tata tertib dan semangat iman umat dengan kotbah-kotbah dan pengajaran-pengajarannya. Semua umatnya sangat mengagumi dia sebagai seorang gembala jiwa yang benar-benar menampakkan cinta kasih Kristus kepada manusia. Setelah lama berkarya bagi umatnya ia meninggal dunia pada tahun 1555.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun