Jumat, 07 Desember 2012

Mengenal Aliran Sesat Arianisme

 Arianisme
Pengantar Singkat

Dalam "Orang Kudus Hari Ini" yang mengisahkan Santo Ambrosius, diungkapkan bahwa pada masa itu ada aliran sesat bernama Arianisme. Untuk melengkapi tulisan itu, maka kami menurunkan juga uraian singkat tentang aliran Arianisme agar pembaca dapat mengetahuinya.

 Arianisme

Istilah ‘Arianisme’ diambil dari nama seorang imam (presbiter) yang hidup dan mengajar di Aleksandria, Mesir, pada awal abad IV, yang bernama Arius. Ia berasal dari keturunan Libya. Dari sumber yang terbatas diketahui bahwa Arius pernah berguru dengan Lucianus di sekolah eksegese di Antiokia. Peran dan pengaruh Lucianus sangat besar dalam pembentukan pemikiran Arius di kemudian hari, meski ia tidak pernah dituduhkan sebagai bida’ah.

Arius hidup pada saat Gereja Timur (ortodoks) sedang menghadapi masalah kristologis. Pusatnya ada pada sosok Yesus. Ada yang mengatakan bahwa Yesus itu sungguh Allah dan sungguh manusia. namun Arius menyangkalnya. Yesus itu diciptakan (dilahirkan), jadi Dia tidak ilahi. Jadi, hanya Bapa saja yang Allah.

Sangat sulit sekarang ini untuk mendapatkan sumber tulisan Arius, karena ada banyak karya dan tulisan Arius dimusnahkan oleh otoritas Gereja, yang menjadi lawannya. Karya utama Arius pun tak luput dari pembakaran. Gambaran tentang Arius saat ini diperoleh dari pandangan para lawan Arius.

Arianisme selama beberapa dasawarsa mendominasi di kalangan keluarga Kaisar, kaum bangsawan kekaisaran dan para rohaniwan yang lebih tinggi kedudukannya. Namun pada akhirnya ajaran resmi Gereja yang menang secara teologis dan politik pada akhir abad ke-4. Sejak saat itu Trinitarianisme telah menjadi doktrin yang praktis tidak tertandingi di semua cabang utama Gereja Timur dan Barat.

Ajaran Arianisme
Arianisme melihat bahwa Bapa dianggap sebagai "Allah sejati satu-satunya", sedangkan Yesus bukan. Arius berpandangan bahwa Yesus diciptakan oleh Allah sebagai ciptaan pertama. Dengan kata lain, dalam pandangan Arianisme Yesus merupakan puncak kemuliaan dari semua ciptaan. Yesus adalah makhluk ciptaan yang memiliki atribut illahi, namun bukanlah Allah itu sendiri.

Bagi Arius, Logos, yang adalah Yesus, dan Bapa tidak berasal dari hakikat yang sama. Logos itu makhluk ciptaan, diasalkan dari ketiadaan oleh Bapa. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa ada waktu di mana Logos (Putera = Yesus) tidak ada.

Salah satu alasan Arius mengembangkan ajarannya ini adalah untuk mempertahankan ide monoteisme, Allah hanya ada satu. Melihat Yesus sebagai Allah membawa manusia jatuh kepada dualisme, yang mana hal ini bertentangan dengan pandangan Kitab Suci bahwa Allah itu esa.

oleh: adrian
sumber:
3.     Eddy Kristiyanto, OFM, Selilit Sang Nabi: Bisik-bisik tentang aliran sesat. Yogyakarta: Kanisius, 2007

Doa Bila Sakit Melanda


Doa ketika sakit


Tuhan, kuserahkan diriku ke dalam pemeliharaan-Mu yang penuh kasih.

Berikanlah aku penghiburan dalam kesusahanku, kekuatan dalam ketakutanku dan penyembuhan bagi penyakitku.

Semoga aku menerima apapun yang akan terjadi dengan diriku, sebagaimana Yesus memeluk salib keselamatan-Nya.

Amin.

sumber: Karya Kepausan Indonesia bekerjasama dengan Karya Kepausan Irlandia

Orang Kudus 7 Desember: St. Ambrosius

SANTO AMBROSIUS, USKUP & PUJANGGA GEREJA
Ambrosius lahir pada tahun 334 di Trier, Jerman, dari sebuah keluarga kristen. Ayahnya menjabat Gubernur Gaul, dengan wilayah kekuasaannya meliputi Perancis, Inggris, Spanyol, Belgia, Jerman dan Afrika. Ia mendapat pendidikan yang baik dalam bahasa Latin, Yunani dan ilmu hukum. Di kemudian hari ia terkenal sebagai seorang ahli hukum yang disegani. Keberhasilannya di bidang hukum menarik perhatian Kaisar Valentinianus; ia kemudian dinobatkan menjadi Gubernur Liguria dan Aemilia, yang berkedudukan di Milano, Italia Utara.

Ketika Auxentius, Uskup kota Milan meninggal dunia, terjadilah pertikaian antara kelompok kristen dan kelompok penganut ajaran sesat, Arianisme. Mereka berselisih tentang siapa yang akan menjadi uskup, yang sekaligus menjadi pemimpin dan pengawas kota dan keuskupan Milano. Para arian berusaha melibatkan Kaisar Valentinianus untuk menentukan bagi mereka calon uskup yang tepat. Kaisar menolak permohonan itu dan meminta supaya pemilihan itu dilangsungkan sesuai dengan kebiasaan yang sudah lazim, yaitu pemilihan dilakukan oleh para imam bersama seluruh umat.

Ketika mereka berkumpul untuk memilih uskup baru, Ambrosius dalam kedudukannya sebagai gubernur datang ke basilika itu untuk meredakan perselisihan antara mereka. Ia memberikan pidato pembukaan yang berisi uraian tentang tata tertib yang harus diikuti.

Tiba-tiba terdengar teriakan seorang anak kecil, “Uskup Ambrosius! Uskup Ambrosius!”

Teriakan anak kecil itu serta merta meredakan ketegangan mereka. Lalu mereka secara aklamasi memilih Ambrosius menjadi Uskup Milano. Ambrosius enggan menerimanya karena ia belum dibaptis. Selain itu jabatan uskup itu terlalu mulia dan meminta pertanggungjawaban yang berat. Tetapi akhirnya atas desakan umat, ia bersedia juga menerima jabatan uskup itu.

Enam hari berturut-turut ia menerima semua sakramen yang harus diterima oleh seorang uskup. Setelah itu ia ditahbiskan menjadi uskup. Seluruh hidupnya diabdikan kepada kepentingan umatnya; ia mempelajari Kitab Suci di bawah bimbingan imam Simplisianus; memberikan kotbah setiap hari minggu dan hari raya dan menjaga persatuan dan kemurnian ajaran iman yang diwariskan oleh para Rasul. Dengan bijaksana ia membimbing hidup rohani umatnya. Ia mengatur ibadat hari minggu dengan tata cara yang menarik, sehingga seluruh umat dapat ikut serta dengan gembira dan aktif; mengatur dan mengusahakan bagi pemeliharaan kaum miskin dan mentobatkan orang-orang berdosa. Ambrosius seorang uskup yang baik hati dalam melayani umatnya.

Selama 10 tahun ia menjadi pembela ulung ajaran iman yang benar menghadapi para penganut arian. Pertikaian antara dia dan kaum arian mencapai klimaksnya pada tahun 385, ketika ia melarang keluarga kaisar memasuki basilik untuk merayakan upacara sesuai dengan aturan mereka. Seluruh umat mendukung dia selama krisis ini. ia dengan tegas menolak permintaan Yustina, permaisuri kaisar, yang menginginkan penyerahan satu gereja katolik kepada para penganut arian. Ia berhasil membendung pengaruh buruk ajaran Arianisme.

Terhadap Kaisar Theodosius yang menumpas pemberontakan dan melakukan pembantaian besar-besaran, Ambrosius tak segan-segan mengucilkannya dan tidak memperkenankan dia masuk Gereja. Ia menegaskan bahwa pertobatan di hadapan seluruh umat merupakan syarat mutlak bagi Theodosius untuk bisa diterima kembali di dalam pangkuan Bunda Gereja.

Katanya, “Kalau Yang Mulia mau meneladani perbuatan buruk Raja Daud dalam berdosa, Yang Mulia juga harus mencontohi dia dengan bertobat!” Dan lagi ia berkata, “Kepala Negara adalah anggota Gereja, tetapi bukan tuannya.”

Theodosius, yang dengan jujur mengakui dosa dan kesalahannya, tak berdaya di hadapan kewibawaan Uskup Ambrosius. Ia berkata, “Ambrosius adalah satu-satunya uskup yang menurut pendapatku layak memangku jabatan yang mulia ini.”

Ambrosius adalah seorang uskup yang berjiwa praktis. Meskipun kepentingan politik sangat menyita perhatiannya, namun ia tetap berusaha mencari waktu untuk berdoa dan menulis tentang kebenaran-kebenaran kristen. Kotbah-kotbahnya sangat menarik dan kemudian diterbitkan menjadi bacaan umat. Salah satu kemenangannya yang terbesar ialah keberhasilannya mempertobatkan Santo Agustinus. Ambrosius meninggal dunia pada tahun 397 dan digelari Pujangga Gereja. Ia termasuk salah seorang dari 4 orang Pujangga Gereja yang terkenal di lingkungan Gereja Barat.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Jumat Adven I-C

Renungan Hari Jumat Adven I, Thn C/I
Bac I : Yes 29: 17 – 24; Injil       : Mat 9: 27 – 31

Nabi Yesaya, dalam bacaan pertama, meramalkan akan datang waktunya ada perubahan di Israel. Orang tuli mendengar dan orang buta melihat (bdk ay. 18). Apa yang diramalkan Yesaya itu tampak dalam diri Yesus.

Dalam Injil hari ini, Yesus seakan mewujudkan apa yang sudah pernah dikatakan oleh Nabi Yesaya. Dikisahkan dalam Injil Yesus menyembuhkan dua orang buta. Dua orang buta itu datang kepada Yesus dengan harapan kesembuhan. Sebenarnya dasar kesembuhan itu adalah iman. Mereka yakin bahwa Yesus dapat menyembuhkan mereka.

Karena iman itulah maka Yesus menyembuhkan mereka. "Jadilah kepadamu menurut imanmu." (ay. 29). Dua orang buta ini tidak datang dengan harapan belaka, melainkan disertai iman.

Sabda Tuhan hari ini mau mengajak kita untuk mengambil sikap seperti dua orang buta itu. Kita tentu sering memohon sesuatu kepada Tuhan. Namun kerap kali kita datang hanya dengan harapan agar Tuhan mengabulkan permohonaan kita. Sabda Tuhan hari ini mengajari kita agar harapan kita harus disertai dengan iman.

by: adrian