Jumat, 17 Agustus 2018

BUTIR-BUTIR REFLEKSI HUT KEMERDEKAAN

Setiap tanggal 17 Agustus, semua warga Indonesia akan bergembira merayakan hari ulang tahun kemerdekaan bangsa Indonesia. Aneka kegiatan diselenggarakan, dimulai dari tingkat RT/RW hingga skala nasional. Warga Indonesia di luar negeri pun tak mau ketinggalan. Semua bergembira dan bersyukur atas rahmat kemerdekaan yang Tuhan anugerahkan.
Ada begitu banyak bentuk acara untuk bersyukur atas anugerah kemerdekaan tersebut. Umat Kristen Katolik selalu menghaturkan syukur itu lewat perayaan ekaristi. Dan kebetulan pula, Gereja Katolik Indonesia menetapkan tanggal 17 Agustus itu sebagai Hari Raya, yang disamakan dengan Hari Minggu. Sangat menarik jika warga Indonesia, apa pun agama dan kepercayaannya merenungkan butir-butir refleksi HUT Kemerdekaan ini dalam liturgi Gereja Katolik.
Tulisan “HUT Proklamasi dalam Liturgi Katolik” coba mengangkat butir-butir refleksi tersebut. Ada tiga bacaan Kitab Suci dijadikan dasar pijakan refleksi. Bacaan Pertama, yang diambil dari Kitab Putra Sirakh, lebih ditujukan kepada para pimpinan negeri ini. Di sini mereka diminta untuk bertanggung jawab atas kesejahteraan warganya. Inilah wujud dan makna kemerdekaan. Dengan kata lain, kemerdekaan bukan berarti bebas menindas rakyat kecil.
Bacaan Kedua, yang diambil dari Surat Petrus yang pertama, ditujukan untuk rakyat. Di sini rakyat diajak untuk taat kepada Allah dan bersikap hormat kepada penguasa negeri. Ajakan ini seakan relevan untuk situasi bangsa saat ini, dimana caci maki dan hinaan kepada presiden begitu mudahnya diumbar di sembarang tempat. Orang seakan tidak punya rasa hormat kepada presiden yang terpilih secara demokrasi, hanya lantaran tidak sesuai dengan selera.
Selain itu, Rasul Petrus juga mengajak warga untuk memaknai kemerdekaan ini dengan cara hidup sebagai orang merdeka, bukan dengan menyalah-gunakan kemerdekaan. Penyalah-gunaan kemerdekaan itu identik dengan menyelubungi kejahatan. Nasehat Petrus ini juga relevan untuk bangsa ini. Ada begitu banyak rakyat Indonesia menyalah-gunakan kemerdekaannya, seperti narkoba, korupsi, begal, pergaulan bebas, dan masih banyak lagi. Penyalah-gunaan kemerdekaan membuat orang kembali tertindas.
Bacaan Injil menjadi prinsip Gereja Katolik dalam hubungannya dengan negara dimana ia berada. Gereja Katolik selalu membuat pembedaan antara urusan negara dan urusan Gereja. Masalah agama akan menjadi urusan Gereja, dan tidak akan dicampur-adukkan dengan masalah negara.
Demikianlah butir-butir refleksi kemerdekaan Republik Indonesia yang ada dalam Liturgi Gereja Katolik. Menyimak butir-butir tersebut sangat jelas nilai universalitasnya. Butir-butir tersebut tidak hanya ditujukan kepada umat Kristen Katolik saja, melainkan kepada semua warga Indonesia, bahkan semua umat manusia. Lebih lanjut mengenai butir-butir tersebut silahkan baca di sini.
by: adrian