Kamis, 08 Mei 2014

Mujizat Ekaristi

MUJIZAT EKARISTI: YESUS SEBAGAI MAKANAN KEHIDUPAN
Bacaan Injil hari Selasa hingga Sabtu Paskah III bercerita tentang pengajaran Yesus kepada orang Yahudi bahwa Dia adalah roti hidup (teks bacaan klik di sini).  Dia adalah roti hidup yang turun dari surga. Dalam Injil hari Kamis Paskah III Yesus bersabda bahwa roti yang diberikan-Nya adalah daging-Nya (ay. 51).

Beberapa tahun kemudian Yesus mengulangi lagi ajaran-Nya ini secara khusus kepada para rasul, meski dengan cara yang berbeda. Ini terjadi pada perjamuan malam terakhir di mana Yesus mengambil roti lalu mengucap berkat dan kemudian memecah-mecahkan roti itu dan memberinya kepada mereka. Saat itu Dia berkata bahwa roti yang dibagikan itu adalah tubuh-Nya, dan Dia meminta para murid-Nya untuk memakannya karena memang itu makanan (bdk. Mat 26: 26; 1 Kor 11: 24).

Dalam pengajaran-Nya itu Yesus mengidentikkan tubuh-Nya dengan roti atau makanan. Karena ia merupakan makanan, maka mau tidak mau harus dimakan. Dan itulah yang terjadi dalam perayaan ekaristi. Umat diundang untuk menyambut tubuh Kristus, yang dikenal dengan hosti. Memang sebelum ekaristi  hosti itu hanyalah sebuah roti tak beragi. Namun, setelah diberkati imam dalam Doa Syukur Agung, tepatnya saat konsekrasi, hosti itu menjadi tubuh Kristus. Hanya mata iman yang bisa melihatnya. Persis syair lagu Allah yang Tersamar (Puji Syukur 557): "Allah yang tersamar, Dikau kusembah// Sungguh tersembunyi, roti wujudnya//..."

Akan tetapi dewasa ini masih banyak manusia yang meragukan bahwa hosti itu adalah benar-benar daging. Kalau dikatakan hosti itu benar-benar makanan: sudah pasti. Tapi kalau dikatakan benar-benar daging: sabar dulu dech apalagi Tubuh Yesus. bukankah itu berarti kanibalisme? Demikian pemikiran banyak orang. Karena itu, orang menolak kehadiran Yesus dalam hosti kudus.

Berikut ini akan dikisahkan beberapa kisah mukjizat ekaristi. Kami tidak tahu apakah ini dapat menghapus keraguan banyak orang. Bukan maksud kami untuk membuat Anda percaya. Karena soal percaya atau tidak adalah hak Anda. Kami hanya mau berbagi cerita. Berkaitan dengan percaya atau tidak, kami mengikuti apa yang pernah dikatakan Yesus, "Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." (Yoh 20: 29)

MACERATA, tahun 1356
Hanya sedikit catatan yang ada mengenai mukjizat Ekaristi ini, tetapi kisahnya yang ditulis di atas sebuah perkamen dari abad ke-14 masih ada hingga sekarang. Mukjizat ini berkenaan dengan perdebatan yang berlangsung beberapa abad sebelumnya dan yang ditulis oleh St. Thomas Aquinas yaitu, apakah Kristus tetap hadir sama dalam setiap bagian Hosti yang telah dikonsekrasikan setelah Hosti dipecah-pecahkan oleh imam, yang kemudian memasukkan sepotong kecil Hosti Kudus ke dalam piala berisi anggur yang telah dikonsekrasikan.
 
Mukjizat terjadi setelah imam memecahkan sebuah Hosti besar. Darah mulai memancar dari Hosti ke dalam piala dan membasahi korporal serta kain altar. Imam kemudian pergi kepada uskup yang mengesahkan peristiwa mukjizat ini. Korporal dengan Darah Kristus dihormati setiap tahun di Macareta pada hari Minggu sesudah Pentakosta. Kini reliqui disimpan di bawah altar Katedral Macerata.

Doa: Ya Kristus, kami ingat akan sabda-Mu dalam Yohanes 6:35: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.”

MIDDLEBURG ~ LOUVAIN, tahun 1374
Pada tahun 1374, seorang pemuda dengan dosa berat dalam jiwanya pergi menyambut Komuni Kudus. Ketika Hosti ditempatkan di atas lidahnya, Hosti berubah menjadi Daging sehingga ia tak dapat menelannya. Darah menetes dari bibirnya dan membasahi kain pada rel komuni. Imam bertindak cepat dengan mengambil Hosti Kudus serta menempatkannya dalam sebuah piala di altar.


Berita mengenai mukjizat ini tersebar keseluruh penjuru Belgia dan mukjizat Hosti dipindahkan 700 mil jauhnya ke Cologne. Sebuah ostensorium berhias indah dibuat. Sebagian Hosti dan sepotong kain dengan noda darah kemudian dibawa ke Louvain di mana telah dipersiapkan sebuah wadah reliqui yang indah.

Bagian mukjizat Ekaristi yang disimpan di Louvain berwarna agak kecoklatan dan dapat dikenali dengan mudah sebagai daging. Reliqui disimpan dalam sebuah wadah reliqui yang dibuat pada tahun 1803. Dokumen-dokumen penting dan hasil penelitian terhadap reliqui disimpan dalam perpustakaan Gereja St. Jacques.

BOLOGNA, tahun 1333
Mukjizat ini terjadi pada tahun 1333 di Bologna, Italia karena seorang gadis remaja saleh yang berumur sebelas tahun memiliki kerinduan yang berkobar-kobar untuk menyambut Kristus dalam Ekaristi.
 
Imelda Lambertini dilahirkan dalam sebuah keluarga kaya. Ayahnya adalah Count Eagno Lambertini. Imelda bergabung dalam Biara Dominikan ketika usianya baru sembilan tahun. Ia disayangi oleh para biarawati lainnya. Dalam usia yang masih sangat muda, Imelda memiliki cinta yang menyala-nyala kepada Yesus dalam Ekaristi dan karenanya sungguh rindu menyambut-Nya dalam Komuni Kudus. Tetapi, hal itu tidak mungkin baginya karena usianya belum cukup untuk dapat menerima Komuni.

Tuhan mengaruniakan kepadanya suatu anugerah istimewa pada Pesta Kenaikan Yesus ke Surga pada tahun 1333. Sementara ia berdoa, sebuah Hosti tampak melayang-layang di udara di hadapannya. Imam segera dipanggil dan ia memberikan kepada Imelda Komuni Kudusnya. Imelda mengalami ekstasi dan tidak pernah bangun kembali. Ia wafat saat menyambut Komuni Kudusnya yang Pertama!

Devosi kepada Beata Imelda pun dimulai dan pada awal tahun 1900-an suatu komunitas Dominikan dibentuk dengan nama Suster-suster Dominikan dari Beata Imelda. Para biarawati ini berjuang keras menyebarluaskan cinta dan devosi kepada Ekaristi serta menggalakkan Adorasi Abadi. Jenasah Beata Imelda yang tetap utuh hingga kini dibaringkan di Gereja San Sigismondo dekat Universitas Bologna. Paus Pius X memaklumkan Imelda sebagai Pelindung Para Penerima Komuni Pertama.

Ya Kristus, biarkan kami mati setiap hari bagi-Mu dan menyambut Engkau dalam Ekaristi seakan-akan itulah komuni kami yang terakhir. Jadikan kami pula seperti anak-anak kecil, dengan cinta yang polos dan kepercayaan penuh akan cinta dan belas kasihan-Mu.
Jakarta, 7 Mei 2014
by: adrian, dari berbagai sumber

Orang Kudus 8 Mei: St. Bonifasius

SANTO BONIFASIUS, PAUS & PENGAKU IMAN
Bonifasius lahir di Valeria, Italia. Beliau adalah anak seorang dokter. Pada masa kepausan Gregorius I (590-604) dia ditabhiskan menjadi diakon di Roma.

Pada tanggal 25 Agustus 608, Bonifasius terpilih menjadi Paus dan memimpin Gereja hingga kematiannya pada tanggal 8 Mei 615. Selama masa kepausannya, Bonifasius memperoleh izin dari Kaisar Roma, Phocas (602-610) untuk merombak Pantheon, sebuah kuil kafir menjadi gereja untuk kepentingan ibadat gereja. Gereja ini dipersembahkan kepada perlindungan Bunda Maria dan para martir kudus. Untuk itu ia mengambil banyak relikiu para kudus dari katakombe-katakombe dan menempatkan di bawah kaki altar gereja itu.

Renungan Hari Kamis Paskah III - A

Renungan Hari Kamis Paskah III, Thn A/II
Bac I   : Kis 8: 26 – 40; Injil          : Yoh 6: 44 – 51;

Yesus, dalam Injil hari ini, memperkenalkan Diri-Nya sebagai roti hidup. “Akulah roti hidup.” (ay. 48). Ada kesamaan antara makan (ay. 51) dan percaya (ay. 47), yaitu mempunyai hidup kekal atau hidup selama-lamanya. Oleh karena itu, makan roti hidup, yang adalah Tubuh Yesus sendiri, berarti juga menerima Dia dalam hidup; atau dengan perkataan lain, menjadi percaya. Kepercayaan inilah yang mendatangkan keselamatan. Ada banyak wujud keselamatan, salah satunya adalah hidup sukacita.

Hidup sukacita karena percaya pada Yesus terlihat dalam bacaan pertama. Kemarin juga dikisahkan tentang pewartaan Filipus di daerah Samaria yang mendatangkan sukacita yang sangat besar setelah penduduk menerima Yesus. Hari ini juga terlihat gambaran serupa. Sukacita dialami oleh seorang Ethiopia. Setelah mendengarkan pewartaan Filipus, ia percaya dan mau menerima Yesus (ay. 37). Wujud penerimaan itu adalah pembaptisan. Dikatakan bahwa setelah pembaptisan itu, “ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.” (ay. 39).

Hari ini sabda Tuhan mau mengatakan kepada kita bahwa Tuhan Yesus adalah sumber sukacita. Menerima Dia akan mendatangkan sukacita dalam hidup. Menerima Yesus berarti percaya kepada-Nya. Karena itu, sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita yang sudah lama dibaptis. Dengan baptisan secara tidak langsung berarti kita sudah menerima Yesus dalam hidup kita. Persoalannya adalah apakah kita sudah mengalami sukacita? Jika belum, ini berarti kita belum menerima Dia sepenuh hati. Tuhan menghendaki agar kita menerima Dia sepenuh hati, ibarat menyantap roti tak bersisa.

by: adrian