Jumat, 27 Juni 2014

(P U I S I) Korupsi Melanda Gereja

KORUPSI MELANDA GEREJA
Ada umat tak percaya
Ketika aku cerita ada imam korupsi juga
Dia kata para imam ikrar janji sederhana
Aku bilang itu hanya ucapan bibir semata

            Korupsi telah melanda gereja
            Ia nyata hanya tidak kentara
            Tapi bisa dilihat dirasa
            Pada imam yang hidup bergaya
            Tampil bergelimang harta dan benda
            Meski gaji sebulan tidaklah setara

Korupsi telah melanda gereja
Sayang kurang aksi nyata
Pimpinannya tutup mata tutup telinga
Umatlah yang hidup menderita

            Ada umat tak percaya
            Ketika aku cerita ada imam korupsi juga
            Dia kata imam itu juga manusia
            Wajar bila ia tampil seperti Dracula
                                                Jakarta, 16 Juni 2014
by: adrian

Orang Kudus 27 Juni: St. Emma

SANTA EMMA, PENGAKU IMAN
Emma, yang juga dipanggil Hemma, lahir pada tahun 980 dan meninggal pada tahun 1045. Wanita ningrat ini dikenal sebagai pendiri sebuah biara dan Gereja di desa Gurk, Austria Selatan.

Keputusannya untuk menjalani hidup bakti kepada Tuhan ditempuhnya setelah suaminya meninggal dan kedua puteranya dibunuh. Diceritakan bahwa kedua puteranya dibunuh karena menggantung seorang karyawan yang bekerja di rumah mereka. Suaminya meninggal ketika dalam perjalanan ke Roma. Semenjak itu, Emma giat melakukan berbagai karya amal cinta kasih. Bukti yang paling mengagumkan dari niatnya yang suci ialah usahanya untuk mendirikan sebuah biara dan gereja di Gurk, Austria Selatan. Biara -- yang kemudian dijadikan Biara Benediktin di Admont -- ini dimulai pembangunannya pada tahun 1072 setelah kematiannya. Diceritakan bahwa Emma sendiri sebagai biarawati setelah kematian suami dan anak-anaknya itu. Oleh gereja ia digelari sebagai ‘Santa’.

Salah Guna Kedekatan Kekuasaan

Di dunia ini penguasa itu identik dengan pemegang kuasa. Ada banyak kuasa di dalam genggaman tangannya, yang dapat menentukan nasib orang lain. Memang tetap harus diakui bahwa hidup mati ada dalam kuasa Tuhan, meski dalam arti tertentu dapat juga dipindahkan ke tangan manusia yang memiliki kuasa tadi.

Kalau penguasa alam semesta itu hanya ada satu, yaitu Tuhan Allah, maka penguasa di dunia ini ada banyak, tergantung bidangnya. Untuk sebuah negara, penguasanya adalah kepala pemerintah, meski teorinya mengatakan bahwa rakyatlah pemilik kuasa itu. Di bidang hukum, hakimlah penguasanya. Dialah pemegang keputusan bersalah atau tidaknya seseorang.

Untuk lingkup Gereja, misalnya di keuskupan, pemegang kuasa itu adalah uskup. Inipun masih ada catatannya, yaitu bahwa menurut teorinya kekuasaan dalam Gereja itu berarti pelayanan dan pengabdian. Tapi, itu lebih pada teori. Karena, sebagaimana lazim terjadi, tidak banyak teori sejalan dengan prakteknya.

Karena dengan kuasa yang dimiliki itu, sang penguasa dapat menentukan nasib orang lain, maka wajar bila banyak orang berusaha dan berjuang agar bisa dekat dengan penguasa. Kedekatan ini tentulah akan berdampak positip baginya. Dan supaya bisa dekat dengan sang penguasa itu, berbagai cara pun dilakukan. Salah satunya adalah menjilat. Dari sinilah muncul istilah ABS (Asal Bapak Senang).

Ada banyak manfaat yang diperoleh dari kedekatan relasi dengan penguasa ini. Salah satunya adalah perlindungan. Dengan adanya perlindungan, orang akan merasa aman dan nyaman. Apapun tindakannya, bahkan salah sekalipun, orang tetap dilindungi berkat perlindungan tadi. Karena itu, orang salah bisa jadi tidak disalahkan. Jika melakukan hal yang benar, maka pujian akan melambung tinggi melampaui langit, meski sebenarnya biasa-biasa saja. Ada banyak orang lain melakukan hal yang serupa, bahkan mungkin lebih lagi, namun tidak mendapat apresiasi karena tidak adanya kedekatan relasi dengan penguasa. Sekali lagi, ini semua karena kedekatan dengan penguasa.

Di negara, pelaku kejahatan (entah itu narkoba, korupsi atau lainnya) dapat melenggang bebas berkat adanya relasi yang dekat dengan penguasa. Di keuskupan, imam-imam bermasalah tidak akan dipermasalahkan karena kedekatannya dengan uskup. Malah mungkin ia akan dibela dan justru orang lain yang menjadi biang permasalahan. Akan tetapi, jika tidak punya relasi dekat dekat dengan uskup, imam bermasalah tetap menjadi masalah, dan ia akan dipermasalahkan.

Sungguh, enaknya punya relasi dekat dengan penguasa. Orang yang salah jadi tidak dipersalahkan dan orang bermasalah menjadi tidak dipermasalahkan. Semua itu berkat kedekatan relasi dengan sang penguasa. Namun, ini hanya terjadi di dunia. Jauh berbeda dengan di akhirat atau di hadapan Tuhan Allah, karena Sang Penguasa Agung adalah Hakim yang jujur dan adil. Tuhan tidak akan berkompromi dengan kesalahan atau kejahatan, meski bagi-Nya selalu terbuka pintu tobat.
Jakarta, 17 Juni 2014
by: adrian

Renungan HR Hati Yesus Mahasuci, Thn A

Renungan HR Hati Yesus Mahasuci, Thn A/II
Bac I    Ul 7: 6 – 11; Bac II    1Yoh 4: 7 – 16;
Injil      Mat 11: 25 – 30;

Hari ini Gereja universal mengajak umatnya merayakan hari raya Hati Yesus Mahasuci. Hati merupakan lambang cinta atau kasih (love). Hati yang yang suci adalah ungkapan kasih yang murni. Kasih yang murni itu tampak pada Allah. Dia-lah sumber kasih. Hal inilah yang hendak diwartakan dalam bacaan-bacaan liturgi hari ini.

Dalam bacaan pertama diungkapkan kasih Allah kepada umat kesayangan-Nya, yaitu bangsa Israel. Dinyatakan bahwa Allah-lah yang lebih dahulu memilih mereka menjadi umat kesayangan-Nya. Allah mengasihi umat Israel bukan karena mereka merupakan bangsa yang besar atau kecil (lemah), melainkan karena kasih (ay. 7 – 8). Salah satu bukti kasih Allah kepada mereka adalah dengan mengeluarkan mereka dari penindasan bangsa Mesir (ay. 8). Allah akan tetap mengasihi bangsa Israel karena Dia adalah “Allah yang setia.” (ay. 9).

Kasih Allah yang murni juga terlihat dalam bacaan kedua. Dalam suratnya yang pertama, Yohanes mengungkapkan bahwa “Allah adalah kasih.” (ay. 8). Kasih Allah yang besar kepada dunia tampak dalam kehadiran-Nya di dunia dalam wujud manusia Yesus. Dengan kasih itu kita beroleh hidup (ay. 9 – 10, 14). Sama seperti yang dinyatakan dalam bacaan pertama, Yohanes juga menegaskan bahwa Allah-lah yang lebih dahulu mengasihi manusia (ay. 10).

Dalam bacaan kedua Yohanes sudah menunjukkan bahwa Yesus merupakan ungkapan kasih Allah kepada manusia. Karena itu, pada Yesus ada kasih Allah. Karena itu, dalam hidup-Nya Yesus senantiasa menunjukkan kasih itu kepada manusia. Matius, dalam Injilnya hari ini, memperlihatkan sepenggal kasih Yesus. Kasih Yesus diperlihatkan dengan memberikan kelegaan dan ketenangan jiwa bagi orang yang letih lesu dan berbeban berat (ay. 28 – 29). Di sini hendak ditampilkan sisi Allah yang peduli dan berbelas kasih.

Hari raya Hati Yesus Mahasuci menyadarkan kita pertama-tama bahwa Yesus merupakan perwujudan kasih Allah kepada kita. Pada Yesus ada kasih Allah, karena Dia adalah Allah. Kita disadarkan bahwa Allah lebih dahulu mengasihi kita. Karena itu, apa pesan perayaan hati ini buat kita? Sabda Tuhan, melalui surat Yohanes, menghendaki agar kita hidup saling mengasihi. Dengan kasih, kita sudah ambil bagian dari keilahian Allah karena Allah adalah kasih. Salah satu wujud kasih itu, seperti yang sudah ditunjukkan Tuhan Yesus, adalah dengan sikap peduli dan berbelas kasih kepada sesama.

by: adrian