Sangat menarik kalau
mencermati komentar-komentar atas tulisan kami Ini Alasan Mualaf Berbohong. Dalam tulisan tersebut kami mengulas
beberapa fenomena para mualaf yang tampil berbohong di hadapan publik islam,
dan umat islam menerimanya sebagai suatu kebenaran. Terhadap tulisan kami ini,
yang ditulis di Batam pada 31 Agustus 2016, dan baru dipublikasikan pada 26
Oktober tahun yang sama, muncul beragam tanggapan.
Tanggapan atau komentar baru
muncul di tahun 2017, persisnya pada 13 Mei. Dari beberapa tanggapan itu, kita
bisa mengklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu tanggapan kontra dan pro. Akan
tetapi esensi tanggapannya justru di luar konteks tulisan. Komentar pro hanya
sebatas membalas komentar kontra, sementara esensi tulisan kontra sama sekali
tidak menyinggung soal alasan mualaf berbohong. Mereka hanya mempersoalkan
nomor hadits yang menyebut perintah untuk membunuh orang murtad. Yang dimaksud
orang murtad di sini adalah orang islam yang meninggalkan iman islamnya.
Di balik mempersoalkan nomor
hadits yang memerintahkan umat islam dapat membunuh orang murtad terbersit
ungkapan bahwa tidak ada perintah tersebut. Misalnya komentar Samira Kalkarina,
yang diposting pada 16 Juni 2017, pukul 20:06. Terkait dengan hadits perintah
membunuh orang murtad, Samira menegaskan bahwa kami “tidak menulis isi hadits
itu dengan benar”, lalu memberikan bunyi hadits, yang menurutnya, adalah yang
sebenarnya. Karena itu, Samira menilai bahwa kami telah “menyebar sesuatu yang
salah dan tidak bisa dipertanggungjawabkan”, atau dengan kata lain, kami “sudah
menipu banyak pembaca .... sudah memfitnah Al Quran dan Al Hadits.”
Contoh lain adalah komentar
dari seorang anonim pada 1 November
2017, pukul 10.16. Tulisan orang ini sebenarnya mau menanggapi komentar pro
dari seorang anonim lain pada 20 Juni
2017, pukul 20.56. Anonim pro ini mau memberi bantuan soal Hadits yang
dipersoalkan. Ia menyatakan bahwa perintah membunuh itu ada dalam hadits yang
dimaksud, hanya nomornya yang berbeda dengan yang ada dalam tulisan kami.
Seperti Samira, orang anonim kontra
ini juga hendak menyatakan bahwa tidak ada perintah membunuh itu dalam hadits
yang dimaksud. Ia menampilkan bunyi nomor hadits yang dimaksud anonim pro, dan jelas tidak ada perintah
membunuh orang murtad. Karena itu, orang anonim
kontra ini menasehati agar kami mengecek hadits sumber yang terpercaya,
sementara dia sendiri tidak menyebutkan sumber haditsnya.