Jumat, 26 Januari 2018

ISLAM MENGAJARKAN UNTUK MEMBUNUH UMATNYA YANG MURTAD

Sangat menarik kalau mencermati komentar-komentar atas tulisan kami Ini Alasan Mualaf Berbohong. Dalam tulisan tersebut kami mengulas beberapa fenomena para mualaf yang tampil berbohong di hadapan publik islam, dan umat islam menerimanya sebagai suatu kebenaran. Terhadap tulisan kami ini, yang ditulis di Batam pada 31 Agustus 2016, dan baru dipublikasikan pada 26 Oktober tahun yang sama, muncul beragam tanggapan.
Tanggapan atau komentar baru muncul di tahun 2017, persisnya pada 13 Mei. Dari beberapa tanggapan itu, kita bisa mengklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu tanggapan kontra dan pro. Akan tetapi esensi tanggapannya justru di luar konteks tulisan. Komentar pro hanya sebatas membalas komentar kontra, sementara esensi tulisan kontra sama sekali tidak menyinggung soal alasan mualaf berbohong. Mereka hanya mempersoalkan nomor hadits yang menyebut perintah untuk membunuh orang murtad. Yang dimaksud orang murtad di sini adalah orang islam yang meninggalkan iman islamnya.
Di balik mempersoalkan nomor hadits yang memerintahkan umat islam dapat membunuh orang murtad terbersit ungkapan bahwa tidak ada perintah tersebut. Misalnya komentar Samira Kalkarina, yang diposting pada 16 Juni 2017, pukul 20:06. Terkait dengan hadits perintah membunuh orang murtad, Samira menegaskan bahwa kami “tidak menulis isi hadits itu dengan benar”, lalu memberikan bunyi hadits, yang menurutnya, adalah yang sebenarnya. Karena itu, Samira menilai bahwa kami telah “menyebar sesuatu yang salah dan tidak bisa dipertanggungjawabkan”, atau dengan kata lain, kami “sudah menipu banyak pembaca .... sudah memfitnah Al Quran dan Al Hadits.”
Contoh lain adalah komentar dari seorang anonim pada 1 November 2017, pukul 10.16. Tulisan orang ini sebenarnya mau menanggapi komentar pro dari seorang anonim lain pada 20 Juni 2017, pukul 20.56. Anonim pro ini mau memberi bantuan soal Hadits yang dipersoalkan. Ia menyatakan bahwa perintah membunuh itu ada dalam hadits yang dimaksud, hanya nomornya yang berbeda dengan yang ada dalam tulisan kami. Seperti Samira, orang anonim kontra ini juga hendak menyatakan bahwa tidak ada perintah membunuh itu dalam hadits yang dimaksud. Ia menampilkan bunyi nomor hadits yang dimaksud anonim pro, dan jelas tidak ada perintah membunuh orang murtad. Karena itu, orang anonim kontra ini menasehati agar kami mengecek hadits sumber yang terpercaya, sementara dia sendiri tidak menyebutkan sumber haditsnya.