Jumat, 11 April 2014

Ajakan untuk bertobat

AJAKAN UNTUK BERTOBAT
“Putra-putraku terkasih, terimalah undangan pertobatan yang ditawarkan Gereja kepadamu, khususnya pada masa prapaskah ini. Pada masa ini Bunda surgawimu meminta agar kamu mengupayakan karya-karya sesal dan pertobatan. Doa-doamu hendaklah selalu disertai matiraga batin yang penuh buah.

Matikanlah hawa nafsumu, sehingga kamu dapat menguasai dirimu dan mengendalikan nafsu-nafsumu yang tidak teratur. Hendaklah matamu sungguh menjadi cermin jiwamu; bukalah matamu untuk menerima dan memberikan terang keutamaan serta rahmat, dan tutuplah terhadap setiap kejahatan serta pengaruh jahat.

Hendaklah lidahmu bebas untuk menyuarakan kata-kata kebaikan, kata-kata kasih dan kebenaran, dan karena itu hendaklah kamu merangkul setiap kata dalam keheningan yang khusyuk di sekitarmu.

Hendaklah pikiranmu terbuka hanya untuk gagasan-gagasan damai dan kerahiman, pengetahuan dan keselamatan, dan jangan pernah dinodai oleh penghakiman serta kritik, apalagi oleh kebencian dan penghukuman.

Hendaklah hatimu tertutup rapat terhadap setiap kelekatan yang tak teratur kepada diri sendiri, kepada makhluk ciptaan, dan kepada dunia tempat kamu hidup; dengan demikian hatimu akan terbuka hanya kepada kepenuhan kasih akan Allah dan kasih akan sesama.

Belum pernah seperti saat sekarang ini begitu banyak putraku yang telah jatuh sangat membutuhkan kasihmu yang murni dan adikodrati, untuk diselamatkan. Dalam Hatiku yang Tak Bernoda, aku akan membentuk kamu sehingga kamu memiliki kasih yang murni. Inilah penyesalan yang aku minta darimu; inilah matiraga yang harus kamu laksanakan guna mempersiapkan dirimu untuk tugas yang menantikan kamu; hindarilah jerat-jerat berbahaya yang dipasang musuhku bagimu.

Dalam kemurnian, keheningan dan kepercayaan, setiap hari ikutilah Bunda surgawimu, yang menuntun kamu di jalan yang sama yang pernah dilalui Yesus yang tersalib. Itulah jalan penyangkalan diri dan kepatuhan penuh, jalan penderitaan dan pengorbanan. Itulah jalan ke Kalvari yang harus juga kamu tapaki sambil memanggul salibmu setiap hari dan mengikuti Yesus menuju kesempurnaan Paskah. Dengan demikian kamu juga akan beroleh bantuan berkat kekuatan pengantaraanku yang mujarab; dengan ini aku mampu membuka gerbang emas Hati Puteraku dan mencurahkan kepenuhan kerahiman-Nya.”
25 Maret 1981
diedit dari: Marian Centre Indonesia, Kepada Para Imam: Putra-putra Terkasih Bunda Maria. (hlm 493 – 495)

Orang Kudus 11 April: St. Stanislaus

SANTO STANISLAUS, USKUP & MARTIR
Santo Stanislaus lahir di Szczepanow, Polandia selatan pada tanggal 26 Juli 1030. Ketika itu ibu-bapanya sudah memasuki usia senja. Boleh dikatakan Stanislaus adalah hadiah Allah kepada kedua orangtuanya yang tidak kunjung putus berdoa untuk mendapatkan seorang anak. Ibu bapanya mempersembahkan kembali dia kepada Allah yang telah mengabulkan permohonan mereka.

Ketika meningkat remaja, Stanislaus ternyata menunjukkan kepintaran yang luar biasa. Cita-cita hidupnya hanya satu, yakni menjadi abdi Allah sebagai seorang rahib. Cita-cita luhur ini baru terwujud setelah kedua orangtuanya meninggal dunia. Sebagai anak tunggal, ia tidak mempunyai suatu keterikatan kepada siapapun. Ia melepaskan segala-galanya, termasuk harta warisan orangtuanya lalu memasuki pendidikan imamat.

Ia ditabhiskan menjadi imam setelah menyelesaikan studinya di Gniezno, Polandia Barat. Dalam karyanya ia terkenal sebagai pengkhotbah ulung di Katedral Krakow. Kerajinan, kesalehan dan kepandaiannya membuat dia sangat berpengaruh di seluruh ke uskupan Krakow dan Kerajaan Polandia. Akhirnya pada tahun 1072, ia ditabhiskan menjadi uskup di kota Krakow atas restu Paus Aleksander II (1061-1073).

Pada masa kepemimpinannya, Kerajaan Polandia di kuasai oleh Raja Boleslaus (1058-1079), seorang raja yang cakap tetapi sombong dan cabul. Nafsu kuasanya yang besar mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan tidak terpuji di hadapan mata rakyatnya. Ia menikahi dengan paksa isteri seorang prajuritnya. Perbuatan ini merupakan contoh yang sangat buruk bagi seluruh rakyat. Mendengar berita itu, Uskup Stanislaus segera berangkat ke istana untuk menegur raja. Karena Boleslaus tidak peduli akan tegurannya, ia mengekskomunikasi Boleslaus dari Gereja.

Tindakan ekskomunikasi inipun tidak dihiraukan. Boleslaus tetap masuk ke Gereja untuk mengikuti kurban misa seperti sedia kala. Pada suatu ketika, ia mengikuti perayaan misa kudus di gereja katedral. Ketika imam, pemimpin misa itu melihat Boleslaus ikut serta dalam perayaan itu, ia segera menghentikan perayaan dan meninggalkan altar. Boleslaus marah dan dengan pengawal-pengawalnya segera mencari Uskup Stanislaus yang mengekskomunikasinya. Mereka menemukan dia di kapelnya. Stanislaus yang sedang merayakan misa pada saat itu ditangkap dan dibunuh dengan kejam. Peristiwa naas ini terjadi pada tahun 1097. Stanislaus dikuburkan disebuah kapela dan pada tahun 1088 dipindahkan di Gereja Katedral Krakow. Ia digelari kudus oleh Sri Paus Innocentius IV (1243-1254) pada tahun 1523.

Renungan Hari Jumat Prapaskah V - A

Renungan Hari Jumat Prapaskah V, Thn A/II
Bac I   : Yer 20: 10 – 13; Injil       : Yoh 10: 31 – 42

Bacaan pertama diambil dari Kitab Nabi Yeremia. Di sini Yeremia menampilkan kisahnya yang menghadapi kegentaran karena banyak orang mengharapkan celaka dirinya. Orang banyak tidak suka akan kebaikan dan kebenaran yang diwartakan Yeremia. Namun Yeremia menyerahkan hidup dan perkaranya kepada Tuhan (ay. 12). Sikap berserah inilah yang mendatangkan selamat bagi Yeremia. Allah akan menyertainya “seperti pahlawan yang gagah,” (ay. 11) sehingga mereka yang ingin mencelakinya tidak dapat berbuat apa-apa.

Kisah hidup Yeremia dalam bacaan pertama secara tidak langsung menggambarkan kehidupan Yesus. Dalam Injil hari ini, meski bukan kelanjutan dari kisah Injil kemarin, ditampilkan pertentangan antara Yesus dengan orang-orang Yahudi. Orang Yahudi, yang marah, ingin mencelakai Yesus. Kemarahan itu dilandasi pada ketidaksukaan mereka akan karya dan warta kebenaran yang disampaikan Yesus. Namun, sebagaimana Yeremia luput dari niat jahat orang banyak itu, Yesus pun luput dari orang Yahudi (ay. 39).

Sabda Tuhan hari ini mau mengatakan kepada kita bahwa kebaikan dan kebenaran selalu mendapat tantangan dari kejahatan. Bila kita hidup dalam kebaikan dan kebenaran, maka kita akan mendapat kesulitan dalam hidup. Yeremia dan Yesus sudah mengalaminya. Namun mereka tidak menyerah kalah kepada kejahatan. Mereka berserah diri kepada Allah; dan Allah itulah yang menyelamatkan mereka. Sabda Tuhan hari ini menghendaki agar kita memiliki sikap iman seperti itu. Sekalipun menghadapi kesulitan dalam hidup, hendaklah kita tetap berserah diri kepada Tuhan.

by: adrian