Kamis, 23 Januari 2014

Nostalgia Liburan

Waktu liburan tahun 1993, dalam perjalanan dari Belawan menuju Tanjung Priok, saya berkenalan dengan tiga orang cewek: Tia, Molly dan Murti. Ini adalah salah satu kenangan indah itu.

















Murti, Saya, Molly dan Tia


















Murti, Saya dan Molly
Saya dan Molly

(Sharing Hidup) Liburan ke Tawangmangu

JALAN-JALAN KE TAWANGMANGU
Tanggal 30 Desember, saya dan Yovan menuju Paroki Banteng. Saya mau ketemu dengan Rm. Kris, mantan Pastor Kepala Paroki Sungailiat, mengucapkan salam natal. Akan tetapi beliau saat itu sedang ke Solo. Ada acara komunitas MSF dalam rangka pesta keluarga kudus. Pulang dari Banteng, kami mampir ke Kanisius; dan kemudian mencari makan siang.

Sampai di tempat kosan Yovan, HP saya berdering. Ternyata Ibu Sulastri menelpon saya. Beliau mengajak saya ke Solo. Di sana sudah ada Pak Agung sekeluarga yang siap mengajak ke Tawamangu. Dengan semangat ’45 saya langsung mengiyakan, sekalipun untuk itu besok saya harus bangun pagi-pagi dan menunggu di Stasiun Lempunyangan.

31 Desember, jam 06.00, Yovan mengantar saya ke Lempunyangan. Belum lama saya turun dari motor, Ibu Sulastri bersama rombongannya tiba. Di sana ada Tika, Dita, Andre, Ambro dan Dimas. Setelah Ibu Sulastri membeli tiket tujuan Solo, kami pun segera naik kereta.


Di Stasiun Solo Balapan sudah menunggu Pak Agung bersama istri dan Cinta. Segera kami naik mobil Kijang Innova menuju Stadion Manahan untuk menikmati sarapan. Salah satu kekhasan Solo adalah nasi Liwet. Karena itu, kami pun memesan dan menikmati sarapan nasi Liwet. Dari sini kami menuju rumah keluarga besar Pak Agung. Kemudian kami berangkat menuju Tawamangu.

Setelah menempuh sekitar 30 menit perjalanan, kami akhirnya tiba di tujuan. Berjalan memasuki kawasan wisata Grojogan Sewu, kami disambut oleh monyet-monyet penghuni hutan itu. Sesudah membeli tiket masuk, kami mulai menyusuri jalan menurun. Pengelola sudah mengatur jalur datang dan kembali tersendiri.


Sampai di tujuan, rasa lelah seakan terobati dengan menyaksikan keindahan alam air terjun Grojogan Sewu. Di lokasi itu ada sejumlah obyek wisata selain air terjun. Ada kolam renang untuk anak-anak dan orang dewasa, ada wahana outbond dan ada pula wahana rafting serta wisata hutan. Udara di sana sejuk.

Cukup lama kami menikmati keindahan dan kesejukan udara Grojogan Sewu. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Jalan kembali membutuhkan perjuangan, karena mendaki. Namun karena udaranya sejuk dan keindahan alamnya membuat rasa lelah tidak menghinggapi kami. Menuju tempat parkiran, anak-anak memilih naik kuda. Tak ketinggalan Cinta dan ibunya.


Dari Grojogan Sewu kami menuju Cemara Sewu. Lokasinya lebih tinggi dari Grojogan Sewu. Karena itu, udaranya jauh lebih dingin. Di sini kabut selalu menaungi jalanan. Tujuan kami ke sini adalah untuk mencari sate kelinci sebagai menu makan siang. Kami tiba di tempat tujuan sekitar jam 12.30. Dan 30 menit kemudian hidangan tersedia. Segera kami menyantapnya.

Mengingat waktu terbatas, maka Pak Agung langsung mengantar kami ke Stasiun Solo Balapan. Tiba di stasiun sekitar jam 16.00. dengan kereta ekonomi kami pulang menuju Yogyakarta. Saya menuju ke tempat kosan Yovan.

Bandung, 14 Januari 2014
by: adrian

Orang Kudus 23 Januari: St. Emerensiana

SANTA EMERENSIANA, MARTIR
Emerensiana adalah saudara angkat Santa Agnes. Menurut cerita rakyat, Emerensiana dirajam dengan batu hingga mati ketika ia sedang berdoa di makam Santa Agnes, dua hari setelah wafatnya.

Ketika itu Emerensiana masih menjalani masa katekumenat. Ia seorang katekumen yang rajin mengikuti pelajaran-pelajaran agama dan menata hidupnya menurut ajaran iman Kristen. Meskipun ia masih katekumen, kematiannya telah merupakan suatu permandian baginya, permandian dalam darah. Oleh karena itu cukup beralasan bila jenazah Emerensiana dimakamkan di pekuburan Kristen di Roma sebagai seorang martir. Kisah tentang seluruh hidupnya tidak banyak diketahui.

Renungan Hari Kamis Biasa II - Thn II

Renungan Hari Kamis Biasa II, Thn A/II
Bac I    1Sam 18: 6 – 9, 19: 1 – 7; Injil  Mrk 3: 7 – 12

Bacaan pertama melanjutkan kisah Daud setelah mengalahkan raksasa Filistin yang dikenal dengan nama Goliat. Ketika memasuki kota Israel, Daud dipuji setinggi langit mengalahkan Saul. “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.” (ay. 7). Saul merasa tersaingi dengan Daud yang sebelumnya tidak diperhitungkan secara militer. Hal inilah yang membuat Saul cemburu dan ingin membunuhnya.

Kecemburuan juga terlihat dalam roh-roh jahat, yang merupakan anak cucu setan. Dalam Injil dikisahkan bahwa Yesus banyak melakukan kebaikan dalam wujud penyembuhan. Pada jaman dulu banyak sakit disebabkan oleh kerasukan roh jahat. Dikatakan bahwa ketika melihat Yesus, roh-roh jahat itu “jatuh tersungkur di hadapan-Nya.” (ay. 11). Mereka sadar kalau Yesus itu adalah Anak Allah.

Cemburu merupakan salah satu sifat setan atau iblis. Karena cemburu akan kebahagiaan hidup manusia pertama, iblis menggoda Hawa dan Adam untuk melawan Allah. Iblis ingin supaya manusia menderita. Karena itu, sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita akan sifat cemburu itu. Tuhan menghendaki agar kita menyingkirkan sifat tersebut dari hidup kita. Rasa cemburu akan melahirkan dosa baru, sebagaimana Saul yang cemburu kepada Daud dan ingin membunuhnya.

by: adrian