Jumat, 27 Januari 2017

Tempat Penyaliban Yesus: Golgota atau Kalvari?

Orang islam sering mengatakan bahwa dalam kitab suci orang kristiani ada banyak ditemui pertentangan. Mereka kemudian menilai, bahkan mempertanyakan dan meragukan, nilai sebuah kitab suci tersebut. Bagi mereka, karena disebut kitab suci, dimana sumbernya dari Allah, haruslah tidak mengandung pertentangan. Jika terdapat pertentangan, “kitab suci” itu bukan berasal dari Allah, melainkan buatan manusia.
Salah satu pertentangan yang muncul dalam kitab suci adalah istilah atau nama tempat dimana Tuhan Yesus disalibkan. Memang semua sepakat bahwa Tuhan Yesus disalibkan di sebuah bukit, namun ada kitab yang mengatakan bukit Kalvari, sementara kitab yang lain mengatakan bukit Golgota. Nah, bagaimana menjelaskan persoalan ini?
Tulisan “Tempat Penyaliban Yesus: Golgota atau Kalvari” memberi jawaban atas pertanyaan tersebut di atas. Secara tidak langsung tulisan ini menjawab juga permasalahan yang sering dipersoalkan oleh orang islam. Secara singkat dapat dikatakan bahwa yang dilihat oleh orang islam sebenarnya bukanlah pertentangan, tapi perbedaan istilah akan satu obyek yang sama.
Karena itu, dengan membaca tulisan ini, pembaca dapat menemui jawaban atas dua persoalan. Lebih lanjut mengenai tulisan tersebut, silahkan baca sendiri di: Budak Bangka: Tempat Penyaliban Yesus: Golgota atau Kalvari?

Rabu, 25 Januari 2017

MERAWAT HUBUNGAN SUAMI ISTRI TETAP MESRA


Salah satu faktor yang membuat relasi rumah tangga antara suami istri langgeng adalah terjaganya kemesraan relasi itu. Umumnya satu dua tahun hidup berumah tangga semangat kemesraan itu masih terjaga. Romantisme masa pacaran masih ada sehingga kehidupan rumah tangga pun masih terjaga.
Akan tetapi, setelah melewati usia balita, muncul kejenuhan. Mulai muncul konflik atau kesalah-pahaman. Ada beberapa bagian dari masing-masing yang belum diketahui selama masa pacaran, mulai terungkap. Jika tidak dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin bahtera rumah tangga ini akan dipenuhi gonjang-ganjing yang dapat menghambat laju bahtera menuju pantai impian.
Menunjukkan rasa cinta kasih kepada pasangan tidak cukup hanya lewat kata-kata. Tindakan dan perilaku kepada pasangan pun dapat mengindikasikan besarnya cinta. Tidak perlu repot-repot, melakukan hal sederhana namun berkesan ternyata mampu membuat hubungan percintaan semakin mesra dan langgeng.
Menurut Burton Goldsmith PhD, seorang psikoterapis, menyatakan rasa cinta seharusnya tidak hanya dilakukan pada saat hari valentine saja. Sebaliknya, menunjukkan rasa cinta harus dilakukan secara konstan. “Artinya melakukan hal-hal yang lebih dari sekedar mengucapkan kalimat ‘Aku cinta kamu’ berkali-kali,” ujar Goldsmith.
Lalu, hal-hal apa saja yang bisa dilakukan untuk mewujudkan hubungan yang semakin mesra dari hari ke hari? Berikut ini beberapa tawaran.
1. Gunakan panggilan sayang
Memanggil pasangan dengan menggunakan panggilan sayang atau kata sejenis lainnya akan menimbulkan respon positif. Respon ini berlaku pada hal apapun yang akan kita katakan selanjutnya pada pasangan. Panggilan seperti ini akan menjaga suasana romantis tetap terjaga.
2. Dukungan pasangan saat mengalami masa sulit

Sabtu, 21 Januari 2017

Senyum itu Mudah dan Gratis

Beberapa minggu lalu jagat dunia maya dan nyata diramaikan dengan fenomena “om tolelot om”. Ketika saya mengunjungi sebuah stasi ada tulisan “om tolelot om” pada sepotong kertas karton di pinggir jalan. Membaca tulisan tersebut saya langsung tersenyum. Lain peristiwa, ketika saya menjemput satu keluarga di komplek perumahan Gang Sawo, seorang anak kecil berteriak kepada saya “mo tolelot mo”. Dan saya pun tersenyum.
Arti kecil dari fenomena “om tolelot om” adalah bahwa bahagia itu mudah dan sederhana. Tidak mahal dan susah. Inilah yang mau diangkat dalam tulisan inspirasi hidup ini. Tulisan ini sekaligus mau mengajak pembacanya untuk langsung mempraktekkannya. Teori tanpa praktek akan menjadi sia-sia.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai tulisan ini, silahkan baca di: Budak Bangka: (Inspirasi Hidup) Senyum itu Mudah dan Gratis

Rabu, 18 Januari 2017

JANGAN AJARI ORANG DAYAK TOLERANSI

Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia, Tengku Zulkarnain, bersama rombongan ditolak menginjakkan kaki oleh sekelompok orang Dayak di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Rombongan, yang baru mendarat di Bandara Susilo dengan pesawat Garuda, terpaksa melanjutkan perjalanan ke Pontianak.
Aksi penghadangan ini menimbulkan respon oleh beberapa pihak. Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, seperti dikutip dari Kompas Online, ikutan memberikan tanggapan atas peristiwa tersebut. Haedar seakan mau mengguri orang Dayat soal toleransi. Beliau menghimbau, jika berbicara soal toleransi antarumat beragama, maka semua unsur masyarakat seharusnya siap hidup dalam keberagaman. “Semua pihak, kalau ingin menegakkan toleransi, ya harus siap dalam keberagaman. Saya ulangi, seluruh pihak. Itu poin saya,” ujar Nashir.
Sekalipun dalam pernyataannya Nashir menekankan seluruh pihak, namun pernyataannya itu sangat jelas ditujukan kepada orang Dayak. Frase seluruh pihak hanyalah sebagai kedok bahwa Nashir mau bersikap netral. Frase itu adalah gaya bahasa diplomatis. Di baliknya seakan Nashir mau mengajari orang Dayak bertoleransi. Padahal sudah ratusan tahun orang Dayak hidup berdampingan dengan orang Melayu, dan nyaris tak pernah terdengar riak perselisihan. Konflik orang Dayak dan Madura disebabkan karena orang Madura yang bersikap kasar terhadap orang Dayak. Hal yang sama dengan kasus penolakan ini.
Saudara Andreas, yang memimpin Forum Pemuda Dayak DAD Sintang, menyampaikan pernyataan terkait dengan penolakan itu. Dikatakan bahwa mereka menolak Sekjen MUI itu karena pernyataan Tengku Zulkarnain di salah satu media sosial yang menista perasaan warga masyarakat Dayak. Ditegaskan bahwa warga Dayak Kabupaten Sintang tidak membenci MUI, tetapi lebih  kepada pribadi Tengku Zulkarnain, yang kebetulan menjabat wakil sekjen MUI.
Jadi, pernyataan Nashir, yang seakan mau menggurui orang Dayak untuk bertoleransi, sungguh berlebihan dan aneh. Berlebihan karena pesan itu menjadi sumbang, seperti mengajari ikan berenang. Orang Dayak sudah tahu hidup bertoleransi. Bila perlu Haedar Nashir perlu belajar dari warga Dayak di Kalimantan. Dikatakan aneh, karena pesan itu muncul ketika ada kejadian yang menimpa salah satu atribut islam. Kenapa ketika MUI mengeluarkan fatwa penistaan agama kepada Ahok, Nashir tidak berkomentar.
Bagi saya, kasus penolakan ini tak jauh beda dengan fatwa MUI. Ketika dirasakan dan ditafsir bahwa Ahok telah melakukan penistaan, maka MUI mengeluarkan fatwa. Demikian pula halnya dengan Forum Pemuda Dayak DAD Sintang. Ketika dirasakan bahwa Tengku Zulkarnain telah melakukan penghinaan, maka mereka menolak kedatangannya. Menolak kedatangan orang sama artinya mengeluarkan fatwa. Bentuk fatwa Forum Pemuda Dayak DAD Sintang atas Tengku Zulkarnain adalah menolaknya menginjakkan kaki di tanah Dayak Sintang.
Jadi, jika Nashir mempersoalkan aksi penolakan sekelompok orang Dayak terhadap wakil sekjen MUI, Nashir juga harus mempersoalkan fatwa MUI atas Basuki Tjahaya Purnama, alias Ahok. Jika Nashir mendukung langkah MUI mengeluarkan fatwa penistaan agama kepada Ahok, maka Nahsir juga harus mendukung langkah Forum Pemuda Dayak DAD Sintang menolak kedatangan wakil sekjen MUI.

Senin, 16 Januari 2017

PASIEN KAMAR 14: Sebuah Cerpen

“Pasien Kamar 14” adalah sebuah cerita pendek yang sangat menarik. Ia berkisah tentang kehidupan pasien rumah sakit yang masuk kategori miskin. Sudah menjadi rahasia umum kalau pasien miskin selalu mendapat perlakuan minim atau miskin pelayanan. Hal ini sebenarnya terungkap juga dalam cerpen Cita-cita Warni. Sebuah keprihatinan sosial, yang terekam dalam dunia sastra.
Kenapa Kamar 14? Apakah kamar ini menunjukkan lokasi kejadian yang menginspirasi cerita? Semua serba mungkin. Yang pasti ada kesan penulis berusaha menghindari angka 13 untuk kamar, karena angka ini selalu mempunyai konotasi buruk. Angka 13 adalah angka sial. Pasien dalam cerpen ini memang menghadapi nasib sial. Jika ia ditempatkan pada kamar 13, seakan membenarkan asumsi umum; kesialannya dikarenakan kamar yang ditempatinya adalah kamar 13. Dengan menempatkannya pada kamar 14, seakan penulis mau mengatakan bahwa angka berapapun bisa berakibat sial. Dengan kata lain, kesialan tidak ditentukan oleh angka 13.
Penasaran dengan cerita cerpen ini? Langsung saja membacanya di:Budak Bangka: (C E R P E N) Pasien Kamar 14

Rabu, 11 Januari 2017

Manusia & Hewan

Iwan Fals pernah membuat syair lagu seperti ini:
Manusia sama saja dengan binatang selalu perlu makan // Namun caranya berbeda dalam memperoleh makanan....
Pada awalnya Bang Iwan menyatakan adanya kesamaan antara manusia dan binatang terkait dengan makanan. Hal ini dapat dimaklumi karena makan merupakan kebutuhan dasar setiap makhluk hidup. Akan tetapi, Bang Iwan membuat perbedaan antara manusia dan binatang terkait cara.
Dalam refleksi lebih lanjut Bang Iwan menegaskan bahwa ternyata ada manusia seperti binatang. Tulisan berikut ini juga mencoba menampilkan persoalan yang sama. Di sini pembaca diajak untuk bercermin diri: apakah saya manusia atau binatang. Jika kita benar-benar manusia, maka tunjukkanlah kemanusiaan kita, bukan kebinatangan. Kiranya inilah yang menjadi pesannya.
Lebih lanjut mengenai isi tulisan ini, silahkan baca di: Budak Bangka: (Pencerahan) Manusia & Hewan

Selasa, 10 Januari 2017

PENISTAAN AGAMA: AHOK VS HABIB RIZIEQ

Di penghujung tahun 2016 lalu, media disibukkan dengan berita penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok, atau Basuki Tjahaya Purnama. Hal ini terkait dengan pernyataan Ahok di Kepulauan Seribu pada bulan September 2016, yang oleh ulama Indonesia, atau MUI, dinilai telah menistakan agama islam. Tak tanggung-tanggung, MUI memfatwa Ahok telah melakukan penistaan terhadap agama dan ulama. Buah dari fatwa ini adalah lahirnya Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI). Gerakan ini senantiasa memobilisasi massa untuk melakukan aksi demo membela agama. Setidaknya sudah ada dua kali aksi bela islam.
Membela agama ini adalah merupakan satu panggilan bagi umat islam, karena sudah diamanatkan oleh Allah dalam Al Quran. Ini dapat ditemukan dan dibaca dalam surah Muhammad ayat 7, surah al Hajj ayat 40 dan surah al Hadid ayat 25. Karena merupakan kewajiban, maka Buya Hamka pernah berkata, “Jika diam saat agamamu dihina, gantilah bajumu dengan kain kafan.” Jadi, jika agama islam sudah dihina, umat islam wajib membelanya. Agama islam di sini termasuk juga Al Quran, Hadits dan Nabi Muhammad. Tidak ada batasan pelakunya; siapa saja yang telah melakukan penistaan agama islam harus dilawan.
Dengan dasar pemikiran inilah maka pernyataan Ahok yang dinilai telah melakukan penistaan agama membangkitkan semangat umat islam untuk membela agamanya. Karena itu, tak heran jika aksi bela islam jilid 2 berhasil mengumpulkan massa sekitar 1 juta umat islam. Pernyataan Ahok, dalam pidatonya di Kepulauan Seribu, dianggap telah menistakan Al Quran. Ahok menyinggung surah al Maidah ayat 51.
“Dibohongi pakai surah al maidah ayat 51, macam-macam itu.” Demikian sepenggal pernyataan Ahok yang menyulut kontroversial. Dari pernyataan itu, MUI seakan menafsirkan bahwa Ahok telah menyatakan bahwa surah Al Maidah berbohong atau surah Al maidah ayat 51 itu adalah suatu kebohongan. Di samping itu, MUI menilai Ahok telah melecehkan para ulama, karena menganggap ulama berbohong ketika menyampaikan ajaran surah Al Maidah ayat 51.
Fatwa MUI kepada Ahok ini bukannya tanpa meninggalkan tanda tanya besar. Banyak orang mempertanyakan dasarnya. Ada juga yang menyayangkan fatwa itu, karena terkesan MUI gegabah atau telah dipolitisasi. Denny Siregar pernah menulis pada akun facebook-nya, “Tidakkah kalian sadar bahwa agama kalian hanya dimanfaatkan untuk kepentingan politik mereka yang menamakan dirinya ULAMA?”
Satu keanehan fatwa MUI ini ketika kita membandingkan pernyataan Ahok dengan pernyataan Habib Rizieq, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), dalam salah satu ceramahnya. Ceramah tersebut diupload di Youtube pada 7 November 2016; setelah kasus penistaan agama oleh Ahok meledak. Video ceramah tersebut dapat dilihat di sini. Dapat dikatakan bahwa pernyataan kedua orang ini pada hakekatnya sama, hanya berbeda dalam bentuk kalimat. Yang satu menggunakan kalimat pasif, yang lain kalimat aktif. Berikut ini kita paparkan kalimatnya.

Senin, 09 Januari 2017

Tanpa Pengamalan, PANCASILA Itu Mati

Sangat menarik ketika memperhatikan website Keuskupan Agung Jakarta. Pada bagian header-nya tertulis jelas dan tegas “Amalkan Pancasila”. Sepertinya kalimat tersebut menjadi spirit umat Katolik Keuskupan Agung Jakarta. Target yang mau dikejar adalah menjadi Katolik 100% dan Indonesia 100%.
Mencermati kalimat itu kita dapat menyimpulkan dua kemungkinan. Pertama, masih ada umat Katolik yang belum benar-benar mengamalkan Pancasila. Sebenarnya mengamalkan Pancasila tidak jauh berbeda dengan melaksanakan ajaran Katolik. Karena itu, Paus Yohanes Paulus II, dalam kunjungannya ke Indonesia, pernah memuji nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang sejalan dengan ajaran kristiani. Karena itu, mengamalkan Pancasila berarti umat Katolik sudah melaksanakan ajaran Gereja.
Kedua, ada kemungkinan Pancasila sedang menghadapi ancaman. Kemungkinan ini sepertinya terbukti. Dewasa kini kita saksikan adanya ancaman bagi keutuhan bangsa. Munculnya aksi-aksi toleransi yang mengancam kebhinekaan bangsa Indonesia merupakan indikasinya. Kebhinekaan bukan hanya sebagai realitas bangsa, melainkan menjadi salah satu identitas Pancasila. Kalau mau jujur, yang mengancam kebhinnekaan saat ini berasal dari kalangan islam radikal.
Tulisan in mengajak pembaca untuk mengamalkan Pancasila. Lebih lanjut tentang ulasannya, silahkan baca di: Budak Bangka: Tanpa Pengamalan PANCASILA Itu Mati

Sabtu, 07 Januari 2017

UNTUNG GAK PAKE CELANA DALAM

Fatima adalah gadis yang lugu, namun dia cantik. Suatu hari, sepulang sekolah, dengan wajah bingung, ia menghadap mamanya.
Fatima         : Ma, tadi di kelas anak-anak cowok pada aneh.
Mama          : Aneh gimana, Ima?
Fatima         : Mereka ngliatin kolong meja Ima, Ma. Kira-kira kenapa, ya?
Mama          : Biasanya sih anak cowok yang liatin kolong meja cewek, mungkin mereka mau ngintip celana dalam si cewek. Jadi, mungkin mereka mau liat celana dalam kamu.
Fatima         : Waah, untung tadi Ima gak pake celana dalam. Jadi mereka gak liat apa-apa donk.
Mama          : $%#@*&%$#????
 edited by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Jumat, 06 Januari 2017

Menjaga Daya Tahan Tubuh

Salah satu penentu kualitas hidup seseorang adalah kesehatan. Orang yang sehat adalah orang yang mempunyai kualitas hidup yang baik. Kualitas ini juga menentukan orang bahagia atau tidak. Orang yang sakit-sakitan tentulah merasa hidupnya penuh dengan penderitaan dan tidak bahagia. Banyak orang mengambil jalan pintas dengan mengakhiri hidupnya (bunuh diri) setelah penyakit yang dideritanya tak kunjung sembuh. Penyakit yang tak kunjung sembuh membuat hidup seakan berada dalam bayang-bayang penyakit dan beban ekonomi. Hal inilah yang membuat orang depresi dan akhirnya bunuh diri.
Mengingat begitu pentingnya kesehatan, membuat orang berkewajiban untuk menjaga dan memeliharanya. Menjaga dan memelihara kesehatan bukan lantaran takut mati, melainkan merupakan bagian dari tanggung jawab iman. Tuhan sudah menganugerahi manusia kehidupan. Anugerah ini hendaknya harus dijaga dan dirawat. Salah satu caranya adalah dengan menjaga dan memelihara kesehatan.
Pada umumnya orang tahu bahwa soal kesehatan adalah urusan para tenaga medis, seperti dokter, perawat, bidan, dll. Namun sebenarnya, soal kesehatan itu berawal dari diri manusia itu sendiri. Tenaga medis dibutuhkan ketika manusia tidak lagi sanggup menangani masalah kesehatan dirinya. Biasanya ini terjadi karena manusia kurang memperhatikan kesehatannya; tunggu parah dulu baru sibuk memperhatikan kesehatan.
Tulisan singkat ini mencoba mengulas sedikit tentang masalah kesehatan. Di sini mau dikatakan bahwa untuk sehat itu sebenarnya tidak mahal, alias murah dan mudah. Semuanya tergantung pada kemauan setiap orang. Lebih lanjut mengenai ulasannya, silahkan baca di:Budak Bangka: Menjaga Daya Tahan Tubuh

Kamis, 05 Januari 2017

MANUSIA DAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI

Hidup manusia selalu bergerak maju ke depan, bukan ke belakang. Apa yang ditinggalkan di belakang menjadi sejarah kehidupan. Kemajuan hidup itu bisa hanya menyentuh pribadi indvidu, bisa juga menyangkut suatu kelompok/bangsa. Terkadang kemajuannya cukup pesat sehingga gerak langkahnya maju ke depan. Tingkat kemajuan tidak sama untuk setiap orang atau bangsa. Ada bangsa yang sangat maju ke depan, sementara yang lain masih tertatih-tatih di belakang.
Ada banyak faktor yang menyebabkan adanya perbedaan dalam kemajuan suatu bangsa atau kelompok tertentu. Salah satunya adalah faktor pola pikir. Masih ada orang atau sekelompok orang yang masih berpikir tradisional sehingga menolak adanya perubahan. Orang yang mau berpikiran maju tentulah akan terlihat maju dalam segala aspek kehidupan.
Salah satu aspek kemajuan dalam kehidupan manusia adalah teknologi. Ada banyak bentuk kemajuan teknologi ini, salah satunya adalah teknologi komunikasi. Dulu, untuk berkomunikasi dengan saudara di tempat yang jauh, orang menggunakan surat atau telegram. Selangkah lebih maju, kemudian muncullah telepon. Kehadiran telepon sangat terbatas; hanya keluarga tertentu yang punya telepon rumah, sisanya hanya bisa menggunakan fasilitas telepon umum.
Kemudian muncullah handphone. Awalnya hanphone murni hanya sebatas alat komunikasi (telepon dan pesan singkat). Namun kini, semua media sosial ada dalam genggaman tangan manusia. Benda kecil yang ada di genggaman tangan manusia ini dikenal dengan istilah smartphone. Dengan segera manusia dapat mengetahui apa yang terjadi di belahan bumi lainnya. Tapi, apakah manusia penggunanya sudah ikutan maju seiring dengan media elektronik ini?

Selasa, 03 Januari 2017

JAM WEKER: Sebuah Cerpen

Setiap orang tentu sudah tak asing lagi dengan benda kecil penunjuk waktu yang bisa berbunyi apabila disetel waktunya. Ya, namanya jam weker (ada juga yang menyebutnya beker). Jam weker adalah jam untuk kamar tidur yang dilengkapi dengan alarm yang dapat disetel untuk berbunyi pada waktu (jam dan menit) yang telah ditentukan. Benda ini biasa digunakan orang untuk membangunkan pada jam tertentu.
Jam weker pertama kali dibuat oleh pengrajin jam dari New Hampshire bernama Levi Hutchins pada tahun 1787, namun menjadi terkenal setelah Seth E Thomas mematenkan hasil ciptaannya pada 24 Oktober 1876. Berbeda dengan sekarang, ukuran jam weker Levi masih sebesar lemari, tingginya sekitar 73 cm dan lebarnya 36 cm. Waktu itu jam hanya berbunyi setiap pukul 04.00, saat Levi harus bangun untuk bekerja. Sementara buatan Seth sedikit lebih kecil, dan bunyi alarm bisa disetel pada jam berapa yang diingini, namun belum memiliki tombol untuk menghentikan bunyi alarmnya.
Tak disangka ternyata sejarah terciptanya jam weker ini sangat menarik. Akan tetapi, menjadi luar biasa ketika dari jam weker ini melahirkan sebuah cerita pendek yang mengandung pesan bagi kehidupan. Cerpen Jam Weker memang sangat menarik. Pengen tahu tentang ceritanya, silahkan baca di: Budak Bangka: (C E R P E N) Jam Weker

Senin, 02 Januari 2017

PERSOALAN NAMA BAPTIS

Setiap orang Katolik pasti mempunyai nama baptis. Nama itu bisa didapat dari nama orang kudus, atau nama tokoh-tokoh yang ada di dalam Kitab Suci, atau bisa juga nama yang menjadi kekhasan daerah yang sejalan dengan nilai-nilai kristiani. Hal ini sejalan dengan apa yang diamanatkan dalam kan. 855 Kitab Hukum Kanonik.
Pemilihan nama orang kudus untuk nama baptis memiliki beberapa pertimbangan yang menjadi dasarnya. Ada orang memilih nama orang kudus tertentu karena tanggal kelahiran atau tanggal pembaptisan bertepatan dengan pesta atau peringatan orang kudus tersebut. Misalnya, si A lahir atau akan dibaptis pada 18 Oktober, sementara pada tanggal tersebut merupakan pesta St. Lukas Penginjil. Maka, nama Lukas dijadikan nama baptisnya.
Ada juga orang memilih nama orang kudus tertentu karena sudah mengidolakan dan sudah punya devosi khusus kepada orang kudus tersebut. Misalnya, ada orangtua yang mengidolakan Santo Fransiskus Xaverius; maka nama baptis anaknya adalah Fransiskus Xaverius. Atau ada orangtua yang punya devosi kepada Santo Antonius Padua, sehingga nama baptis anaknya adalag Antonius Padua.
Akan tetapi, dalam kehidupan seringkali nama orang kudus tidak sesuai dengan jenis kelamin orang yang mau dibaptis. Misalnya, putri pasangan Joko dan Jane lahir pada 7 Desember, bertepatan dengan peringatan St. Ambrosius, uskup dan pujangga Gereja. Atau, putra pasangan Yosef dan Maria lahir pada 15 Mei, bertepatan dengan peringatan St. Bertha, pengaku iman. Hal ini kerap menjadi persoalan, karena ada pastor yang menolak nama Ambrosiana atau Berto untuk dijadikan nama baptis.
Penolakan nama baptis seperti kasus di atas umumnya hanya dilandasi alasan sederhana, yaitu tidak ada orang kudus dengan nama tersebut. Misalnya, tidak ada Santa Ambrosiana atau Santo Berto. Demikian pula untuk contoh kasus lainnya seperti Valentina – St. Valentinus, atau Vinsensia – St. Vinsensius, atau Stefanie – St. Stefanus atau Roberta – St. Robertus, atau Natalius – St. Natalia, atau Mario – St. Maria, atau Kresensius – St. Kresensia, atau Angelus – St. Angela Merici, dll.
Menjadi pertanyaan, apakah penentuan nama baptis harus sesaklek itu. Artinya, pemilihan nama baptis harus disesuaikan dengan jenis kelamin orang kudusnya; orang kudus pria untuk nama baptis calon baptis pria, dan orang kudus wanita untuk nama baptis untuk calon baptis perempuan. Untuk bisa menjawab persoalan ini, terlebih dahulu kita melihat apa maksud pemilihan nama orang kudus sebagai nama baptis.
Umumnya orang memilih nama orang kudus sebagai nama baptis bukan sekedar memenuhi ketentuan hukum Gereja (Kan. 855). Pemilihan nama orang kudus itu memiliki maksud utama, pertama, agar mereka yang menggunakan nama orang kudus itu mendapat perlindungan dari orang kudus tersebut. Memang tidak menutup kemungkinan untuk tetap memohon perlindungan dari Yesus dan Bunda Maria. Jadi, orang yang nama baptisnya Ignasius Loyola, menjadi St. Ignasius dari Loyola sebagai pelindungnya.
Kedua, agar orang kudus, yang namanya dipakai sebagai nama baptis, menjadi teladan hidup dan iman bagi mereka yang menggunakan namanya sebagai nama baptis. Jadi, orang yang nama baptisnya Monika, terpanggil untuk menghidupi teladan hidup dan teladan iman St.Monika.
Dengan pendasaran ini (perlindungan dan teladan), maka tidak menjadi soal jika seseorang memilih nama orang kudus yang tidak sesuai dengan jenis kelamin calon baptis. Karena bukan soal namanya, melainkan perlindungan dan teladan hidupnya. Jadi, tidak jadi masalah seseorang memilih nama baptis Adriana karena ia berpelindungkan St. Adrianus dan menjadikan semangat hidup St. Adrianus sebagai semangat hidupnya. Atau putra pasangan Jono dan Joni, yang lahir pada 9 Jabuari diberi nama baptis Marsianus, karena tanggal tersebut adalah peringatan St. Marsiana. Dengan ini Marsianus berpelindungkan St. Marsiana dan berusaha mengikuti teladan hidupnya.
Koba, 28 Desember 2016
By: adrian
Baca juga tulisan lain:

Minggu, 01 Januari 2017

Memahami Maria sebagai Bunda Allah

Dalam Gereja Katolik, 1 Januari dirayakan bukan hanya sebagai tahun baru, melainkan juga, dan yang terutama, hari raya Santa Maria Bunda Allah. Bunda Allah merupakan salah satu gelar dari Maria. Saudara-saudara muslim sangat sinis dengan gelar ini. Sekalipun mereka mengakui dan menghormati Bunda Maria (ada satu surah dalam al quran, yaitu QS Al Mariyam), namun mereka tidak akan mau mengakui Maria sebagai Bunda Allah. Karena bagi mereka Bunda Maria hanyalah manusia biasa, sama seperti kita. Dia bukan Allah.

Memang sekilas penyebutan Maria sebagai Bunda Allah membuat Maria seolah-olah sebagai Allah. Padahal orang kristen sendiri tidak mengakui hal itu. Umat kristiani, khususnya Katolik, tetap mengakui bahwa Bunda Maria adalah manusia biasa. Dia bukan Allah. Lantas, kenapa gelar ini disematkan pada dirinya? Lebih lanjut tentang hal ini silahkan baca di: Budak Bangka: Memahami Maria sebagai Bunda Allah