Senin, 30 Januari 2017
Jumat, 27 Januari 2017
Tempat Penyaliban Yesus: Golgota atau Kalvari?
Orang
islam sering mengatakan bahwa dalam kitab suci orang kristiani ada banyak
ditemui pertentangan. Mereka kemudian menilai, bahkan mempertanyakan dan
meragukan, nilai sebuah kitab suci tersebut. Bagi mereka, karena disebut kitab
suci, dimana sumbernya dari Allah, haruslah tidak mengandung pertentangan. Jika
terdapat pertentangan, “kitab suci” itu bukan berasal dari Allah, melainkan
buatan manusia.
Salah
satu pertentangan yang muncul dalam kitab suci adalah istilah atau nama tempat
dimana Tuhan Yesus disalibkan. Memang semua sepakat bahwa Tuhan Yesus
disalibkan di sebuah bukit, namun ada kitab yang mengatakan bukit Kalvari, sementara kitab yang lain
mengatakan bukit Golgota. Nah,
bagaimana menjelaskan persoalan ini?
Tulisan
“Tempat Penyaliban Yesus: Golgota atau Kalvari” memberi jawaban atas pertanyaan
tersebut di atas. Secara tidak langsung tulisan ini menjawab juga permasalahan
yang sering dipersoalkan oleh orang islam. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
yang dilihat oleh orang islam sebenarnya bukanlah pertentangan, tapi perbedaan
istilah akan satu obyek yang sama.
Karena
itu, dengan membaca tulisan ini, pembaca dapat menemui jawaban atas dua
persoalan. Lebih lanjut mengenai tulisan tersebut, silahkan baca sendiri di: Budak Bangka: Tempat Penyaliban Yesus: Golgota atau Kalvari?Rabu, 25 Januari 2017
MERAWAT HUBUNGAN SUAMI ISTRI TETAP MESRA
Salah satu
faktor yang membuat relasi rumah tangga antara suami istri langgeng adalah
terjaganya kemesraan relasi itu. Umumnya satu dua tahun hidup berumah tangga
semangat kemesraan itu masih terjaga. Romantisme masa pacaran masih ada
sehingga kehidupan rumah tangga pun masih terjaga.
Akan tetapi, setelah melewati usia balita, muncul kejenuhan. Mulai muncul konflik atau
kesalah-pahaman. Ada beberapa bagian dari masing-masing yang belum diketahui
selama masa pacaran, mulai terungkap. Jika tidak dikelola dengan baik, bukan
tidak mungkin bahtera rumah tangga ini akan dipenuhi gonjang-ganjing yang dapat
menghambat laju bahtera menuju pantai impian.
Menunjukkan rasa cinta kasih kepada pasangan tidak cukup
hanya lewat kata-kata. Tindakan dan perilaku kepada pasangan pun dapat
mengindikasikan besarnya cinta. Tidak perlu repot-repot, melakukan hal
sederhana namun berkesan ternyata mampu membuat hubungan percintaan semakin mesra dan langgeng.
Menurut Burton Goldsmith PhD, seorang psikoterapis,
menyatakan rasa cinta seharusnya tidak hanya dilakukan pada saat hari valentine
saja. Sebaliknya, menunjukkan rasa cinta harus dilakukan secara konstan. “Artinya
melakukan hal-hal yang lebih dari sekedar mengucapkan kalimat ‘Aku cinta kamu’
berkali-kali,” ujar Goldsmith.
Lalu, hal-hal apa saja yang bisa dilakukan untuk
mewujudkan hubungan yang semakin mesra dari hari ke hari? Berikut ini beberapa tawaran.
1. Gunakan panggilan sayang
Memanggil pasangan dengan menggunakan panggilan sayang atau kata sejenis lainnya akan
menimbulkan respon positif. Respon ini berlaku pada hal apapun yang akan kita katakan
selanjutnya pada pasangan. Panggilan seperti ini akan menjaga suasana romantis
tetap terjaga.
2. Dukungan pasangan saat mengalami masa sulit
Senin, 23 Januari 2017
Sabtu, 21 Januari 2017
Senyum itu Mudah dan Gratis
Beberapa
minggu lalu jagat dunia maya dan nyata diramaikan dengan fenomena “om tolelot om”. Ketika saya mengunjungi
sebuah stasi ada tulisan “om tolelot om” pada
sepotong kertas karton di pinggir jalan. Membaca tulisan tersebut saya langsung
tersenyum. Lain peristiwa, ketika saya menjemput satu keluarga di komplek
perumahan Gang Sawo, seorang anak kecil berteriak kepada saya “mo tolelot mo”. Dan saya pun tersenyum.
Arti
kecil dari fenomena “om tolelot om” adalah
bahwa bahagia itu mudah dan sederhana. Tidak mahal dan susah. Inilah yang mau
diangkat dalam tulisan inspirasi hidup ini. Tulisan ini sekaligus mau mengajak
pembacanya untuk langsung mempraktekkannya. Teori tanpa praktek akan menjadi
sia-sia.
Untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai tulisan ini, silahkan baca di: Budak Bangka: (Inspirasi Hidup) Senyum itu Mudah dan Gratis
Rabu, 18 Januari 2017
JANGAN AJARI ORANG DAYAK TOLERANSI
Wakil
Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia, Tengku Zulkarnain, bersama
rombongan ditolak menginjakkan kaki oleh sekelompok orang Dayak di Kabupaten
Sintang, Kalimantan Barat. Rombongan, yang baru mendarat di Bandara Susilo
dengan pesawat Garuda, terpaksa melanjutkan perjalanan ke Pontianak.
Aksi penghadangan ini menimbulkan respon oleh beberapa
pihak. Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, seperti dikutip dari Kompas Online, ikutan memberikan tanggapan atas peristiwa tersebut. Haedar seakan mau
mengguri orang Dayat soal toleransi. Beliau menghimbau, jika berbicara soal
toleransi antarumat beragama, maka semua unsur masyarakat seharusnya siap hidup
dalam keberagaman. “Semua pihak, kalau ingin menegakkan toleransi, ya harus
siap dalam keberagaman. Saya ulangi, seluruh pihak. Itu poin saya,” ujar
Nashir.
Sekalipun dalam pernyataannya Nashir menekankan seluruh pihak, namun pernyataannya itu
sangat jelas ditujukan kepada orang Dayak. Frase seluruh pihak hanyalah sebagai kedok bahwa Nashir mau bersikap
netral. Frase itu adalah gaya bahasa diplomatis. Di baliknya seakan Nashir mau
mengajari orang Dayak bertoleransi. Padahal sudah ratusan tahun orang Dayak
hidup berdampingan dengan orang Melayu, dan nyaris tak pernah terdengar riak
perselisihan. Konflik orang Dayak dan Madura disebabkan karena orang Madura
yang bersikap kasar terhadap orang Dayak. Hal yang sama dengan kasus penolakan
ini.
Saudara Andreas, yang memimpin Forum Pemuda Dayak DAD
Sintang, menyampaikan pernyataan terkait dengan penolakan itu. Dikatakan bahwa
mereka menolak Sekjen MUI itu karena pernyataan Tengku Zulkarnain di salah satu
media sosial yang menista perasaan warga masyarakat Dayak. Ditegaskan bahwa
warga Dayak Kabupaten Sintang tidak membenci MUI, tetapi lebih kepada pribadi Tengku Zulkarnain, yang
kebetulan menjabat wakil sekjen MUI.
Jadi, pernyataan Nashir, yang seakan mau menggurui orang
Dayak untuk bertoleransi, sungguh berlebihan dan aneh. Berlebihan karena pesan
itu menjadi sumbang, seperti mengajari ikan berenang. Orang Dayak sudah tahu
hidup bertoleransi. Bila perlu Haedar Nashir perlu belajar dari warga Dayak di
Kalimantan. Dikatakan aneh, karena pesan itu muncul ketika ada kejadian yang
menimpa salah satu atribut islam. Kenapa ketika MUI mengeluarkan fatwa
penistaan agama kepada Ahok, Nashir tidak berkomentar.
Bagi saya, kasus penolakan ini tak jauh beda dengan fatwa
MUI. Ketika dirasakan dan ditafsir bahwa Ahok telah melakukan penistaan, maka
MUI mengeluarkan fatwa. Demikian pula halnya dengan Forum Pemuda Dayak DAD
Sintang. Ketika dirasakan bahwa Tengku Zulkarnain telah melakukan penghinaan,
maka mereka menolak kedatangannya. Menolak kedatangan orang sama artinya
mengeluarkan fatwa. Bentuk fatwa Forum Pemuda Dayak DAD Sintang atas Tengku
Zulkarnain adalah menolaknya menginjakkan kaki di tanah Dayak Sintang.
Jadi, jika Nashir mempersoalkan aksi penolakan sekelompok
orang Dayak terhadap wakil sekjen MUI, Nashir juga harus mempersoalkan fatwa
MUI atas Basuki Tjahaya Purnama, alias Ahok. Jika Nashir mendukung langkah MUI
mengeluarkan fatwa penistaan agama kepada Ahok, maka Nahsir juga harus
mendukung langkah Forum Pemuda Dayak DAD Sintang menolak kedatangan wakil
sekjen MUI.
Koba, 16 Januari 2017
by: adrian
Senin, 16 Januari 2017
PASIEN KAMAR 14: Sebuah Cerpen
“Pasien Kamar 14” adalah sebuah
cerita pendek yang sangat menarik. Ia berkisah tentang kehidupan pasien rumah
sakit yang masuk kategori miskin. Sudah menjadi rahasia umum kalau pasien
miskin selalu mendapat perlakuan minim atau miskin pelayanan. Hal ini
sebenarnya terungkap juga dalam cerpen Cita-cita Warni. Sebuah keprihatinan
sosial, yang terekam dalam dunia sastra.
Kenapa Kamar 14?
Apakah kamar ini menunjukkan lokasi kejadian yang menginspirasi cerita? Semua
serba mungkin. Yang pasti ada kesan penulis berusaha menghindari angka 13 untuk
kamar, karena angka ini selalu mempunyai konotasi buruk. Angka 13 adalah angka
sial. Pasien dalam cerpen ini memang menghadapi nasib sial. Jika ia ditempatkan
pada kamar 13, seakan membenarkan asumsi umum; kesialannya dikarenakan kamar yang
ditempatinya adalah kamar 13. Dengan menempatkannya pada kamar 14, seakan
penulis mau mengatakan bahwa angka berapapun bisa berakibat sial. Dengan kata
lain, kesialan tidak ditentukan oleh angka 13.
Penasaran dengan cerita cerpen ini? Langsung saja membacanya di:Budak Bangka: (C E R P E N) Pasien Kamar 14
Sabtu, 14 Januari 2017
Rabu, 11 Januari 2017
Manusia & Hewan
Iwan Fals
pernah membuat syair lagu seperti ini:
Manusia sama saja dengan binatang selalu perlu makan // Namun
caranya berbeda dalam memperoleh makanan....
Pada awalnya Bang Iwan menyatakan adanya kesamaan antara
manusia dan binatang terkait dengan makanan. Hal ini dapat dimaklumi karena
makan merupakan kebutuhan dasar setiap makhluk hidup. Akan tetapi, Bang Iwan membuat
perbedaan antara manusia dan binatang terkait cara.
Dalam refleksi lebih lanjut Bang Iwan menegaskan bahwa
ternyata ada manusia seperti binatang. Tulisan berikut ini juga mencoba
menampilkan persoalan yang sama. Di sini pembaca diajak untuk bercermin diri: apakah saya manusia atau binatang. Jika
kita benar-benar manusia, maka tunjukkanlah kemanusiaan kita, bukan
kebinatangan. Kiranya inilah yang menjadi pesannya.
Lebih lanjut mengenai isi tulisan ini, silahkan baca di: Budak Bangka: (Pencerahan) Manusia & Hewan
Selasa, 10 Januari 2017
PENISTAAN AGAMA: AHOK VS HABIB RIZIEQ
Di penghujung
tahun 2016 lalu, media disibukkan dengan berita penistaan agama yang dilakukan
oleh Ahok, atau Basuki Tjahaya Purnama. Hal ini terkait dengan pernyataan Ahok
di Kepulauan Seribu pada bulan September 2016, yang oleh ulama Indonesia, atau
MUI, dinilai telah menistakan agama islam. Tak tanggung-tanggung, MUI memfatwa
Ahok telah melakukan penistaan terhadap agama dan ulama. Buah dari fatwa ini
adalah lahirnya Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI). Gerakan ini
senantiasa memobilisasi massa untuk melakukan aksi demo membela agama. Setidaknya
sudah ada dua kali aksi bela islam.
Membela agama ini adalah merupakan satu panggilan bagi umat
islam, karena sudah diamanatkan oleh Allah dalam Al Quran. Ini dapat ditemukan
dan dibaca dalam surah Muhammad ayat 7, surah al Hajj ayat 40 dan surah al
Hadid ayat 25. Karena merupakan kewajiban, maka Buya Hamka pernah berkata, “Jika
diam saat agamamu dihina, gantilah bajumu dengan kain kafan.” Jadi, jika agama
islam sudah dihina, umat islam wajib membelanya. Agama islam di sini termasuk
juga Al Quran, Hadits dan Nabi Muhammad. Tidak ada batasan pelakunya; siapa
saja yang telah melakukan penistaan agama islam harus dilawan.
Dengan dasar pemikiran inilah maka pernyataan Ahok yang
dinilai telah melakukan penistaan agama membangkitkan semangat umat islam untuk
membela agamanya. Karena itu, tak heran jika aksi bela islam jilid 2 berhasil
mengumpulkan massa sekitar 1 juta umat islam. Pernyataan Ahok, dalam pidatonya
di Kepulauan Seribu, dianggap telah menistakan Al Quran. Ahok menyinggung surah
al Maidah ayat 51.
“Dibohongi pakai surah al maidah ayat 51, macam-macam itu.”
Demikian sepenggal pernyataan Ahok yang menyulut kontroversial. Dari pernyataan
itu, MUI seakan menafsirkan bahwa Ahok telah menyatakan bahwa surah Al Maidah
berbohong atau surah Al maidah ayat 51 itu adalah suatu kebohongan. Di samping
itu, MUI menilai Ahok telah melecehkan para ulama, karena menganggap ulama
berbohong ketika menyampaikan ajaran surah Al Maidah ayat 51.
Fatwa MUI kepada Ahok ini bukannya tanpa meninggalkan tanda
tanya besar. Banyak orang mempertanyakan dasarnya. Ada juga yang menyayangkan
fatwa itu, karena terkesan MUI gegabah atau telah dipolitisasi. Denny Siregar
pernah menulis pada akun facebook-nya,
“Tidakkah kalian sadar bahwa agama kalian hanya dimanfaatkan untuk kepentingan
politik mereka yang menamakan dirinya ULAMA?”
Satu keanehan fatwa MUI ini ketika kita membandingkan
pernyataan Ahok dengan pernyataan Habib Rizieq, Imam Besar Front Pembela Islam
(FPI), dalam salah satu ceramahnya. Ceramah tersebut diupload di Youtube pada 7
November 2016; setelah kasus penistaan agama oleh Ahok meledak. Video ceramah tersebut dapat dilihat di sini. Dapat dikatakan
bahwa pernyataan kedua orang ini pada hakekatnya sama, hanya berbeda dalam
bentuk kalimat. Yang satu menggunakan kalimat pasif, yang lain kalimat aktif. Berikut
ini kita paparkan kalimatnya.
Senin, 09 Januari 2017
Tanpa Pengamalan, PANCASILA Itu Mati
Sangat menarik
ketika memperhatikan website Keuskupan Agung Jakarta. Pada bagian header-nya tertulis jelas dan tegas “Amalkan
Pancasila”. Sepertinya kalimat tersebut menjadi spirit umat Katolik Keuskupan
Agung Jakarta. Target yang mau dikejar adalah menjadi Katolik 100% dan
Indonesia 100%.
Mencermati
kalimat itu kita dapat menyimpulkan dua kemungkinan. Pertama, masih ada umat Katolik yang belum benar-benar mengamalkan Pancasila.
Sebenarnya mengamalkan Pancasila tidak jauh berbeda dengan melaksanakan ajaran Katolik.
Karena itu, Paus Yohanes Paulus II, dalam kunjungannya ke Indonesia, pernah
memuji nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang sejalan dengan ajaran
kristiani. Karena itu, mengamalkan Pancasila berarti umat Katolik sudah
melaksanakan ajaran Gereja.
Kedua, ada kemungkinan Pancasila sedang menghadapi ancaman. Kemungkinan ini
sepertinya terbukti. Dewasa kini kita saksikan adanya ancaman bagi keutuhan
bangsa. Munculnya aksi-aksi toleransi yang mengancam kebhinekaan bangsa Indonesia
merupakan indikasinya. Kebhinekaan bukan hanya sebagai realitas bangsa,
melainkan menjadi salah satu identitas Pancasila. Kalau mau jujur, yang
mengancam kebhinnekaan saat ini berasal dari kalangan islam radikal.
Tulisan in
mengajak pembaca untuk mengamalkan Pancasila. Lebih lanjut tentang ulasannya,
silahkan baca di: Budak Bangka: Tanpa Pengamalan PANCASILA Itu MatiSabtu, 07 Januari 2017
UNTUNG GAK PAKE CELANA DALAM
Fatima adalah gadis yang lugu, namun dia cantik. Suatu hari,
sepulang sekolah, dengan wajah bingung, ia menghadap mamanya.
Fatima : Ma, tadi di kelas anak-anak cowok pada aneh.
Mama : Aneh gimana, Ima?
Fatima : Mereka
ngliatin kolong meja Ima, Ma. Kira-kira kenapa, ya?
Mama : Biasanya
sih anak cowok yang liatin kolong meja cewek, mungkin mereka mau ngintip celana
dalam si cewek. Jadi, mungkin mereka mau liat celana dalam kamu.
Fatima : Waah,
untung tadi Ima gak pake celana dalam. Jadi mereka gak liat apa-apa donk.
Mama : $%#@*&%$#????
edited
by: adrian
Baca juga humor lainnya:
Jumat, 06 Januari 2017
Menjaga Daya Tahan Tubuh
Salah
satu penentu kualitas hidup seseorang adalah kesehatan. Orang yang sehat adalah
orang yang mempunyai kualitas hidup yang baik. Kualitas ini juga menentukan
orang bahagia atau tidak. Orang yang sakit-sakitan tentulah merasa hidupnya
penuh dengan penderitaan dan tidak bahagia. Banyak orang mengambil jalan pintas
dengan mengakhiri hidupnya (bunuh diri) setelah penyakit yang dideritanya tak
kunjung sembuh. Penyakit yang tak kunjung sembuh membuat hidup seakan berada
dalam bayang-bayang penyakit dan beban ekonomi. Hal inilah yang membuat orang
depresi dan akhirnya bunuh diri.
Mengingat begitu pentingnya kesehatan, membuat orang
berkewajiban untuk menjaga dan memeliharanya. Menjaga dan memelihara kesehatan
bukan lantaran takut mati, melainkan merupakan bagian dari tanggung jawab iman.
Tuhan sudah menganugerahi manusia kehidupan. Anugerah ini hendaknya harus
dijaga dan dirawat. Salah satu caranya adalah dengan menjaga dan memelihara
kesehatan.
Pada umumnya orang tahu bahwa soal kesehatan adalah urusan
para tenaga medis, seperti dokter, perawat, bidan, dll. Namun sebenarnya, soal
kesehatan itu berawal dari diri manusia itu sendiri. Tenaga medis dibutuhkan
ketika manusia tidak lagi sanggup menangani masalah kesehatan dirinya. Biasanya
ini terjadi karena manusia kurang memperhatikan kesehatannya; tunggu parah dulu
baru sibuk memperhatikan kesehatan.
Tulisan singkat ini mencoba mengulas sedikit tentang
masalah kesehatan. Di sini mau dikatakan bahwa untuk sehat itu sebenarnya tidak
mahal, alias murah dan mudah. Semuanya tergantung pada kemauan setiap orang.
Lebih lanjut mengenai ulasannya, silahkan baca di:Budak Bangka: Menjaga Daya Tahan Tubuh
Kamis, 05 Januari 2017
MANUSIA DAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI
Hidup manusia
selalu bergerak maju ke depan, bukan ke belakang. Apa yang ditinggalkan di
belakang menjadi sejarah kehidupan. Kemajuan hidup itu bisa hanya menyentuh
pribadi indvidu, bisa juga menyangkut suatu kelompok/bangsa. Terkadang kemajuannya
cukup pesat sehingga gerak langkahnya maju ke depan. Tingkat kemajuan tidak
sama untuk setiap orang atau bangsa. Ada bangsa yang sangat maju ke depan,
sementara yang lain masih tertatih-tatih di belakang.
Ada banyak faktor yang menyebabkan adanya perbedaan dalam
kemajuan suatu bangsa atau kelompok tertentu. Salah satunya adalah faktor pola
pikir. Masih ada orang atau sekelompok orang yang masih berpikir tradisional
sehingga menolak adanya perubahan. Orang yang mau berpikiran maju tentulah akan
terlihat maju dalam segala aspek kehidupan.
Salah satu aspek kemajuan dalam kehidupan manusia adalah
teknologi. Ada banyak bentuk kemajuan teknologi ini, salah satunya adalah
teknologi komunikasi. Dulu, untuk berkomunikasi dengan saudara di tempat yang
jauh, orang menggunakan surat atau telegram. Selangkah lebih maju, kemudian
muncullah telepon. Kehadiran telepon sangat terbatas; hanya keluarga tertentu
yang punya telepon rumah, sisanya hanya bisa menggunakan fasilitas telepon
umum.
Kemudian muncullah handphone.
Awalnya hanphone murni hanya sebatas alat komunikasi (telepon dan pesan
singkat). Namun kini, semua media sosial ada dalam genggaman tangan manusia. Benda
kecil yang ada di genggaman tangan manusia ini dikenal dengan istilah smartphone. Dengan segera manusia dapat
mengetahui apa yang terjadi di belahan bumi lainnya. Tapi, apakah manusia
penggunanya sudah ikutan maju seiring dengan media elektronik ini?
Selasa, 03 Januari 2017
JAM WEKER: Sebuah Cerpen
Setiap
orang tentu sudah tak asing lagi dengan benda kecil penunjuk waktu yang bisa
berbunyi apabila disetel waktunya. Ya, namanya jam weker (ada juga yang
menyebutnya beker). Jam weker adalah jam untuk kamar tidur yang dilengkapi
dengan alarm yang dapat disetel untuk berbunyi pada waktu (jam dan menit) yang
telah ditentukan. Benda ini biasa digunakan orang untuk membangunkan pada jam
tertentu.
Jam
weker pertama kali dibuat oleh pengrajin jam dari New Hampshire bernama Levi
Hutchins pada tahun 1787, namun menjadi terkenal setelah Seth E Thomas
mematenkan hasil ciptaannya pada 24 Oktober 1876. Berbeda dengan sekarang, ukuran
jam weker Levi masih sebesar lemari, tingginya sekitar 73 cm dan lebarnya 36
cm. Waktu itu jam hanya berbunyi setiap pukul 04.00, saat Levi harus bangun
untuk bekerja. Sementara buatan Seth sedikit lebih kecil, dan bunyi alarm bisa
disetel pada jam berapa yang diingini, namun belum memiliki tombol untuk
menghentikan bunyi alarmnya.
Tak disangka
ternyata sejarah terciptanya jam weker ini sangat menarik. Akan tetapi, menjadi
luar biasa ketika dari jam weker ini melahirkan sebuah cerita pendek yang
mengandung pesan bagi kehidupan. Cerpen Jam
Weker memang sangat menarik. Pengen tahu tentang ceritanya, silahkan baca
di: Budak Bangka: (C E R P E N) Jam Weker
Senin, 02 Januari 2017
PERSOALAN NAMA BAPTIS
Setiap orang Katolik pasti mempunyai nama baptis. Nama itu bisa
didapat dari nama orang kudus, atau nama tokoh-tokoh yang ada di dalam Kitab
Suci, atau bisa juga nama yang menjadi kekhasan daerah yang sejalan dengan
nilai-nilai kristiani. Hal ini sejalan dengan apa yang diamanatkan dalam kan.
855 Kitab Hukum Kanonik.
Pemilihan nama orang kudus untuk nama baptis memiliki
beberapa pertimbangan yang menjadi dasarnya. Ada orang memilih nama orang kudus
tertentu karena tanggal kelahiran atau tanggal pembaptisan bertepatan dengan
pesta atau peringatan orang kudus tersebut. Misalnya, si A lahir atau akan
dibaptis pada 18 Oktober, sementara pada tanggal tersebut merupakan pesta St.
Lukas Penginjil. Maka, nama Lukas dijadikan nama baptisnya.
Ada juga orang memilih nama orang kudus tertentu karena
sudah mengidolakan dan sudah punya devosi khusus kepada orang kudus tersebut.
Misalnya, ada orangtua yang mengidolakan Santo Fransiskus Xaverius; maka nama
baptis anaknya adalah Fransiskus Xaverius. Atau ada orangtua yang punya devosi
kepada Santo Antonius Padua, sehingga nama baptis anaknya adalag Antonius
Padua.
Akan tetapi, dalam kehidupan seringkali nama orang kudus
tidak sesuai dengan jenis kelamin orang yang mau dibaptis. Misalnya, putri pasangan
Joko dan Jane lahir pada 7 Desember, bertepatan dengan peringatan St.
Ambrosius, uskup dan pujangga Gereja. Atau, putra pasangan Yosef dan Maria
lahir pada 15 Mei, bertepatan dengan peringatan St. Bertha, pengaku iman. Hal
ini kerap menjadi persoalan, karena ada pastor yang menolak nama Ambrosiana atau
Berto untuk dijadikan nama baptis.
Penolakan nama baptis seperti kasus di atas umumnya hanya
dilandasi alasan sederhana, yaitu tidak ada orang kudus dengan nama tersebut.
Misalnya, tidak ada Santa Ambrosiana atau Santo Berto. Demikian pula untuk
contoh kasus lainnya seperti Valentina – St. Valentinus, atau Vinsensia – St.
Vinsensius, atau Stefanie – St. Stefanus atau Roberta – St. Robertus, atau
Natalius – St. Natalia, atau Mario – St. Maria, atau Kresensius – St.
Kresensia, atau Angelus – St. Angela Merici, dll.
Menjadi pertanyaan, apakah penentuan nama baptis harus
sesaklek itu. Artinya, pemilihan nama baptis harus disesuaikan dengan jenis
kelamin orang kudusnya; orang kudus pria untuk nama baptis calon baptis pria,
dan orang kudus wanita untuk nama baptis untuk calon baptis perempuan. Untuk
bisa menjawab persoalan ini, terlebih dahulu kita melihat apa maksud pemilihan
nama orang kudus sebagai nama baptis.
Umumnya orang memilih nama orang kudus sebagai nama baptis
bukan sekedar memenuhi ketentuan hukum Gereja (Kan. 855). Pemilihan nama orang
kudus itu memiliki maksud utama, pertama,
agar mereka yang menggunakan nama orang kudus itu mendapat perlindungan dari
orang kudus tersebut. Memang tidak menutup kemungkinan untuk tetap memohon
perlindungan dari Yesus dan Bunda Maria. Jadi, orang yang nama baptisnya
Ignasius Loyola, menjadi St. Ignasius dari Loyola sebagai pelindungnya.
Kedua, agar
orang kudus, yang namanya dipakai sebagai nama baptis, menjadi teladan hidup
dan iman bagi mereka yang menggunakan namanya sebagai nama baptis. Jadi, orang
yang nama baptisnya Monika, terpanggil untuk menghidupi teladan hidup dan
teladan iman St.Monika.
Dengan pendasaran ini (perlindungan dan teladan), maka
tidak menjadi soal jika seseorang memilih nama orang kudus yang tidak sesuai
dengan jenis kelamin calon baptis. Karena bukan soal namanya, melainkan
perlindungan dan teladan hidupnya. Jadi, tidak jadi masalah seseorang memilih nama
baptis Adriana karena ia berpelindungkan St. Adrianus dan menjadikan semangat
hidup St. Adrianus sebagai semangat hidupnya. Atau putra pasangan Jono dan
Joni, yang lahir pada 9 Jabuari diberi nama baptis Marsianus, karena tanggal
tersebut adalah peringatan St. Marsiana. Dengan ini Marsianus berpelindungkan
St. Marsiana dan berusaha mengikuti teladan hidupnya.
Koba,
28 Desember 2016
By: adrian
Baca juga tulisan lain:
Minggu, 01 Januari 2017
Memahami Maria sebagai Bunda Allah
Dalam Gereja
Katolik, 1 Januari dirayakan bukan hanya sebagai tahun baru, melainkan juga, dan yang terutama, hari raya Santa
Maria Bunda Allah. Bunda Allah merupakan salah satu gelar dari Maria. Saudara-saudara
muslim sangat sinis dengan gelar ini. Sekalipun mereka mengakui dan menghormati
Bunda Maria (ada satu surah dalam al quran, yaitu QS Al Mariyam), namun mereka
tidak akan mau mengakui Maria sebagai Bunda Allah. Karena bagi mereka Bunda
Maria hanyalah manusia biasa, sama seperti kita. Dia bukan Allah.
Memang sekilas penyebutan Maria sebagai
Bunda Allah membuat Maria seolah-olah sebagai Allah. Padahal orang kristen
sendiri tidak mengakui hal itu. Umat kristiani, khususnya Katolik, tetap
mengakui bahwa Bunda Maria adalah manusia biasa. Dia bukan Allah. Lantas,
kenapa gelar ini disematkan pada dirinya? Lebih lanjut tentang hal ini silahkan
baca di: Budak Bangka: Memahami Maria sebagai Bunda Allah
Langganan:
Postingan (Atom)