Senin, 07 Maret 2016

Kesaksian Veronika Beanor: Selalu Bersyukur

SELALU BERSYUKUR MESKI KUDUNG
Rata-rata orang bersyukur ketika mendapat hadiah, promosi jabatan dan kesuksesan. Namun, siapa yang sanggup bersyukur ketika diganjar musibah? Sedih, marah dan depresi merupakan reaksi pertama menanggapi peristiwa semacam itu. Berbeda dengan Veronika Urong Beanor, wanita asal Posiwatu, Lembata (NusaTenggara Timur) ini masih bisa bersyukur meski hidup hanya dengan satu kaki.
Kemampuan seseorang untuk menerima keadaan tidak harus mengandalkan sekolah yang tinggi. Tak ada gelar yang menahbiskan orang tersebut lulus dari keutamaan hidup seperti itu. Buktinya, meski hanya sebentar mencecap pendidikan Sekolah Dasar, Vero sanggup bersyukur. Ia justru mampu memeluk keutamaan sebagai pribadi yang mau bersyukur dalam kondisi yang tidak mengenakkan.
Bersyukur hanya bisa diperoleh jika manusia sadar Tuhan selalu memberikan yang terbaik. Dia senantiasa menerbitkan harapan untuk umat-Nya. Bukankah ada nasehat bijak yang mengatakan, di balik awan gelap selalu ada matahari yang memancarkan sinarnya. Atau penginjil Lukas menulis, “Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur, menuai dan mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah.” (Luk 12: 24).
Vero tinggal di rumah yang terbuat dari bambu. Rumah itu selalu terlihat lengang. Maklum, penghuninya hanya dua orang, dia dan adiknya semata wayang yang tuli, Dominikus. Jika Domi sedang di kebun, hanya Vero seorang diri di rumah. Dia memasak, meniti jagung dan membersihkan rumah.
Setiap hari, sejak pagi hingga sore, Vero ada di rumah. Sepasang tongkat senantiasa berada di sisinya. Dua bilah kayu berukuran sekitar satu meter itu merupakan harta paling berharga baginya. Tanpa tongkat itu Vero tak sanggup ke dapur dan lumbung. Itu berarti tak akan ada makanan yang tersaji di atas meja. Jika hal ini terjadi, seolah kematian sedang menghantui hidup kakak beradik ini.