Selasa, 28 Oktober 2014

Kemiskinan Kristiani

Sabda Bahagia Yesus di bukit pertama-tama ditujukan kepada orang miskin. “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mat 5: 3). Pada masa Yesus dan sebelumnya, orang miskin masuk ke dalam kelompok orang yang terpinggirkan, baik secara sosial maupun secara religius. Secara keagamaan, orang miskin dilihat sebagai orang yang tidak mendapatkan berkat dari Allah, yang biasanya disebabkan karena dosa. Jadi, ada kaitan antara dosa dan kemiskinan. Dan dosa selalu dikaitkan dengan neraka (syeol).

Akan tetapi, dalam ucapan bahagia-Nya, Yesus justru mengatakan bahwa mereka yang miskin itu bahagia sebab memiliki Kerajaan Sorga. Suatu pernyataan yang kontradiktif. Lewat pernyataan-Nya itu, Yesus mau mematahkan pendapat lama sekaligus menanamkan hal baru bahwa orang miskin juga berhak atas Kerajaan Sorga.

Untuk membuktikan hal ini, selama hidup-Nya, Yesus hidup miskin dan hidup bersama orang miskin. Yesus menerapkan hidup miskin kepada para rasul-Nya ketika Ia mengutus mereka (Mat 10: 5 – 15). “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.” (Mat 10: 8). Di sini Yesus menghendaki agar para rasul melaksanakan tugas perutusan tersebut dengan tanpa pamrih, bukan mencari uang atau imbalan. Lebih lanjut Yesus mengajak mereka untuk “menyingkirkan” harta benda (ay. 9 – 10).

Wisata ke Malaka, Malaysia #3

 






Pemandangan dari lantai 20 hotel Hatten, Malaka

Renungan Hari Selasa Biasa XXX - Thn II

Renungan Hari Selasa Biasa XXX, Thn A/II
Bac I    Ef 2: 19 – 22; Injil                 Luk 6: 12 – 19;

Hari ini Gereja Universal mengajak umatnya untuk merayakan pesta St. Simon dan Yudas. Keduanya adalah rasul Yesus. Yang dimaksud Simon di sini adalah Simon orang Zelot, sedangkan Yudas  adalah Yudas Tadeus. Injil hari ini berkisah tentang penetapan keduabelas rasul yang akan senantiasa menyertai Tuhan Yesus dan melanjutkan karya-Nya. Keduabelas rasul dipilih Tuhan Yesus dari berbagai latar belakang dan umumnya bukan berasal dari keluarga terpandang atau memiliki kehebatan tertentu. Mereka adalah orang biasa yang memiliki kelemahan. Namun Tuhan Yesus memilih mereka dengan segala kelemahan dan kekurangan mereka. Tuhan Yesus percaya pada mereka, karena sebelumnya, semalam-malaman Tuhan Yesus berdoa kepada Allah.

Para rasul adalah penerus karya dan ajaran Tuhan Yesus. Mereka menjadi dasar bangunan Gereja. Inilah yang hendak disampaikan Paulus dalam bacaan pertama. Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Paulus mengatakan bahwa jemaat Efesus sudah merupakan warga dari keluarga Allah yang dibangun di atas dasar para rasul. Dengan menerima pewartaan Injil Kristus, mereka bukan lagi pendatang atau orang asing. Namun sebagai anggota keluarga Allah, mereka harus siap dibangun menjadi kediaman Allah.

Sekalipun memiliki kelemahan dan kekurangan, Tuhan Yesus tetap memilih, dari sekian banyak murid-Nya, dua belas orang, yang biasa disebut Para Rasul. Mereka inilah menjadi soko guru dan dasar dari bangunan Gereja. Dengan kelemahan dan kekurangannya, mereka menerima tugas dari Yesus, karena mereka tahu Tuhan Yesus telah mendoakan mereka. Dalam mengarungi kehidupan zaman, tak jarang Gereja menghadapi goncangan dan terpaan badai. Namun Gereja masih tetap kokoh berdiri di atas dasar Para Rasul, karena Roh Kudus membantu mereka. Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita akan dasar Gereja kita sekaligus mengingatkan kita bahwa kita juga adalah bagian dari Gereja itu. Kita diajak untuk menjaga bangunan Gereja ini supaya tetap lestari.

by: adrian