Minggu, 08 September 2013

Ultah Bunda Maria

PESTA KELAHIRAN SANTA PERAWAN MARIA
Hari ini Gereja sedunia merayakan “Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria.” Pesta ini sesungguhnya menunjukkan betapa Gereja mengasihi dan menghormati Maria sebagai wanita yang punya peranan besar di dalam karya keselamatan Allah. Sehubungan dengan pesta ini mungkin terlintas dalam benak kita pertanyaan berikut, “Landasan pemikiran apa yang melatarbelakangi pesta ini?”

Kita tak bisa langsung menjawab pertanyaan ini dengan membeberkan peristiwa kelahiran Maria secara lengkap dan obyektif berdasarkan informasi dari dokumen-dokumen terpercaya Gereja seperti Alkitab. Yang mungkin bagi kita ialah melihat peranan dan kedudukan Maria di dalam rencana dan karya keselamatan Allah di dalam sejarah.

Tentang hal itu Gereja mengajarkan bahwa Allah – setelah kejatuhan manusia – menjanjikan seorang penebus bagi umat manusia. Penebus itu ialah Anak-Nya sendiri. Untuk maksud luhur itu Allah membutuhkan kerjasama manusia; Allah membutuhkan seorang perempuan untuk mengandung dan melahirkan Anak-Nya. Kebenaran iman ini dikatakan Santo Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Galatia, “... setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan....” (Gal 4: 4).

Siapa perempuan itu? Perempuan itu ialah Maria, seorang puteri keturunan Abraham. Dari sini Gereja mengajarkan bahwa Maria telah ditentukan Allah sedari kekal untuk mengandung dan melahirkan Anak-Nya. Untuk itu ia suci sejak lahirnya dan diperkandungkan tanpa noda dosa asal.

Dalam konteks pengakuan iman inilah, Gereja meresa perlu menentukan suatu hari khusus (yaitu 8 September) untuk merayakan peristiwa kelahiran Maria. Dasar pertimbangan di sini – barangkali sangat sederhana – ialah bahwa sebagai manusia, Maria tentu pernah lahir pada waktu dan di tempat tertentu, dari orang tua dan suku tertentu. Injil-injil sendiri tidak mengatakan secara jelas bahwa Maria juga adalah keturunan Daud, sebagaimana Yusuf suaminya. Yang penting di sini bukanlah ketepatan hari kelahiran itu tetapi ungkapan iman Gereja akan Maria sebagai perempuan yang ditentukan Allah untuk mengandung dan melahirkan Anak-Nya.

Seturut sejarah, mulanya pesta ini dirayakan di lingkungan Gereja Timur berdasarkan ilham dari tulisan-tulisan Apokrif pada abad ke-6; pada akhir abad ke-7, barulah pesta ini diterima dan dirayakan di dalam Gereja Barat Roma.

sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Minggu Biasa XXIII-C

Renungan Hari Minggu Biasa XXIII, Thn C/I
Bac I   : Keb 9: 1318; Flm 9b – 10, 12 - 17
Injil     : Luk 14: 25 33

Dalam Injil hari ini, Yesus menegaskan tentang syarat kemuridan-Nya, yaitu “memikul salibnya dan mengikuti Aku.” (ay. 27). Ini mengisyaratkan bahwa menjadi murid Yesus bukanlah perkara yang mudah. Kita dituntut untuk mau dan berani meninggalkan apa yang kita senangi dan kita sukai dalam hidup ini. Menjadi murid Yesus berarti kita mau menjadikan Yesus yang paling utama dalam hidup ini.

Paulus sudah mewujudkannya. Dalam suratnya kepada Filemon, Paulus mengatakan bahwa penderitaan yang dialaminya, yaitu penjara, semata-mata demi Injil Kristus. Paulus, yang demi mewartakan Injil Kristus sebagai wujud tugasnya sebagai murid Yesus, rela meninggalkan kesenangan pribadinya. Semua itu ditanggung dengan sukarela.

Sabda Tuhan hari ini kembali mau menyadarkan kita akan status kita sebagai orang kristen, murid Yesus. Sabda Tuhan mengingatkan kita bahwa menjadi murid Yesus berarti kita harus memikul salib kita dalam kehidupan ini dan mengikuti Dia. Yesus menjadi yang utama. Inilah kehendak Tuhan bagi kita.

Mungkin sangat sulit kita memahami kehendak Tuhan ini untuk kehidupan kita. Tak jarang kita mengakui bahwa kita memang mau dan sudah menjadi murid Yesus, tapi lemah dalam pelaksanaannya karena kita tak berani memikul salib kita. Untuk itulah, seperti nasehat Kitab Kebijaksanaan, dalam bacaan pertama hari ini, hendaknya kita selalu memohon Roh Kudus untuk menerangi budi dan hati kita agar kita benar-benar dapat mengenal kehendak-Nya (ay. 17). Dengan Roh Kudus itu juga kita dimampukan untuk berani dan mau memikul salib kita dan mengikuti Yesus.

by: adrian