Rabu, 29 September 2021

MARI KITA BERCERMIN

 

Seorang teman bercerita kepada saya tentang sahabatnya, yang adalah juga sahabat saya. Dia berkata bahwa setelah pindah ke tempat yang baru, sahabat kami ini mengalami perubahan. Tentulah perubahan yang baik yang dimaksud. Karena sebelum pindah, sahabat kami ini selalu menampilkan perilaku buruk dan sedikit agak nyeleneh. Namun di tempatnya yang baru, perilaku-perilaku buruk itu sedikit demi sedikit mulai hilang.

Lantas teman saya ini memberikan penilaian bahwa tempat merupakan faktor penentu perubahan itu terjadi. Di tempat baru itu, sahabat kami ini benar-benar merasa enjoy sehingga dapat menemukan jati dirinya. Tempat baru yang pas membantu perubahan perilaku seseorang.

Saya dalam hati berkata, jika memang tempat yang telah mengubah perilaku buruk seseorang menjadi baik, masukkan saja orang-orang yang berperilaku buruk ke tempat itu. Tentulah agak susah menerima fakta ini. Karena itu, musti ada faktor lain yang menentukan perubahan tersebut. Dan faktor itu bisa saja ada di dalam diri sahabat kami ini yang berkaitan, baik langsung maupun tidak langsung, dengan orang-orang yang ada di lingkungan tempatnya yang lama.

Dalam hati kecil saya sangat prihatin dengan pernyataan teman saya ini. Dia hanya melihat diri sahabat kami ini, tanpa pernah berusaha melihat dirinya sendiri. Siapa tahu dirinya menjadi faktor yang membuat sahabat ini berperilaku buruk. Ada kemungkinan bahwa perilaku buruk yang ditampilkan sahabat ini merupakan ungkapan protes dan perlawanan dalam diam terhadap ulah, kebijakan, sikap dan perilaku teman saya ini. Karenanya, pemindahan ke tempat baru ini dapat dilihat bahwa sahabat ini lepas dari sosok yang berperan pada pembentukan perilaku itu.

Seringkali terjadi kita hanya melihat keluar dari diri kita. Keanehan-keanehan orang lain sepertinya selalu terlepas dari diri kita. Padahal bisa saja diri kita punya andil dalam terwujudnya keanehan tersebut. Diri kitalah yang telah membuat seseorang selalu menampilkan tingkah laku, yang di mata kita aneh.

Oleh karena itu, perlu disadari bahwa keberadaan orang lain ditentukan juga oleh keberadaan kita. Hendaklah kita jangan hanya melihat keluar dari diri kita sendiri. Kita perlu melihat diri kita sendiri. Kita butuh kemampuan untuk refleksi. Refleksi selalu terarah kepada diri sendiri, meski obyeknya adalah orang lain atau sesuatu yang ada di luar diri sendiri.

diambil dari tulisan 7 tahun lalu

Selasa, 28 September 2021

TIPS MENJAGA KEBUGARAN SAAT DI KANTOR

 

Siapa bilang bekerja seharian di kantor dengan ruang berpendingin udara tidak menyisakan masalah bagi kesehatan? Tanpa disadari, duduk seharian minimal 8 jam selama 5 hari dalam seminggu sedikit banyak menyisakan efek negatif bagi tubuh. Terlebih lagi jika Anda terpaksa sering lembur.

Kegiatan duduk yang mendominasi aktivitas di kantor sering kali membuat organ seputar pinggul hingga punggung terasa tidak nyaman atau bahkan nyeri. Lalu apa yang harus dilakukan agar tubuh tetap fit dan bugar walau seharian bekerja?

Langkah pertama yang bisa Anda lakukan tentu saja adalah membatasi waktu duduk. Duduk terlalu lama dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, seperti diabetes tipe 2 dan kanker. Ada baiknya jika sesekali Anda bangkit dan melakukan kegiatan berjalan-jalan kecil. Peregangan singkat seperti ini akan memberikan manfaat yang cukup menakjubkan dan membantu mengistirahatkan bagian tubuh yang terus menerus menekuk lantaran duduk seharian di kantor.

Lakukan gerak tubuh pada kursi kerja Anda sesekali. Manfaatnya cukup baik bagi kesehatan tubuh. Bahkan, mereka yang melakukan sedikit yoga konon akan membuat suasana hati lebih baik dan membantu meningkatkan semangat kerja. Gerakan yoga yang dilakukan pun bukan jenis yang sulit. Yang penting dilakukan secara baik dan benar. Dengan demikian, Anda dapat mengurangi stress dan menurunkan tekanan darah pada tubuh.

Senin, 27 September 2021

MELIHAT KEMBALI PERISTIWA PEMBAKARAN BUKU OLEH GRAMEDIA

 

Buku merupakan jendela ilmu. Seperti jendela pada umumnya, dengan membuka jendela kita bisa mengetahui apa saja yang terjadi di luar. Demikian pula halnya dengan buku. Akan tetapi, buku baru benar-benar bisa bermanfaat apabila dia, seperti jendela, dibuka. Kata “dibuka” di sini harus dimaknai dengan dibaca. Dengan membaca buku, wawasan kita akan semakin luas.

Toko Gramedia merupakan toko yang menjual aneka buku bacaan. Secara tidak langsung Gramedia berperan untuk mencerdaskan bangsa, membantu dalam membuka wawasan orang. Namun patut disayangkan kalau di bulan Juni 2012, Gramedia membakar sebuah buku karya terjemahan karangan Douglas Wilson dengan judul “5 Kota Paling Berpengaruh di Dunia”. Masalahnya Gramedia takut menghadapi tuntutan hukum dan juga aksi massa islam yang terkenal sadis dan biadab. Karena itulah, disaksikan beberapa pengurus MUI, Gramedia membakar 216 eksemplar. Sebelumnya Gramedia sudah memusnahkan 1.000 buku. Yang lain masih dalam perjalanan. Kehadiran MUI tentulah hendak menegaskan persetujuan atas tindakan pemberangusan informasi itu.

Kenapa Gramedia takut dan akhirnya memutuskan untuk memusnahkan “jendela ilmu” itu? Pangkal masalah terdapat pada halaman 24 buku itu, di mana ada tulisan tentang nabi Muhammad SAW yang menurut umat islam bertentangan dengan fakta, berkaitan dengan aktivitas beliau di kota Madinah. Hal tersebut merupakan bentuk penghinaan dan bertentangan dengan agama islam. Umat islam merasa dirugikan dengan beredarnya buku itu.

Melihat Sisi Gramedia

Gramedia adalah simbol industri buku. Berbicara tentang Gramedia tak mungkin dipisahkan dari buku. Gramedia merupakan penerbit buku yang terbesar di Indonesia. Buku terbitan Gramedia selalu bermutu, bukan cuma kualitas cetakan melainkan juga isi bukunya. Gramedia memang identik dengan buku berkualitas.

Karena itu adalah tugas dan tanggung jawab Gramedia untuk menghadirkan buku-buku berkualitas. Tanggung jawab ini tidak hanya bersifat eksternal, yaitu kepada para pembeli/pembaca, tetapi juga bersifat internal. Tentulah hanya naskah-naskah yang berkualitas yang akan mereka cetak dan terbitkan. Untuk hal ini tentulah ada ahlinya. Mereka dengan bertanggung jawab akan berusaha mencari, melihat dan menyeleksi naskah-naskah buku yang bermutu.

Minggu, 26 September 2021

MENGENAL SAKRAMEN INISIASI

 


Sakramen inisiasi merupakan dasar hidup kristen. Ada tiga sakramen inisiasi, yakni Baptis, Krisma dan Ekaristi. Kita dilahirkan kembali menjadi manusia baru dalam Sakramen Baptis, dikuatkan dengan Sakramen Krisma dan diberi makanan dengan Sakramen Ekaristi. Dari tiga sakramen inisiasi ini hanya Sakramen Baptis dan Krisma saja yang penerimaannya cuma sekali.

A.   Sakramen Baptis

Sakramen Baptis merupakan pintu gerbang bagi sakramen-sakramen lainnya (bdk. Kan 849). Karena itu, “Orang yang belum dibaptis tidak dapat diizinkan menerima sakramen-sakramen lain dengan sah” (Kan. 842,§1). Melalui Sakramen Baptis orang menerima keselamatan, karena ia dibebaskan dari dosa, dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah serta digabungkan dengan Gereja dan menjadi serupa dengan Kristus. Membaptis artinya “menenggelamkan” ke dalam air. Seseorang yang dibaptis ditenggelamkan ke dalam kematian Kristus dan bangkit bersama-Nya sebagai “ciptaan baru” (2Kor 5: 17). Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa Sakramen Baptis adalah tawaran keselamatan Allah kepada manusia, yang melaluinya kita mendapatkan penebusan dosa, menjadi anak Allah dan anggota Gereja serta bersatu dalam Kristus Yesus.

Apa efek atau buah dari Sakramen Baptis? Kompendium Katekismus Gereja Katolik (no. 263) menyebut beberapa buah dari Sakramen Baptis, di antaranya adalah: penghapusan dosa, baik dosa asal, dosa pribadi maupun hukuman karena dosa; ikut ambil bagian dalam kehidupan ilahi Tritunggal melalui rahmat pengudusan, rahmat pembenaran yang mempersatukan seseorang dengan Kristus dan Gereja-Nya; ikut ambil bagian dalam imamat Kristus dan menjadi anggota Gereja; menerima keutamaan teologal dan anugerah-anugerah Roh Kudus; menjadi milik Kristus selamanya.

Dari uraian efek atau buah Sakramen Baptis di atas, kita dapat melihat dua sifat efek tersebut, yaitu pasif dan aktif. Penghapusan dosa dan menjadi milik Kristus merupakan kategori pasif, karena kita menerimanya secara otomatis setelah baptisan, meski kita tetap dituntut untuk tetap menjaga kesucian diri kita, hidup sesuai dengan rahmat yang telah kita terima. Untuk kategori aktif dapat terlihat seperti ambil bagian dalam imamat Kristus dan menjadi anggota Gereja. Tentu kita masih ingat akan materi pertemuan yang ketiga, tugas-tugas Gereja. Itu merupakan perwujudan dari buah Sakramen Baptis. Keutamaan teologal dan juga anugerah Roh Kudus yang diterima harus dihidupi. Jika tidak dihidupi, kita tak beda seperti hamba yang menerima satu telenta dalam perumpamaan tentang talenta (Mat 25: 14 – 30).

PRIBADI YESUS KRISTUS

 


A. Yesus Pemenuhan Janji Allah

Memahami Arti dan Makna Janji

Tentulah kita pernah membuat janji kepada orang, entah orangtua, saudara, teman atau siapa saja. Janji dimaknai sebagai ucapan yang menyatakan kesediaan atau kesanggupan untuk melakukan atau juga tidak melakukan. Misalnya, janji akan mengerjakan tugas sekolah setelah makan malam atau janji tidak akan menceritakan rahasia teman. Sebuah janji menuntut adanya pelaksanaan. Jika tidak ada pelaksanaan, maka hal tersebut disebut ingkar janji. Ada beberapa dampak dari ingkar janji ini.

1.    Orang yang ingkar janji akan dicap sebagai pembohong.

2.    Orang yang diingkari akan kehilangan kepercayaan. Hilangnya kepercayaan ini bisa saja hanya tertuju kepada orang yang telah ingkar janji, tetapi bisa juga kepada siapa saja.

Janji dalam Pengalaman Iman Kristen

Janji dapat ditemui dalam segala aspek kehidupan, dari ekonomi, sosial hingga agama. Tanpa disadari agama kristen, baik katolik maupun protestan, dibangun atas dasar perjanjian, yaitu perjanjian timbal balik antara Allah dan umat manusia. Agama kristen dipenuhi dengan janji, baik dari pihak Allah maupun pihak manusia. Janji Allah berawal dari kisah kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kej 3: 8 – 15).

Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman. Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?” Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.” Firman-Nya: “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?” Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.” Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: “Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu. Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”

Jumat, 24 September 2021

KASUS MANSYARDIN MALIK: AJARAN AGAMA VS HUKUM POSITIF


 

Pada bulan September 2021 publik Indonesia dihebohkan dengan adanya kasus Mansyardin Malik. Kasusnya tentang kekerasan dalam rumah tangga, dan kekerasan yang dimaksud adalah kekerasan seksual. Ada dua bentuk kekerasan yang dilakukan Mansyardin Malik terhadap istri sirinya, yakni Marlina. Mansyardin selalu memaksa berhubungan badan sekalipun istrinya menolak (karena lagi haid) serta bersenggama dengan cara yang tak wajar (anal sexual). Akibat perbuatannya itu, dikabarkan sang istri mengalami penderitaan, yang akhirnya berujung pada perceraian.

Sebenarnya kasus seperti ini banyak ditemui dalam masyarakat kita. Akan tetapi, kasus-kasus tersebut, bukan cuma luput dari perhatian media, tidak membuat heboh masyarakat Indonesia. Ada dua hal yang membuat kasus Mansyardin Malik ini menjadi heboh. Pertama, oleh media, kasus ini dikaitkan dengan anak Mansyardin Malik, yaitu Taqi Malik. Taqi Malik sendiri adalah seorang penceramah agama islam yang lumayan popular. Jika bukan karena Taqi Malik, hampir dapat dipastikan kasus Mansyardin Malik ini tidak akan heboh, tak akan menarik perhatian publik. Kedua, oleh Mansyardin Malik sendiri, dan mungkin terkait dengan peran anaknya sebagai penceramah agama, perbuatannya dikaitkan dengan ajaran islam. Artinya, apa yang dilakukan Mansyardin Malik (kekerasan seksual) mendapat pembenaran dalam ajaran islam.

Terkait masalah kekerasan dalam rumah tangga, yang dikaitkan dengan ajaran islam, kami pernah menulisnya dalam blog ini. Setidaknya ada dua tulisan tentang hal ini, yaitu KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DALAM PANDANGAN ISLAM dan MEMPERSOAL PASAL PERKOSAANSUAMI TERHADAP ISTRI DAN PASAL PERJUDIAN DALAM RKUHP. Dalam dua tulisan ini dikatakan bahwa penanganan kasus KDRT akan menemui kendala berhadapan dengan hukum islam. Dengan kata lain, penanganan kasus kekerasan seksual dalam kehidupan rumah tangga, antara suami dan istri, merupakan pertarungan antara hukum islam dan hukum sipil (hukum positif). Hal ini tentulah menjadi dilema, baik bagi polisi maupun hakim.

Sebagaimana kasus Mansyardin Malik, Mansyardin sendiri dengan terang-terang menegaskan bahwa apa yang dilakukannya sudah sesuai dengan ajaran islam. Bisa dikatakan bahwa agama islam mengajarkan umatnya untuk melakukan kekerasan seksual, atau tindakan kekerasan seksual itu bukanlah dosa, malah halal. Dengan perkataan lain, tindakan kekerasan seksual ini di mata agama islam adalah benar. Akan tetapi, tindakan kekerasan seksual ini, sekalipun dilakukan oleh suami terhadap istri, di mata hukum positif adalah salah.

MENGENAL PRIBADI YESUS KRISTUS

 


Pepatah mengatakan, “Tak kenal maka tak sayang.” Kita harus mengenal orang dulu baru kita bisa menyayanginya. Setidaknya itulah yang dimaksud pepatah tersebut. Yang perlu dikenal adalah pribadi orang tersebut. Demikianlah kalau kita mau semakin mencintai Yesus. Kita harus mengenal pribadi-Nya.

Materi keenam ini akan memaparkan pribadi Yesus. Untuk melihat atau menonton video pembelajaran materi ini, langsung saja klik link berikut ini: https://youtu.be/l34HisimOPg

Untuk naskah pembelajaran materi ini, dapat dibaca pada blog ini pada hari Minggu, 26 September 2021.

MENGENAL SAKRAMEN INISIASI

 

Minggu lalu, pada materi pembelajaran yang kelima, kita telah membahas sakramen-sakramen yang ada dalam Gereja. Materi pertemuan kelima itu merupakan uraian umum. Kita hanya memaparkan sakramen-sakramen Gereja secara garis besar saja. Pada materi pertemuan keenam ini, kita secara khusus akan melihat Sakramen Inisiasi. Untuk melihat video pembelajaran materi ini, silahkan klik link berikut ini: https://youtu.be/QM77Zhj2z8s

Naskah pembelajaran materi keenam bisa dibaca pada blog ini, pada hari Minggu, 26 September 2021.

Kamis, 23 September 2021

INILAH BAHAYA PSIKOLOGIS PADA ANAK

 

Tak sedikit orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa bahagia. Saat masih kanak-kanak, seorang anak tidk memiliki pikiran yang ruwet. Dunianya adalah bermain dan mendatangkan kenikmatan. Akan tetapi, bukan lantas berarti dunia kanak-kanak tanpa bahaya. Seperti dilansir dari PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5), hlm 176, Elizabeth B. Hurlock memaparkan beberapa bahaya psikologis pada masa kanak-kanak.

Bahaya dalam Berbicara

Ada empat bahaya berbicata yang umum terdapat pada akhir masa kanak-kanak: (1) kosa kata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan menghambat komunikasi dengan orang-orang lain. (2) Kesalahan dalam berbicara, seperti salah ucap dan kesalahan tata bahasa, cacat dalam bicara seperti gagap atau pelat, akan membuat anak menjadi sangat sadar diri sehingga anak hanya berbicara bilamana perlu. (3) Anak yang mempunyai kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan di lingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia “berbeda”. (4) Pembicaraan yang bersifat egosentris, yang mengkritik dan merendahkan orang lain, dan yang bersifat membual akan ditentang oleh teman-teman

Bahaya Emosi

Anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman-teman sebaya maupun orang-orang dewasa, kalau ia masih menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang kurang menyenangkan, seperti amarah yang meledak-ledak, dan juga bila emosi yang buruk seperti marah dan cemburu masih sangat kuat sehingga kurang disenangi oleh orang lain.

Bahaya Sosial

Rabu, 22 September 2021

STUDI PENGANTAR INJIL MATIUS

 

Siapakah penginjil Matius yang juga dikenal dengan nama Lewi? Kita membaca dalam Kitab Suci bahwa ia adalah seorang pemungut cukai dan Yesus menanggil dia untuk nenjadi salah seorang dari rasul-rasul-Nya (Mat 9:9 dan Mrk 2:13). Namun kita tahu dengan pasti bahwa lnjil yang menggunakan namanya baru disusun dalam bentuknya sekarang menjelang tahun 80 Masehi, yang berarti sesudah Matius telah tiada. Mungkinkah penulisnya adalah salah seorang dari murid-muridnya yang menggunakan naskah asli yang disusun oleh Matius sendiri? (Lihat Pengantar Perjanjian Baru). Sangat mungkin Injil ini ditulis dalam komunitas Kristen yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, mungkin di Antiokhia (lihat Kis 12:19 dan 13). Masa itu ditandai pertikaian antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen, ketika komunitas Yahudi - yang telah banyak menderita karena perang dengan Roma yang memusnahkan bangsa mereka - mulai mengorganisir masyarakatnya di bawah pimpinan orang-orang Farisi. Orang-orang Farisi ini baru saja memutuskan untuk mengucilkan semua orang Yahudi yang percaya kepada Yesus dan yang telah menjadi anggota komunitas Kristen.

Injil ini bermaksud menguatkan hati orang-orang Kristen bahwa mereka tidak perlu merasa terganggu sekalipun mereka ditolak oleh bangsanya sendiri. Penolakan bangsa Yahudi terhadap Mesias mengakibatkan bangsa Yahudi kehilangan hak berbicara dan berharap pada janji-janji Allah; dan Allah telah memilih suatu bangsa terpilih yang baru, yaitu Gereja. Matius mengutip banyak teks dari Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa orang-orang Kristen adalah ahli waris sejati dari umat perjanjian.

Dalam perspektif ini seluruh sejarah Yesus ditampilkan sebagai suatu konflik, yang berakhir dengan suatu pemisahan. Titik balik dapat ditemukan pada bagian akhir dari bab 13 dimana Yesus tidak lagi berbicara dengan masyarakat Yahudi pada umumnya, melainkan berbicara hanya kepada murid-murid.

Selasa, 21 September 2021

SUDAH SAATNYA GEREJA TRANSPARAN SOAL KEUANGAN

 

Gereja adalah bagian dari dunia. Karena itu prinsip-prinsip keduniaan, meski tidak semuanya, dapat diadopsi oleh Gereja. Salah satunya adalah soal transparansi laporan keuangan. Paus Fransiskus, sejak terpilihnya, mencanangkan transparansi keuangan di pusat Gereja Katolik, yaitu Vatikan. Karena itu, sudah saatnya pengelolaan harta benda Gereja, termasuk keuangan, dilakukan secara transparan agar umat mengetahuinya.

Apakah ajakan Paus Fransiskus untuk terbuka dalam keuangan Gereja sudah diikuti semua Gereja di belahan dunia? Harus diakui bahwa masih ada paroki yang menolak membuka laporan keuangannya kepada umat. Laporan keuangan hanya khusus untuk Pastor Kepala Paroki dan bendahara paroki saja. Umat, bahkan pastor pembantu pun tak diperkenankan untuk mengetahuinya. Lebih miris lagi ada paroki hanya mau transparan ke “atas” bukannya ke “bawah”. Padahal, yang sungguh mengetahui situasi yang terkait dengan harga ada di “bawah” bukan yang di “atas”.

Alasan Kuno Menolak Transparansi

Ada saja orang, bahkan dari hirarki, yang tidak setuju dengan transparansi keuangan. Mereka menilai bahwa di balik transparansi ada prinsip do ut des: saya memberi, maka saya menerima. Artinya, pemberian itu ada pamrih. Jadi, umat yang memberi kolekte, intensi, stipendium, dll, disinyalir memiliki pamrih pribadi, bukan murni persembahan kepada Tuhan, Gereja dan karya pastoral. Pemberian tersebut tidak seperti persembahan janda miskin (bdk. Lukas 21: 1 – 4).

Malahan orang menentang transparansi keuangan dengan menggunakan dasar biblis untuk menguatkan argumennya. Teks Kitab Suci yang biasa dipakai adalah Matius 6: 3: “Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.” Teks ini biasanya dipakai sebagai prinsip dasar kristiani dalam memberi persembahan (kolekte, intensi, stipendium, dll).

Minggu, 19 September 2021

MENGENAL SAKRAMEN DALAM GEREJA

 

A.   Tujuh Sakramen Gereja

Kita sudah tahu bahwa sakramen merupakan sarana pengudusan. Ada satu sakramen dalam Gereja, yaitu Yesus Kristus. Dia adalah wajah kasih Allah yang kelihatan. Allah yang tak bisa dilihat, namun hadir dalam diri Yesus. Dari Yesus inilah kemudian lahir sakramen-sakramen Gereja lainnya. Gereja kita mengenal ada 7 sakramen, yaitu

Ø  Sakramen Baptis/permandian

Ø  Sakramen Penguatan/krisma

Ø  Sakramen Ekaristi Kudus

Ø  Sakramen Tobat

Ø  Sakramen Pengurapan Orang Sakit

Ø  Sakramen Tahbisan/Imamat

Ø  Sakramen Perkawinan

Dari ketujuh sakramen ini, ada 3 sakramen yang diterimakan hanya sekali seumur hidup. Ketiga sakramen itu adalah baptis, krisma dan tahbisan. Sementara sakramen yang lain bisa diterima berkali-kali.

Gereja Protestan hanya mengakui satu sakramen saja, yakni sakramen baptis, sedangkan keenam sakramen lainnya tidak diakui. Salah satu alasannya adalah tidak tertulis dalam kitab suci; atau dengan kata lain, kitab suci tidak menyebut atau menyinggung keenam sakramen tersebut. Dengan dasar ini, tak jarang orang Protestan selalu mengkritik Gereja Katolik. Akan tetapi, sangat menarik kalau kita merenungkan sharing pengalaman Scoot Hahn dan Gerry Matatics. Mereka berdua awalnya adalah teolog protestan, yang kemudian menjadi katolik setelah menemukan kebenaran dalam Gereja Katolik. Mereka bukan sekedar ahli dalam bidang teologi tetapi juga kitab suci, yang memahami bahasa Yunani, Latin dan juga Aram. Setelah melakukan penelitian terhadap semua ajaran katolik mereka sampai pada satu kesimpulan: semua doktrin katolik mempunyai dasar alkitabiah. Yang termasuk doktrin di sini, yah ketujuh sakramen itu.

Jadi, dari sharing dua teolog protestan itu kita bisa mengetahui bahwa kritikan orang protestan terkait keenam sakramen yang tidak diakuinya sama sekali tidak mendasar. Karena itu, apabila dalam kehidupan kita menemukan kritikan tersebut dari orang-orang protestan, kita tak perlu bingung lagi.

B.   Pembagian Sakramen-sakramen Gereja

KONSEKUENSI PEWARTAAN YESUS


 

A. Berbagai Tanggapan terhadap Pewartaan Yesus

Pemikiran Dasar

Yesus mulai tampil di depan umum, kira-kira berumur tiga puluh tahun (Luk 3:32). Sebelumnya Ia hidup tersembunyi di Nazaret dan mencari nafkahnya sebagai tukang kayu (Mrk 6:3), sama seperti ayah-Nya (Mat 13:55). Kehidupan Yesus di depan umum dimulai dengan berita, “Ia meninggalkan Nazaret dan berdiam di Kapernaum, di tepi danau; sejak saat itulah Yesus memberitakan: Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat” (Mat 4:13.17).

Yesus meninggalkan ketenangan hidup keluarga di Nazaret dan mulai hidup mengembara. Ia “berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa, memberitakan Injil Kerajaan Allah” (Luk 8:1). Awal perubahan hidup ini adalah pembaptisan oleh Yohanes. Pembaptisan adalah bagaikan “pelantikan” Yesus ke dalam tugas perutusan-Nya. Segera sesudah pembaptisan, Yesus akan “memberitakan Injil Allah: Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mrk 1:15).

Dengan pembaptisan-Nya, Yesus sekaligus menyatakan kesatuan dengan orang berdosa dan penyerahan total dan radikal kepada kehendak Bapa. Dengan pembaptisan, Ia tampil sebagai “pengantara antara Allah dan manusia” (1Tim 2:4).  Semua Injil mengatakan bahwa Roh Kudus turun atas-Nya. Selanjutnya “Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun”. Sesudah itu “dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu” (Luk 4:1-2.14).

Sesudah pembaptisan, Yesus tampil sebagai orang yang “diurapi oleh Allah dengan Roh Kudus dan kuat kuasa” (Kis 10:38). Ia tampil sebagai “Yang terurapi”, Ia dilantik sebagai Kristus. “Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit” (Luk 5:17). Yesus sekarang tampil, bukan lagi sebagai tukang kayu, tetapi benar-benar sebagai seorang Penyelamat. Maka semua orang heran dan bertanya: “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan ada bersama kita? Mukjizat-mukjizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?” (Mrk 6:2-3).

Terhadap pewartaan Yesus menegakkan Kerajaan Allah muncul dua sikap dalam masyarakat Yahudi. Dua sikap itu adalah menerima dan menolak.

1.    Mereka yang Menerima Pewartaan Yesus

Jumat, 17 September 2021

KAJIAN ISLAM ATAS SURAH AL-FATIHAH

 


Di kalangan ulama dan pakar islam, surah al-Fatihah ini dikenal sebagai mother of the qur’an, ibunya Al-Qur’an. Salah satu peran atau fungsi ibu adalah melahirkan. Karena itu, mother of the qur’an dimaknai sebagai surah yang melahirkan surah-surah lain yang ada dalam Al-Qur’an. Mungkin artinya bahwa wahyu-wahyu Allah yang ada di surah ke-2 hingga ke-114 merupakan penjabaran dari isi surah al-Fatihah. Atau dengan perkataan lain, surah al-Fatihah menjadi dasar pijak surah-surah lainnya.

Pemahaman seperti ini bukan tanpa konsekuensi. Dengan pemahaman seperti ini maka diandaikan bahwa surah al-Fatihah merupakan wahyu Allah yang pertama turun. Menjadi pertanyaan, benarkah demikian? Kepastian akan hal ini bukan didasarkan pada pengakuan sepihak, melainkan harus ditunjang dengan bukti ilmiah, seperti penelitian-penelitian. Konsekuensi lain adalah bila dikaitkan dengan turunan cacat bawaan. Ibu yang mempunyai gen buruk atau cacat bawaan, tentulah akan melahirkan anak dengan cacat bawaan juga. Demikian pula halnya dengan Al-Qur’an. Jika ada “cacat” dalam surah al-Fatihah, maka “cacat” itu terdapat pula dalam surah-surah lainnya. Berhubung yang “melahirkan” surah al-Fatihah adalah Allah SWT, maka bisa dikatakan juga terdapat “cacat” pada Allah itu. Inilah konsekuensi berikutnya.

Akan tetapi, dalam tulisan ini kami tidak akan membahas persoalan konsekuensi tersebut. Di sini kami lebih fokus pada kajian ayat-ayat surah al-Fatihah berdasarkan akal sehat. Sebelum menyampaikan kajian islam atas surah al-Fatihah, terlbih dahulu kami ingin memberi pemahaman sedikit soal Al-Qur’an. Umat islam meyakini dengan pasti kalau Al-Qur’an merupakan wahyu Allah. Apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an dipastikan merupakan kata-kata Allah sendiri. Dalam arti lain, Al-Qur’an itu berasal dari Allah. Kepastian ini didasarkan pada wahyu Allah sendiri, yang banyak dijumpai dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan pemahaman ini, maka haruslah diterima bahwa ayat-ayat yang ada dalam surah al-Fatihah (7 ayat) merupakan perkataan langsung dari Allah. Karena yang menerima wahyu Allah itu HANYA Muhammad, maka bisa dikatakan bahwa perkataan itu ditujukan kepada Muhammad.

Berikut ini adalah kutipan terjemahan ayat surah al-Fatihah. Terjemahan ini kami ambil dari “AL-QUR’AN DAN TERJEMAHANNYA, Departemen Agama RI, Edisi Terkini Revisi Tahun 2006”.

MENGENAL SAKRAMEN DALAM GEREJA

 

Pada materi pertemuan ketiga, dibahas soal tugas-tugas Gereja. Salah satu tugas pokok Gereja adalah menguduskan. Gereja menguduskan dunia dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah melalui sakramen. Pada materi pertemuan kelima ini, kita akan membahas secara umum atau garis besar tentang Sakramen Gereja. Untuk melihat video pembelajaran materi ini, silahkan klik link berikut ini: https://youtu.be/csxKN_7bum0

Naskah pembelajaran materi kelima bisa dibaca pada blog ini, pada hari Minggu, 19 September 2021.

KONSEKUENSI PEWARTAAN YESUS


TUHAN Yesus datang ke dunia mewartakan Kerajaan Allah. Paham Kerajaan Allah yang disampaikan Yesus berbeda dengan konsep Kerajaan Allah yang sudah berkembang sebelumnya. Pewartaan Kerajaan Allah dilakukan Yesus dengan berbagai macam cara, seperti lewat perumpamaan-perumpamaan, lewat tindakan dan juga mukjizat.

Ada dua sikap masyarakat dalam menyikapi dan menanggapi warta Yesus ini. Ini merupakan konsekuensi yang mau tak mau harus diterima Yesus, karena Yesus tidak memaksakan kehendak-Nya. Topik inilah yang akan dibahas dalam materi pertemuan kelima ini. Untuk melihat video pembelajaran materi ini, silahkan klik link ini: https://youtu.be/5dMVcLN8aTE

Sedangkan untuk naskah materi ini dapat dibaca pada blog ini, yang akan diterbitkan pada hari Minggu, 19 September 2021.

Kamis, 16 September 2021

INI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI PADA ANAK

 

Manusia adalah makhluk yang ber-pribadi. Kepribadian seseorang terkadang ditentukan olej konsep dirinya, entah itu berasal dari orang lain atau juga dari dirinya sendiri. Konsep diri ini sudah terbentuk sejak usia dini. Bagaimana konsep diri pada anak pada akhir masa kanak-kanak? Elizabeth B. Hurlock, dalam PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5) hlm  173, mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri itu.

Kondisi Fisik

Kesehatan yang buruk dan cacat-cacat fisik menghalangi anak untuk bermain dengan teman-teman dan menyebabkan anak merasa rendah diri dan terbelakang.

Bentuk Tubuh

Anak yang terlalu gemuk atau terlalu kecil menurut usianya tidak mampu mengikuti teman-temannya sehingga mengakibatkan perasaan rendah diri.

Nama dan Julukan

Nama yang mengakibatkan cemoohan atau yang menggambarkan status kelompok minoritas dapat mengakibatkan perasaan rendah diri. Julukan yang diambil dari kelucuan fisik atau sifat kepribadian dapat menimbulkan rendah diri dan dendam.

Status Sosial Ekonomi

Kalau anak merasa bahwa ia memiliki rumah yang lebih baik, pakaian yang lebih bagus dan alat-alat bermain yang lebih baik daripada apa yang dimiliki teman-teman sebayanya, ia akan merasa lebih tinggi. Sebaliknya, kalau anak merasa bahwa status sosial ekonominya lebih rendah daripada teman-teman sebayan, ia cenderung merasa rendah diri.

Rabu, 15 September 2021

DOA SI TONI KECIL

 

Toni sedang mengerjakan PR Matematika bersama ibunya di ruang keluarga saat Stefanus Rachmat Hadi Purnomo masuk sambil mendesah. Antonius Padua Hadi Purnomo, yang dipanggil Toni, adalah siswa SD St. Fransiskus Asisi kelas satu. Toni dan ibunya, Monika Fitria Handayani, segera menghentikan aktivitas mereka sementara. Lirikan mata ibu dan anak itu mengikuti langkah kaki Stefanus hingga di sofa. Persis di depan mereka.

Stefanus menghempaskan tubuhnya di sofa itu sambil meletakkan map berkas di atas meja, di samping lembaran tugas Toni. Ia merentangkan kedua tangannya di bahu sofa sambil menerawang langit-langit rumah, tak peduli pada empat mata yang sedari tadi mengawasinya.

“Ada apa sih, Pa? Gagal lagi, ya?” Monika mencoba memecah kebekuan.

“Yah…,” jawab Stefanus singkat sambil mendesah. “Kami tak tahu apa sih maunya mereka. Semua tuntutan dalam SKB sudah dipenuhi, eh malah dicurigai ada pemalsuan tandatanganlah, permainan uanglah, inilah, itulah.” Stefanus terus merocos menumpahkan unek-unek kekesalannya atas penolakan izin pembangunan gedung gereja di parokinya.

***

Penolakan itu bukan baru terjadi satu atau dua kali saja, melainkan sudah berkali-kali. Sudah enam tahun panitia pembangunan berjuang untuk mendapatkan IMB, namun yang didapat hanyalah penolakan.

Gedung gereja Paroki St. Yohanes Paulus II merupakan gedung lama, ketika masih berstatus stasi dari Paroki Kristus Raja Semesta Alam. Sejak pemekaran, terjadi peningkatan jumlah umat. Gedung lama, yang bisa menampung 1500 orang, dirasakan sudah tidak memadai lagi, baik dari segi daya tampung maupun dari segi kondisi bangunan. Di beberapa bagian dari gedung sudah terlihat rusak. Dengan dasar pertimbangan inilah akhirnya Dewan Pastoral Paroki memutuskan untuk membangun gedung gereja yang baru.

Memang sedari awal pembentukan panitia, Pastor Paroki sudah memperingati bahwa mereka bakal menghadapi tantangan berupa penolakan. Mereka juga berpikir begitu. Namun semua mereka tidak menyangka penolakan akan berlangsung lama.

Dasar pertimbangan mereka adalah relasi Gereja dengan umat non katolik di sekitarnya amat sangat baik. Sering terjadi kegiatan lintas agama. Karena itulah, umumnya mereka memperkirakan sekitar satu atau dua tahun IMB pasti keluar. Akan tetapi semua perkiraaan itu buyar sama sekali. Kini sudah enam tahun. Dan IMB belum juga muncul. Bukan cuma dari pemerintah, tetapi juga warga, yang notabene berasal dari luar.

***

Selasa, 14 September 2021

STUDI PENGANTAR KISAH PARA RASUL

 

Selama tiga tahun hidup-Nya di depan umum, Yesus meletakkan dasar-dasar Jemaat: Ia mengumpulkan murid-murid-Nya dan menghubungkan mereka, dengan pengutusan-Nya (Mrk 3:13-16). Ia memilih Petrus untuk bertanggung jawab atas jemaat (Mat 16:18) dan menjadikannya sebagai penjaga iman (Luk 22:31), dari umat Allah yang baru. Ia menjadikankedua belas rasul dan murid-Nya sebagai persekutuan para saksi (Yoh 15:16) dan menjanjikan mereka karunia Roh Kudus yang akan membantu mereka memahami Kepenuhan Terang yang telah dibawa ke dalam dunia (Yoh 16:13).

Sekarang, Tuhan telah bangkit, dan dari lambung yang tertombak, Yesus “melahirkan” suatu umat baru, dunia baru lewat darah dan air, seperti seorang anak dengan darah dan air lahir dari rahim ibunya (Yoh 19:34). Jemaat injili, diterangi oleh Sabda Yesus, dan dihidupi oleh Roh-Nya, diutus untuk mewartakan perbuatan-perbuatan ajaib "Allah sampai ke ujung bumi dan mengumpulkan menjadi satu, anak-anak Allah-yang tersebar (Yoh 11:52).

Dua tokoh besar: Petrus dan Paulus menonjol dalam pewartaan Injil. Petrus, secara khusus akan mengabdikan seluruh hidupnya bagi pewartaan Injii di kalangan orang-orang Yahudi. Sementara Paulus akan menjadi rasul bagi orang-orang bukan Yahudi (Gal 2:7-8).

Lukas, penulis Injil ketiga, menulis mengenai awal kehidupan Gereja dalam buku Kisah Para Rasul. Jika, seperti dalam Injil-injil, beberapa cerita dalam Kisah Para Rasul sudah ada sebelumnya, yaitu kisah yang menjadi acuan bagi Lukas untuk menulis kitabnya ini, maka keseimbangan yang telah diperoleh dalam mengedit teks yang beraneka ragam sungguh-sungguh luar biasa, karena sampai sekarang, sangat sulit mengidentifikasi teks-teks yang berbeda ini.

Senin, 13 September 2021

SEBUAH STUDI PENGANTAR KITAB SUCI

 

Perjanjian Baru adalah sebuah kumpulan 27 kitab dari Kitab Suci yang ditulis selama 70 tahun setelah kebangkitan Yesus. Gereja para rasul melihat dalam kitab-kitab ini suatu ungkapan iman mereka yang otentik. Gereja telah mengakui secara resmi bahwa kitab-kitab ini diilhami oleh Allah, sabagai sabda Allah. Sama seperti dalam Perjanjian Lama, kitab-kitab ini tidak begitu saja jatuh dari langit, sebaliknya kita mengakuinya sebagai milik para rasul dan para pewarta Injil dalam Gereja Perdana. Kitab-kitab ini tidak bermaksud untuk menjawab semua pertanyaan kita mengenai iman, melainkan suatu kumpulan kesaksian dimana kita menemukan pribadi Yesus dan cara Gereja perdana melihat dirinya dijiwai dan digerakkan oleh kuasa kebangkitan-Nya. Kehendak Allahlah yang membuat orang-orang Kristen dari segala abad dapat mengenal Yesus dan karya penebusan-Nya melalui kesaksian-kesaksian yang dahsyat ini.

Tetapi mengapa suatu perjanjian baru ditempatkan setelah Perjanjian Lama? Semata-mata karena setiap perjanjian membentuk suatu bagian sejarah keselamatan dan pewahyuan Allah dalam sejarah. Salib Yesus memisahkan dua fase ini.

Dalam Perjanjian Lama sebuah bangsa dibentuk. Mereka bertumbuh melalui pengalaman mereka, dan setelah berharap akan seribu satu hal yang dicari semua orang, mereka baru mengerti bahwa yang benar-benar penting adalah mengharapkan dan mencari kerajaan keadilan dimana semua orang akan diciptakan baru. Ketika kita membaca sejarah Kitab Suci, kita dapat melihat arah yang ditempuh dan menemukan tahap-tahap berbeda dan tokoh-tokoh kuncinya. Israel menemukan nilai luhur eksistensi dan kehidupan sosial. Kita mengerti mengapa mereka memerlukan waktu berabad-abad untuk menemukan suatu yang melampaui pemahaman mereka. Kita mengerti mengapa kesejahteraan Kerajaan Israel kuno tidak dapat bertahan lama dan mengapa penting bagi umat Allah untuk menginsafi dan menyadari apa yang hilang dalam kekuasaan dan kemuliaan duniawi. Kita melihat mengapa, setelah bermunculan banyak juruselamat palsu, Juruselamat sejati datang bagi mereka yang sementara mengalami krisis akhir di bawah penindasan Romawi dan radikalisasi kekuatan-kekuatan politik.

Minggu, 12 September 2021

MENGENAL TATA PERAYAAN EKARISTI

 


Salah satu perayaan liturgi yang khas bagi umat katolik adalah ekaristi, atau biasa dikenal juga dengan sebutan misa. Umat katolik merayakan ekaristi sebagai bentuk melakukan apa yang diminta Yesus saat perjamuan terakhir dengan para rasul. Saat itu Yesus berpesan, “Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Aku.” Perjamuan terakhir merupakan simbolisasi dari kurban salib. Pada saat perjamuan itu Yesus menyerahkan tubuh-Nya dalam wujud roti dan darah-Nya dalam wujud anggur. Ini adalah kenangan awal akan penyerahan diri-Nya di kayu salib keesokan harinya. Kurban salib memiliki makna penebusan dosa umat manusia.

Jadi, dengan merayakan ekaristi, kita tidak hanya mengenangkan peristiwa perjamuan malam terakhir Yesus bersama para rasul, tetapi juga peristiwa salib dimana Yesus mengurbankan diri-Nya untuk penebusan dosa manusia. Perayaan ekaristi bukan hanya peristiwa lampau yang tak punya dampak pada masa kini. Setiap kali kita misa, kita disadarkan akan pengurbanan Yesus di kayu salib untuk menebus dosa kita, saya dan kalian.

Bagaimana sebenarnya bentuk perayaan ekaristi itu? Dengan lebih mengenal, maka kita akan dapat menghayatinya dengan lebih baik. Pada prinsipnya, perayaan ekaristi dibagi ke dalam 4 upacara, yaitu ritus pembuka, liturgi sabda, liturgi ekaristi dan ritus penutup. Uraian ini lebih mengikuti Pedoman Umum Misale Romawi dan TPE 2021.

Ritus Pembuka

Jumat, 10 September 2021

TELAAH ATAS SURAH AL-MAIDAH AYAT 14

 


Dan di antara orang-orang yang mengatakan, “Kami ini orang Nasrani,” Kami telah mengambil perjanjian mereka, tetapi mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka, maka Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka hingga hari Kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. [QS 5: 14]

Al-Qur’an diyakini oleh umat islam merupakan wahyu Allah yang secara langsung disampaikan kepada nabi Muhammad SAW. Hal ini bisa dipahami sebagai berikut: Allah berbicara kepada Muhammad, dan Muhammad mendengarnya. Apa yang didengar Muhammad itulah yang kemudian ditulis dan akhirnya menjadi sebuah kitab yang diberi nama Al-Qur’an. Dengan perkataan lain, umat islam percaya dan meyakini bahwa apa yang tertulis dalam Al-Qur’an adalah merupakan kata-kata Allah SWT sendiri. Karena itu, umat islam menaruh hormat yang tinggi kepada Al-Qur’an. Pelecehan terhadap Al-Qur’an sama artinya pelecehan kepada Allah SWT. Dan orang yang melakukan hal itu, berdasarkan perintah Allah dalam Al-Qur’an, wajib dibunuh.

Umat islam menganggap dan menilai Al-Quran sebagai keterangan dan pelajaran yang jelas, karena memang demikianlah yang dikatakan Allah sendiri. Sebagai pedoman dan penuntun jalan hidup, Allah memberikan keterangan dan pelajaran yang jelas sehingga mudah dipahami oleh umat islam. Ada banyak ulama menafsirkan kata “jelas” di sini dengan sesuatu yang telah terang benderang sehingga tak perlu susah-susah menafsirkan lagi pesan Allah itu. Dengan kata lain, perkataan Allah itu sudah jelas makna dan pesannya, tak perlu lagi ditafsirkan. Maksud dan pesan Allah sesuai dengan apa yang tertulis dalam Al-Quran. Penafsiran atas wahyu Allah bisa berdampak pada ketidak-sesuaian dengan kehendak Allah sendiri.

Berangkat dari pemahaman ini, maka apa yang tertulis dalam surah al-Maidah ayat 14 di atas (kecuali kata yang berada dalam tanda kurung) merupakan perkataan langsung dan asli dari Allah SWT. Allah berbicara dan Muhammad mendengarnya. Apa yang tertulis di sana seperti itu juga yang didengar oleh nabi Muhammad SAW. Dan apa yang disampaikan Allah ini sudah jelas makna dan pesannya.

MENGENAL TATA PERAYAAN EKARISTI 2021

Mengingat pentingnya ekaristi dalam kehidupan kita, berhubung pula Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) telah mengeluarkan TPE baru, maka pada materi keempat ini kami akan menjelaskan soal Tata Perayaan Ekaristi (TPE). Materi ini untuk pelajar SMP dan SMA. Ada 2 video penjelasan TPE 2021 ini. Naskah materi ini bisa dilihat atau dibaca pada blog ini hari Minggu, 12 September. Kalian wajib nonton dan baca materi ini, karena akan jadi bahan penilaian terkait praktek keagamaan nantinya. Untuk menonton video pelajaran ini langsung saja klik pada layarnya. Selamat menikmati.

Video 1

 

Video 2

 

Jika video ini tak bisa diputar di android kalian, coba klik link di bawah ini.

Link video 1

https://www.youtube.com/watch?v=HbwDjxZw66Q&t=297s 

Link video 2

https://www.youtube.com/watch?v=RLA5KYBXOEQ