Minggu, 27 Juli 2014

Orang Kudus 27 Juli: St. Aurelius & Natalia

SANTO AURELIUS & SANTA NATALIA, MARTIR
 
Orang tua suami isteri ini beragama islam. Karena Natalia dan temannya Liliosa, isteri Felikx, seorang yang pernah murtad menjadi islam tetapi kemudian berbalik lagi, tidak memakai cadar, maka mereka dituduh murtad dari islam. Mereka dengan berani mengakui dirinya Kristen dan oleh karena itu dibunuh bersama Georgius, seorang biarawan yang giat berkhotbah membela kebenaran agama Kristen. Mereka meninggal di Cordoba, Spanyol, pada masa pemerintahan Emir Abd Ar – Rahman II pada tahun 852.

Baca juga riwayat orang kudus 27 Juli
St. Pantaleon

Suara Vatikan Menyambut Idul Fitri

DEWAN KEPAUSAN UNTUK DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA
Menuju Persaudaraan Sejati antara umat Kristiani dan Muslim
PESAN UNTUK AKHIR RAMADAN
‘Id al-Fitr 1435 H. / 2014 M.
 Kota Vatikan

Muslimin dan Muslimahyang terkasih,
Pada akhir Bulan Suci Ramadan, yakni bulan yang dikhususkan untuk berpuasa, berdoa dan membantu orang miskin, dengan penuh sukacita kami mengucapkan kepada saudara sekalian Selamat Hari Raya ‘Id al-Fitr.

 Tahun lalu, yakni tahun pertama masa pelayanannya, Paus Fransiskus sendiri menandatangani Pesan yang ditujukan kepada saudara-saudari pada kesempatan ‘Id al-Fitr. Pada kesempatan lain, Beliau menyapa Anda sekalian sebagai “saudara-saudari kami” (Pesan doa Angelus, 11 Agustus 2013). Kita semua dapat menyadari makna yang sebenarnya dari kata-kata ini. Sesungguhnya, kaum Kristiani dan Muslim adalah saudara satu sama lain, anggota dari keluarga umat manusia yang diciptakan oleh Allah yang satu.

Mari kita ingat kembali apa yang dikatakan Paus Yohanes Paulus II kepada para pemimpin agama Islam pada tahun 1982:
Kita semua, kaum Kristiani dan Muslim, hidup di bawah matahari dari satu Allah yang penuh belas kasih. Kita semua percaya akan Allah  Pencipta manusia. Kita mengakui keagungan Allah dan membela martabat manusia sebagai hamba Allah. Kita menyembah Allah dan ingin berpasrah sepenuhnya kepada-Nya. Dengan demikian, sesungguhnya kita bisa memandang satu sama lain sebagai saudara dalam iman akan satu Allah yang Esa. (Kaduna, Nigeria, 14 Februari, 1982).

Mari kita bersyukur kepada Yang Mahatinggi akan segala hal yang kita miliki bersama, sambil tetap menyadari perbedaan-perbedaan kita. Kita menyadari perlunya mempromosikan dialog yang berbuah melimpah dan dibangun atas dasar sikap saling menghormati dan persahabatan. Terinspirasi oleh nilai-nilai yang kita miliki bersama dan diperkuat oleh rasa persaudaraan kita yang sejati, kita dipanggil untuk bekerja-sama demi terwujudnya keadilan, perdamaian serta perlindungan hak-hak dan martabat setiap manusia. Kita merasa bertanggung-jawab terhadap mereka yang membutuhkan: yakni orang miskin, sakit, anak yatim, imigran, korban perdagangan manusia, dan pecandu segala jenis ketergantungan.

Seperti kita ketahui, dunia zaman sekarang sedang menghadapi tantangan berat yang menuntut solidaritas dari semua orang yang berkehendak baik. Tantangan ini mencakup ancaman terhadap lingkungan hidup, krisis ekonomi global, dan tingkat pengangguran yang tinggi, khususnya di kalangan kaum muda. Situasi seperti ini menimbulkan rasa terancam dan kehilangan harapan untuk masa depan. Kita juga tidak boleh melupakan masalah yang sedang dihadapi oleh sedemikian banyak keluarga yang terpisahkan, hidup terpisah dari orang tercinta, termasuk seringkali anak-anak kecil.

Mari kita kerja-sama untuk membangun jembatan perdamaian dan mempromosikan rekonsiliasi, terutama di daerah-daerah di mana orang Muslim dan Kristiani bersama-sama menjadi korban kekejaman perang.

Semoga persahabatan kita senantiasa menginspirasi kita untuk bekerja-sama dalam menghadapi tantangan yang begitu banyak dengan sikap bijak dan penuh perhatian. Dengan demikian kita akan memberi kontribusi untuk mengurangi ketegangan dan konflik, demi perkembangan kesejahteraan umum. Kita akan juga membuktikan bahwa agama-agama dapat menjadi sumber keharmonisan demi kebaikan seluruh masyarakat.

Mari kita berdoa agar rekonsiliasi, keadilan, perdamaian, dan kemajuan tetap menjadi prioritas utama kita, demi kesejahteraan dan kebaikan segenap keluarga umat manusia.

Dengan tulus hati, bersama dengan Paus Fransiskus, kami mengucapkan  kepada Mulsimin dan Muslimah sekalian damai sejahtera dan selamat merayakan Hari Raya yang penuh sukacita.

Dari Vatikan, 24 Juni 2014
                              ttd                                                                              ttd
Kardinal Jean-Louis Tauran
Presiden
 Pastor Miguel Ángel Ayuso Guixot, MCCJ
Sekretaris

DEWAN KEPAUSAN UNTUK DIALOG ANTAR UMAT  BERAGAMA
00120 Vatican City
 Tel: +39.06.6988 4321
Fax: +39.06.6988 4494
E-mail: dialogo@interrel.va
http://www.pcinterreligious.org/

Renungan Hari Minggu Biasa XVII - A

Renungan Hari Minggu Biasa XVII, Thn A/II
Bac I    1Raj 3: 5, 7 – 12; Bac II      Rom 8: 28 – 30;
Injil             Mat 13: 44 – 52;

Injil hari ini menyampaikan pengajaran Tuhan Yesus tentang Kerajaan Allah. Tuhan Yesus memberikan pengajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan. Ada satu hal yang menarik dari perumpamaan Kerajaan Allah, yaitu seumpama barang yang amat sangat istimewa. Tuhan Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Allah itu ibarat sesuatu yang sangat berharga sehingga orang mau dan berani menjual seluruh miliknya demi mendapatkan sesuatu itu. Orang berpikir bahwa dengan sesuatu itu orang tidak lantas menjadi miskin karena telah menjual semua miliknya. Ia akan tetap merasa bahagia. Di sini Yesus menginginkan agar para murid memiliki sikap seperti ini, mendahulukan kepentingan ilahi daripada duniawi.

Sikap yang diharapkan Tuhan Yesus dalam pengajaran-Nya itu terlihat dalam diri Raja Salomo dalam bacaan pertama. Dalam Kitab Pertama Raja-raja dikisahkan bahwa Allah menawarkan kepada Salomo apa saja yang dimintanya. Salomo tidak tertarik dengan kekayaan atau kehebatan berperang seperti ayahnya atau hal lainnya. Salomo hanya meminta rahmat kebijaksanaan. Di sini terlihat bahwa Salomo lebih mementingkan kepentingan ilahi daripada duniawi. Ia melihat bahwa kebijaksanaan merupakan harta yang amat sangat berharga, jauh melebihi kekayaan dan keperkasaan.

Dalam bacaan kedua, yang diambil dari surat Paulus kepada jemaat di Roma, Paulus coba merefleksikan pengajaran Yesus dari sudut Allah. Paulus sudah mengandaikan bahwa umat melaksanakan apa yang diminta oleh Tuhan Yesus, yaitu mendahulukan kepentingan ilahi, seperti kebaikan dan kebenaran dalam hidup. Dengan kata lain, mereka terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Karena itu, Paulus melihat bahwa Allah akan memperhatikan orang-orang seperti ini. Ia akan mendatangkan kebaikan kepada mereka; dan mereka akan dibenarkan-Nya serta dimuliakan-Nya.

Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk merefleksi tujuan hidup kita di dunia ini. Tuhan mau menyadarkan kita bahwa sebenarnya tujuan akhir kita adalah Kerajaan Allah. Melalui sabda-Nya, Tuhan ingin agar kita menganggap bahwa Kerajaan Allah ini amat sangat berharga sehingga ia menjadi prioritas utama dalam hidup kita. Tuhan menghendaki kita untuk senantiasa mendahulukan hal-hal yang berkaitan dengan Kerajaan Allah. Perlu disadari bahwa Tuhan tidak tinggal diam. Dia senantiasa memperhatikan kita dan mendukung perjuangan kita untuk mencari hal-hal yang berhubungan dengan Kerajaan Allah.

by: adrian