Rabu, 09 September 2015

Siapa Yesus Menurut Keempat Injil

YESUS KRISTUS MENURUT KEEMPAT INJIL
Gereja Katolik mengakui hanya ada empat kitab yang disebut Injil. Memang masih ada tulisan-tulisan lain yang disebut injil, tapi tidak diakui Gereja. Di antaranya adalah injil Barnabas, injil Tomas, injil Maria, dll. Selain keempat Injil yang diakui, injil yang lain itu disebut apokrif.
Pusat pemberitaan Injil adalah Yesus Kristus. Tuhan Yesus itu hanya satu. Akan tetapi, penulis Injil memiliki penggambarannya sendiri. Oleh karena itu, gambaran Yesus Kristus menurut keempat penginjil berbeda-beda, karena setiap penulis mempunyai maksud dan tujuannya.
Yesus Kristus dalam Injil Matius
Injil Matius ditujukan untuk orang Yahudi, baik yang sudah percaya kepada Kristus maupun belum. Ada beberapa tujuan Matius ketika menulis Injilnya ini. di antaranya adalah:
1.    Memberikan kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus
2.    Meyakinkan pembaca bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi Perjanjian Lama (PL).
3.    Menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan dalam dan melalui Yesus Kristus.
Karena itu, Injil Matius melihat Yesus sebagai Raja Mesias. Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1: 22 – 23), tempat lahir (Mat 2: 5 – 6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2: 15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2: 23); Ia juga diperkenalkan sebagai Pribadi yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3: 1 – 3), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8: 17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12: 17 – 21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13: 34 – 35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21: 4 – 5) dan penangkapan-Nya (Mat 26: 25).
Yesus Kristus dalam Injil Markus

Orang Kudus 9 September: St. Frederikus Ozanam

BEATO FREDERIKUS OZANAM, PENGAKU IMAN
Antonius Frederikus Ozanam lahir pada 23 April 1813 di Milan, Italia. Ia adalah putra dari Jean Ozanam, seorang pedagang dan Marie Ozanam. Ketika berusia 16 tahun, Frederikus mengalami keraguan terhadap imannya, tetapi ia kembali meyakini imannya melalui bibingan Abbe Nairot, seorang guru.
Frederikus mengikuti kehendak ayahnya dengan belajar hukum di Universitas Paris. Ia juga mengejar keinginannya dengan belajar sastra. Frederikus mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan tempat barunya, sampai ia tinggal bersama keluarga Andre Marie Ampere.
Pada tahun 1831 Frederikus mempublikasikan karyanya yang pertama dengan judul, “Reflexions sur la doctrine de Saint-Simon”. Bersama sahabat-sahabatnya, Frederikus mendirikan Konfrensi Kasih yang kemudian dikenal dengan Serikat Santo Vinsensius a Paulo, yang bertujuan membantu orang-orang miskin pada tahun 1833. Tahun 1834 Frederikus menyelesaikan pendidikan hukumnya dan pada tahun 1840 ia menyelesaikan tesisnya mengenai Dante.
Frederikus berkarya baik dengan menulis maupun mengajar. Pada tahun 1840 Frederikus memperoleh jabatan asisten professor di Universitas Sarbonne. Frederikus kemudian memutuskan untuk menikah dengan Amelie Soulacroix. Dari pernikahannya mereka dikaruniai seorang putrid, Marie. Pada tahun 1844 Frederikus memperoleh jabatan professor, setelah pendahulunya meninggal dunia.
Ketika kesehatannya menurun, Frederikus bersama keluarganya memilih berlibur di Italia. Ketika terjadi Revolusi Perancis pada tahun 1848 Frederikus membantu selalui Serikat St. Vinsensius a Paulo, yang telah berkembang pesat di Perancis, dan juga melalui tulisan-tulisannya dalam Jurnal Katolik yang ia namakan Ere nouvelle.
Kesehatan Frederikus kembali memburuk, bahkan dokternya memintanya untuk beristirahat total. Tetapi Frederikus memilih untuk terus berkarya. Frederikus Ozanam meninggal dunia pada 8 September 1853 di Marseilles, Perancis. Pada 22 Agustus 1997 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Rabu Biasa XXIII - Thn I

Renungan Hari Rabu Biasa XXIII, Thn B/I
Bac I  Kol 3: 1 – 11; Injil           Luk 6: 20 – 26;

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus menyampaikan dua jenis sabda, yaitu sabda bahagia (ay. 20 – 23) dan sabda celaka (ay. 24 – 26). Tuhan Yesus menyebut mereka yang bahagia, yaitu orang miskin, lapar dan hina, sedangkan calaka adalah orang kaya, kenyang dan hebat. Di sini terlihat jelas kalau sabda bahagia langsung dipertentangkan dengan sabda celaka: miskin dan kaya, lapar dan kenyang, dihina dan dipuji. Pertentangan ini ibarat pertentangan antara langit dan bumi. Orang yang disebut bahagia itu karena hati dan hidupnya tertuju ke surga (langit); mereka bergantung kepada Allah. Sementara mereka yang celaka disebabkan karena mereka keterikatan pada bumi. Mereka lebih mengandalkan kekuatan diri dan dunia.
Pertentangan antara langit (surga) dan bumi ini juga yang menjadi penegasan ajaran Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Kolese. Dalam bacaan pertama hari ini, Paulus menasehati umat supaya memikirkan “perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” (ay. 2). Paulus merincikan hal-hal duniawi itu, seperti percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat, keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala (ay. 5), serta marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor juga dusta (ay. 8, 9). Sebagai manusia baru, kita hendaknya meninggalkan perbuatan duniawi itu “yang mendatangkan murka Allah (ay. 6).
Sabda Tuhan hari ini menampilkan kehendak Tuhan atas diri kita. Tuhan menghendaki supaya kita mau dan berani terlepas dari ikatan dengan dunia. Dunia di sini merupakan gambaran yang negatif, seperti yang digambarkan Paulus dalam bacaan pertama (ay. 5, 8, 9). Melalui sabda-Nya, Tuhan menginginkan agar dalam kehidupan ini kita meninggalkan perbuatan-perbuatan jahat, baik kepada Tuhan, diri sendiri atau juga sesama. Kita diajak untuk mewartakan kebenaran dan kebajikan.***
by: adrian