Jumat, 07 Maret 2014

Alergi pada Salib

Abdul adalah komentator balapan motor. Beberapa kali ia hadir dalam acara balapan MotoGP, sebagai komentator. Orangnya sangat sangat fanatik. Ia amat tidak suka dengan agama kristen. Baginya, orang kristen itu kafir. Ia alergi dengan atribut-atribut kekristenan. Salah satunya adalah salib. Karena itu, dulu ia pernah menggagas untuk menggantikan lambang Palang Merah Indonesia dengan Bulan Sabit Bintang. Alasannya, ia melihat lambang itu (+) adalah salib, salah satu simbol kekristenan.

Suatu hari, di sebuah pertandingan balapan MotoGP.

Abdul  : Yah, tinggal lap terakhir. Terjadi aksi kejar-kejaran antara Lorenzo dan Marc Marques. Jarak mereka tidaklah terlalu jauh. Sementara lainnya tertinggal jauh. Dapatkah Marc Marques menyusul Lorenzo untuk mempecundangi seniornya? Kita lihat saja pemirsa.

Yah, tinggal beberapa meter lagi garis finis. Terlihat Marc Marques menambah laju tunggangannya, sementara Lorenzo tak mau kalah dengan yuniornya. Ya, ya, yaaaaa......... Luar biasa! Sungguh menegangkan. Akhirnya Marc Marques berhasil membulansabit-bintang[*] Lorenzo.
Jakarta, 18 Februari 2014
by: adrian
Baca juga humor lainnya:

[*] Membulansabit-bintang = menyalib

Medan Pastoral Tg Balai: Situasi Guntung













Renungan Hari Jumat stlh Rabu Abu - A

Renungan Hari Jumat setelah Rabu Abu Thn A/I
Bac I : Yes 58: 1 – 9a; Injil       : Mat 9: 14 – 15

Sabda Tuhan hari ini mau berbicara tentang bagaimana seharusnya umat berpuasa. Dalam bacaan pertama, Nabi Yesaya menyampaikan pesan dari Allah bahwa puasa itu bukan cuma sekedar tidak makan dan tidak minum. Bagi Yesaya, puasa merupakan perwujudan dari pertobatan. Oleh karena itu, yang dikehendaki Allah adalah tobat atau berubah dari perilaku yang tidak baik dan tidak benar, baik terhadap Tuhan maupun sesama.

Hal senada juga disuarakan Yesus dalam Injil. Matius menyampaikan pengajaran Yesus bahwa berpuasa itu bukan hanya sekedar mengikuti aturan atau rutinitas belaka. Puasa yang dikehendaki Yesus adalah puasa yang harus lahir dari kesadaran diri. Bukan jadwal puasa itu tidak penting. Bukan pula aturan puasa itu tidak perlu. Semuanya tetap dibutuhkan dan penting. Namun yang terpenting adalah bahwa puasa itu bukan karena jadwal atau aturan, melainkan kesadaran diri.

Saat ini kita berada pada masa prapaskah. Sabda Tuhan hari ini mau mengajak kita untuk menjalankan ibadah puasa kita seperti yang dikehendaki Tuhan. Hendaklah puasa kita itu lahir dari kesadaran diri kita dan puasa itu harus tampak dalam bentuk pertobatan. Dengan kata lain, Tuhan menghendaki agar puasa kita bermuara pada pertobatan. Bertobat berarti berubah; dan perubahan itu selalu terarah kepada yang baik. Jadi, kita diajak untuk mengubah kemanusiaan lama kita (kebiasaan, sikap, perilaku, tutur kata, dll) sehingga menjadi baru.

by: adrian