Rabu, 21 Mei 2014

Kondisi yang Mendukung Kebahagiaan Anak

BEBERAPA KONDISI PENTING YANG MENDUKUNG KEBAHAGIAAN DALAM MASA AWAL KANAK-KANAK
     1.      Kesehatan yang baik yang memungkinkan anak menikmati apa pun yang ia lakukan dan berhasil dalam melakukannya

      2.      Lingkungan yang merangsang di mana anak memperoleh kesempatan untuk menggunakan kemampuannya semaksimal mungkin

        3.      Perilakunya yang kekanak-kanakan dan mengganggu diterima oleh orang tua dan bimbingan orang tua dalam belajar berperilaku secara sosial

       4.      Kebijaksanaan dalam menegakkan disiplin yang terencana dan dilaksanakan secara konsisten. Dengan demikian anak mengerti apa yang diharapkan daripadanya dan mencegah anak merasa bahwa ia dihukum secara tidak adil

      5.      Mengembangkan ekspresi-ekspresi kasih sayang yang wajar, seperti menunjukkan rasa bangga terhadap prestasi anak dan meluangkan waktu bersama anak, melakukan hal-hal yang ingin dilakukan

        6.      Harapan-harapan yang realistis, sesuai dengan kemampuan anak sehingga anak memperoleh kesempatan yang wajar untuk meraih sukses dan dengan demikian mendorong konsep diri yang baik

        7.      Mendorong kreativitas dalam bermain dan menghindari cemooh atau kritik yang tidak perlu yang dapat mengurangi semangat anak untuk mencoba kreatif

    8.      Diterima oleh saudara-saudara kandung dan teman bermain sehingga anak dapat mengembangkan sikap yang baik terhadap pelbagai kegiatan sosial. Ini dapat didorong oleh bimbingan dalam hal bagaimana menyesuaikan dengan orang lain dan oleh adanya panutan yang baik di rumah untuk ditiru

     9.      Suasana gembira dan bahagia di rumah sehingga anak akan belajar berusaha untuk mempertahankan suasana itu

       10. Prestasi dalam kegiatan yang penting bagi anak dan dihargai oleh kelompok dengan siapa anak mengidentifikasikan diri

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 140

Orang Kudus 21 Mei: St. Krispinus Viterbo

BEATO KRISPINUS VITERBO, PENGAKU IMAN
Krispinus-nama biara dari Petrus Fioretti-lahir di Viterbo, Italia pada tanggal 13 November 1668. Semenjak kecil, ibunya yang saleh itu telah mendidiknya dalam iman Katolik yang benar. Ia dengan setia dan tekun meneladani ibunya yang menaruh devosi khusus kepada Bunda Maria. Devosi ini terus dilakukannya hingga akhir hayatnya dan benar-benar mewarnai seluruh hidupnya.


Pendidikan formal ditempuhnya di sebuah Sekolah Rakyat yang dikelola oleh imam-imam Yesuit di Viterbo. Ketika menanjak remaja, ia bekerja pada pamannya, seorang pengusaha sepatu. Oleh pamannya ia dilatih untuk terampil membuat sepatu sekaligus menjualnya. Devosi kepada Bunda Maria senantiasa dilakukannya di sela-sela kesibukannya setiap hari. Kecuali itu, dalam kehidupan biasa di tengah masyarakat, ia dikenal sebagai seorang anak yang berkepribadian menarik. Sikap hidupnya yang baik dan terpuji ini sangat menarik perhatian para biarawan Fransiskan dari Ordo Kapusin di tempat kelahirannya. Para biarawan itu membujuknya agar mau mengikuti jejak mereka sebagai anggota Ordo Kapusin. Karena merasa tertarik dengan cara hidup para biarawan Kapusin itu, maka ia segera menyambut baik ajakan itu dan masuk biara Kapusin pada usia 25 tahun. Ia memilih nama Krispinus sebagai namanya yang baru.

Di rumah novisiat Paranzana, pemimpin novisiatnya sangat senang padanya karena sifat yang baik dan perilakunya yang sungguh-sungguh untuk hidup sebagai biarawan Kapusin. Sebaliknya Provinsial Ordo Kapusin sangat menentang penerimaan Krispinus di biara itu. Karena itu, Krispinus dicobai dengan berbagai tugas berat. Kecuali itu, ia diharuskan menyebut dirinya sebagai ‘Keledai Kapusin’, dan menganggap dirinya sebagai anggota biara yang ‘tidak layak dipandang’ lebih daripada seekor kuda beban. Di biara Viterbo, ia bekerja sebagai tukang kebun dan di Tolfa sebagai juru masak. Perlakuan-perlakuan terhadap dirinya memang tampak aneh tetapi semuanya diterimanya dengan tabah dan dipersembahkan kepada Bunda Maria dalam doa-doanya. Dalam perjalanan waktu selanjutnya, semua perlakuan orang terhadap dirinya berubah drastis, ketika ia secara ajaib berhasil menyembuhkan begitu banyak orang yang terserang penyakit menular di kota itu.


Kemampuannya menyembuhkan orang-orang sakit ini secara ajaib ini tidak hanya terjadi di Viterbo, tetapi juga di Roma, Albano dan Bracciano ketika ia tinggal di sana untuk beberapa tahun. Ketika ditugaskan di Orvieto, ia dibebani tugas mencari derma demi kepentingan biaranya. Tugas ini dilaksanakannya dengan sangat berhasil. Cara hidupnya di Orvieto membuat umat di sana sangat mencintainya. Cinta umat Orvieto ini terbukti tatkala Krispinus hendak dipindahkan oleh pemimpin biaranya ke tempat lain. Umat Orvieto, terutama ibu-ibu rumah tangga segera mengajukan protes keras kepada pemimpin ordo Kapusin dan dengan tegas menolak kehadiran pengganti Krispinus. Mengingat bahwa Ordonya sangat tergantung pada kemurahan hati umat, maka pemimpin Ordo terpaksa menempatkan kembali Krispinus di Orvieto.

Masa-masa terakhir hidupnya dihabiskan di Roma. Di sana ia dikenal luas oleh umat karena ramalan-ramalannya, mukjizat penggandaan roti yang dilakukannya dan kebijaksanaan hidupnya. Ia meninggal dengan tenang pada tanggal 19 Mei 1750 dalam usia 82 tahun. Pada tahun 1806 ia dinyatakan secara resmi sebagai ‘Beato’. Relikiunya tersimpan abadi di bawah altar Gereja Santa Maria Tak Bernoda di Roma. Hingga sekarang, orang-orang Roma memberi penghormatan dan kebaktian khusus kepada Beato Krispinus dari Viterbo.

Renungan Hari Rabu Paskah V - A

Renungan Hari Rabu Paskah V, Thn A/II
Bac I   : Kis 15: 1 – 6; Injil : Yoh 15: 1 – 8;

Bacaan pertama menampilkan kisah pertentangan antara Paulus dan Barnabas di satu sisi dengan jemaat Yudea yang datang ke Antiokia. Pokok persoalannya adalah pengajaran jemaat Yudea bahwa orang-orang yang mau bergabung ke dalam jemaat Kristus harus disunat menurut kebiasaan yang diwariskan Musa. Dari sinilah datang keselamatan. Hal ini dibantah dengan keras oleh Paulus dan Barnabas. Pertentangan ini tidak menimbulkan perpecahan, karena para penatua mengambil keputusan untuk membawa masalah tersebut kepada para rasul di Yerusalem.

Dalam Injil Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai pohon anggur dan para murid adalah ranting-rantingnya. Ranting itu menempel dengan pohon dan menerima makanan dari induk pohon. Dari situlah ranting bisa hidup. Namun Yesus tidak menghendaki supaya ranting itu sekedar hidup, melainkan juga menghasilkan buah. Justru di saat menghasil buah itulah, jemaat dilihat sebagai murid Yesus (ay. 8).

Dua pertentangan diperlihatkan dalam sabda Tuhan hari ini. Di satu sisi ada orang yang melihat bahwa menjadi murid Yesus itu harus mengikuti kebiasaan lama, yang salah satunya adalah sunat. Sementara Yesus dengan tegas mengatakan bahwa menjadi murid-Nya harus ditunjukkan dengan menghasilkan buah-buah kebaikan dan kebenaran dalam kehidupan yang berguna bagi orang lain. Di sini terlihat bahwa Tuhan menghendaki agar kita jangan selalu terikat dengan kebiasaan lama; apalagi bila ada hal yang baru yang jauh lebih baik dari yang lama. Paus Fransiskus adalah sosok manusia yang tidak mau terikat dengan kebiasaan (silahkan baca di sini). Karena itu, dia selalu melakukan pembaharuan. Hendaknya kita juga demikian. Teristimewa, sebagai murid Yesus, kita harus selalu menghasilkan buah-buah kehidupan.

by: adrian