Minggu, 17 Februari 2013

(Sharing Iman) Pertama Kali Kenal Katolik

BAGAIMANA PERTAMA KALI KENAL KATOLIK 
(Kesaksian seorang Remaja)
Salam Damai,
Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan berbicara via chat fb dengan seorang remaja yang saat ini belum menjadi Kristen Katolik (dia masih seorang Kristen Protestan), namun sangat berkeinginan sekali menjadi Kristen Katolik. Tahun ini dia akan berusia 15 tahun. Karena sesuatu hal dia belum bisa menjadi Katolik saat ini. Mari kita doakan supaya dia tetap teguh dalam imannya.
Pada suatu titik pembicaraan, saya bertanya tentang bagaimana awalnya ia bisa mengenal Katolik. Saya meminta dia membuat kesaksiannya dan meminta izin agar kesaksiannya boleh dipublikasikan di page Gereja Katolik ini. Dia pun kemudian menuliskan pengalaman hidupnya mengenal Katolik dan dia kirim via message fb ke saya. Dalam note ini, saya sekalian menambahkan artikel tentang Santa Perawan Maria dari Guadalupe. Mari kita membaca kisahnya ini:
=========================
Beberapa hari yang lalu, aku pertama kali mengenal Katolik lewat internet. Anehnya, aku mencari di Google tentang "mukjizat Maria". Lalu di pencariannya aku mendapatkan situs yesaya.indocell.net. Awalnya, yang kubaca itu tentang penampakan Maria di Naju, Korea (Info, Penampakan ini telah ditolak Gereja Katolik). Lalu, aku mulai membuka artikel yang lain. Terutama kisah para kudus, yang kebanyakan menjadi inspirasi hidupku. Kemudian, aku membaca semua kisah penampakan tentang bunda Maria. Dan, yang paling membuatku berkesan adalah kisah penampakan Bunda Maria kepada St. Juan Diego di Guadalupe.
Pada hari Minggu, aku pergi ke gereja Protestan seperti biasanya. Sehabis pulang dari gereja, aku pergi ke toko rohani Protestan di gereja. Betapa terkejutnya aku! Aku menemukan lukisan Bunda Maria dari Guadalupe di toko tersebut (padahal toko itu dikelola oleh gereja Protestan) Aku langsung membeli lukisan tersebut. Memajangnya di kamarku. Anehnya, aku semakin menyukai gambarnya dan berdoa kepada Bunda Maria di depan lukisan tersebut. Itulah, pertama kalinya aku berdevosi kepada St. Perawan Maria.
Di situs Katolik tersebut, aku juga mempelajari tentang "mengunjungi gereja Katolik". Akhirnya, aku belajar sendiri bagaimana caranya masuk ke dalam gereja Katolik. Hari Minggu selanjutnya aku pergi ke gereja Katolik untuk pertama kalinya 2 Mei 2010. Awalnya aku bingung, takut salah tata cara masuk ke dalam gereja. Walaupun misa hampir mulai, aku tetap menunggu di parkiran menunggu di parkiran. Lalu, datang sepasang suami istri yang juga hendak masuk ke gereja. Suaminya memarkirkan sepeda motornya di parkiran, sedangkan istrinya masuk ke dalam gereja. Akupun mengikuti istrinya masuk ke dalam gereja. Pertama, kulihat dia mengambil air lalu membuat tanda salib. Kuikuti juga. Lalu dia berlutut menghormati Tabernakel, kuikuti juga. Lalu, aku duduk di kursi didekatnya.
Awalnya, aku canggung dengan misa, takut salah gerakan dan doanya. Jadi, aku lebih banyak diam. Saat Komuni, aku bingung antara mau maju atau enggak. Lalu, aku bertanya kepada perempuan di dekatku, "Yang mengambil Komuni itu, cuma orang Katolik kan?"
Perempuan itu menjawab, "Iya, kamu sudah Komuni belum?"
Kujawab dia, "Belum."
Anehnya, ketika aku mengatakan hal tersebut batinku berkata, "Kalau begitu, kamu belum bisa maju."
Lalu, perempuan tersebut maju untuk Komuni. Sementara aku cuma duduk diam saja di kursi. Setelah pulang dari gereja, aku merasa senang ikut misa. Aku merasa lebih damai. Kemudian aku memantapkan hatiku untuk menjadi seorang Katolik. Aku memberanikan diri menemui imam untuk menyatakan keinginanku menjadi Katolik. Saat aku bertemu dengan imam akupun bertanya apakah aku harus dibaptis lagi untuk jadi seorang Katolik? Imam itupun bertanya tentang asal gereja Protestanku darimana, lalu kujawab saja. Setelah itu, dia mengatakan tak perlu lagi dibaptis. Cukup ikut katekumen saja. Saat Jumat Pertama, aku ikut misa dan membawa barang-barang rohani di rumahku (Salib dan lukisan Bunda Maria dari Guadalupe) untuk diberkati oleh imam. Sehabis pulang dari gereja akupun bertanya dengan imam untuk membeli Rosario. Dan setelah membeli Rosario, Imampun memberkati Rosario yang kubeli itu.
Sepulangnya dari rumah aku mulai berdoa Rosario untuk pertama kalinya sekaligus menghafal doa-doanya. Sejak saat itu, aku mulai jatuh cinta dengan doa Rosario dan Salam Maria.

Pax et Bonum
Baca juga sharing lainnya:

(Pencerahan) Yesus Dicoba

PENCOBAAN YESUS[1]

Setelah menyepi dan bermeditasi selama empat puluh hari empat pulah malam, maka Yesus dibawa oleh Roh untuk dicobai iblis. Oleh iblis Yesus diajak menuju remang-remang kota metropolitan. Yesus menyaksikan banyak VCD porno bebas dijual dan bertebaran di kios-kios PKL. Namun Yesus tidak bergeming. Iblis mengajak-Nya ke tempat hiburan. Mereka langsung disambut mesra oleh tiga cewek seksi dengan pakaian yang menggiurkan. Berkatalah iblis kepada-Nya, “Bukankah Engkau sudah lama menyepi di tempat yang sepi, jauh dari hiburan. Sekaranglah saatnya untuk menikmati hiburan ini. Itu ada cewek cantik. Ambil dan nikmatilah. Sebab ada tertulis: baiklah setiap laki-laki memiliki wanitanya sendiri dan setiap perempuan mempunyai prianya sendiri, dan keduanya telanjang, tapi tidak merasa malu”[2] Tetapi Yesus menjawab, “Manusia harus menjadi tuan atas nafsu, bukan menjadi budak nafsu. Allah yang kudus telah memanggilmu. Maka, hendaknya kamu menjadi kudus. Sebab ada tertulis: hendaknya kamu kudus, sebab Aku ini kudus”[3] Dan Yesus berkata lagi, “Tidak tahukah kamu kalau tubuh bukan untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh. Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuh adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu?[4]

Kemudian iblis membawa-Nya ke mall, pusat perbelanjaan paling lengkap dan termegah di muka bumi. Di sana ada banyak barang-barang super lux dan mewah yang sungguh menarik dan menggoda untuk dimiliki. Iblis berkata, “Bukankah Engkau Tuhan dan Raja. Ambillah dan milikilah barang-barang mewah dan menarik itu tanpa kesulitan. Sebab tentang Engkau ada tertulis: lihat, Rajamu datang kepadamu. Maka orang banyak akan menghamparkan pakaiannya di jalan dan memberi-Mu barang-barang yang Kau sukai sebagai upeti.”[5] Yesus berkata kepadanya, “Ada pula tertulis: penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ciptaan.[6] Manusia dicipta bukan untuk dikuasai, melainkan untuk menguasai ciptaan.”

Dan iblis membawa-Nya pula ke Bank Dunia, dan memperlihatkan kepada-Nya semua jenis mata uang di muka bumi. Ia berkata kepada Yesus, “Saat ini uang adalah maha dewa. Siapa yang memegang uang, dialah yang punya kuasa, mengendalikan semua aspek kehidupan manusia. Nah, semua ini akan kuberikan kepada-Mu jika Engkau sujud menyembah aku.” Maka berkatalah Yesus kepadanya, “Enyahlah, iblis! Sebab ada tertulis: engkau harus menyembah Tuhan Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”[7]

Lalu iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, para malaikat datang melayani Yesus.

by: adrian
Baca juga refleksi lainnya:


[1] Teks ini adalah modifikasi teks Mat 4: 1 – 11 dgn penyesuaian situasi masa kini oleh Adrianus
[2] Bagian miring adalah modifikasi dari penggabungan 1 Kor 7: 2 dan Kej 2: 25
[3] Bagian miring lihat 1 Ptr 1: 15 – 16
[4] Kutipan miring diambil dari 1 Kor 6: 13b, 19
[5] Kutipan miring ini merupakan modifikasi dari teks Mat 21: 5, 8
[6] Lihat Kej 1: 28c
[7] Lihat Mat 4: 10

Dokumen Konsili Vatikan II: Lumen Gentium (7)

Sambungan sebelumnya....
KONSTITUSI DOGMATIS TENTANG GEREJA

21. (Sakramen imamat)
Jadi dalam diri para Uskup, yang dibantu oleh para imam, hadirlah di tengah umat beriman Tuhan Yesus kristus, Imam Agung tertinggi. Sebab meskipun Ia duduk di sisi kanan Allah Bapa, Ia tidak terpisahklan dari himpunan para imam agung-Nya.[53] Melainkan terutama melalui pengabdian mereka yang mulia Ia mewartakan sabda Allah kepada semua bangsa, dan tiada hentinya Ia menerima sakramen-sakramen iman kepada umat beriman. Melalui tugas kebapaan mereka (lih. 1Kor 4:15) Yesus menyaturagakan anggota-anggota baru ke dalam tubuh-Nya karena kelahiran kembali dari atas. Akhirnya melalui kebijaksanaan dan kearifan mereka ia membimbing dan mengarahkan Umat Perjanjian baru dalam perjalanannya menuju kebahagiaan kekal. Para gembala yang dipilih untuk menggembalakan kawanan Tuhan itu pelayan-pelayan Kristus dan pembagi rahasia-rahasia Allah (lih. 1Kor 4:1). Kepada mereka dipercayakan kesaksian akan Injil tentang rahmat Allah (lih. Rom 15:16; Kis 20:24) serta pelayanan Roh dan kebenaran dalam kemuliaan (lih. 2Kor 3:8-9).

Untuk menunaikan tugas-tugas yang semulia itu para rasul diperkaya dengan pencurahan istimewa Roh Kudus, yang turun dari Kristus atas diri mereka (lih. Kis 1:8; 2:4; Yoh 20:22-23). Dengan penumpangan tangan mereka sendiri meneruskan kurnia rohani itu kepada para pembantu mereka (lih. 1Tim 4:14; 2Tim 1:6-7). Kurnia itu sampai sekarang disampaikan melalui tahbisan uskup.[54] Adapun Konsili suci mengajarkan bahwa dengan tahbisan Uskup diterimakan kepenuhan sakramen Imamat, yakni yang dalam kebiasaan liturgi Gereja maupun melalui suara para Bapa suci disebut imamat tertinggi, keseluruhan pelayan suci.[55] Adapun dengan tahbisan (konsekrasi) Uskup diberikan tugas menyucikan, selain itu juga tugas mengajar dan membimbing. Namun menurut hakekatnya tugas-tugas itu hanya dapat dilaksanakan dalam persekutuan hirarkis dengan Kepala serta para anggota Dewan. Sebab menurut tradisi, yang dinyatakan terutama dalam upacara-upacara liturgis dan kebiasaan Gereja Timur maupun barat, cukup jelaslah, bahwa dengan penumpangan tangan dan kata-kata tahbisan diberikan rahmat Roh Kudus[56] serta meterai suci[57] sedemikian rupa, sehingga para Uskup secara mulia dqan kelihatan mengemban peran Kristus sebagai Guru, Gembala, dan Imam Agung, dan bertindak atas nama-Nya.[58] Adalah wewenang para Uskup untuk dengan sakramen tahbisan mengangkat para terpilih baru ke dalam Dewan para Uskup.

22. (Kolegialitas Dewan para Uskup)
Seperti Santo Petrus dan para Rasul lainnya atas penetapan Tuhan merupakan satu Dewan para Rasul, begitu pula Imam Agung di Roma, pengganti Petrus, bersama para Rasul, merupakan himpunan yang serupa. Adanya kebiasaan amat kuno, bahwa para Uskup di seluruh dunia berhubungan satu dengan lainnya serta dengan Uskup di Roma dalam ikatan kesatuan, cinta kasih dan damai,[59] begitu pula adanya Konsili-konsili yang dihimpun[60] untuk mengambil keputusan-keputusan bersama yang amat penting,[61] sesudah ketetapan dipertimbangkan dalam musyawarah banyak orang,[62] semua itu memperlihatkan sifat dan hakekat kolegial pangkat Uskup. Sifat itu dengan jelas sekali terbukti dari Konsili-konsili Ekumenis, yang diselenggarakan disepanjang abad-abad yang lampau. Sifat itu tercermin pula pada kebiasaan yang berlaku sejak zaman kuno, yakni mengundang Uskup-Uskup untuk ikut berperan dalam mengangkat orang terpilih baru bagi pelayanan imamat agung. Seseorang menjadi anggota Dewan para Uskup dengan menerima tahbisan sakramental dan berdasarkan persekutuan hirarkis dengan Kepala maupun para anggota Dewan.

Adapun Dewan atau Badan para Uskup hanyalah berwibawa bila bersatu dengan Imam Agung di Roma, pengganti Petrus, sebagai Kepalanya, dan selama kekuasaan Primatnya terhadap semua, baik para Gembala maupun para beriman, tetap berlaku seutuhnya. Sebab Imam Agung di Roma berdasarkan tugasnya, yakni sebagai Wakil Kristus dan Gembala Gereja semesta, mempunyai kuasa penuh, tertinggi dan universal terhadap Gereja; dan kuasa itu selalu dapat dijalankannya dengan bebas. Sedangkan Badan para Uskup, yang menggantikan Dewan para Rasul dan tugas mengajar dan bimbingan pastoral, bahkan yang melestarikan Badan para Rasul, bersama dengan Imam Agung di Roma selaku Kepalanya, dan tidak pernah tanpa Kepala itu, merupakan subjek kuasa tertinggi dan penuh juga terhadap Gereja[63]; tetapi kuasa itu hanyalah dapat dijalankan dengan persetujuan Imam Agung di Roma. Hanya Simonlah yang oleh Tuhan ditempatkan sebagai batu karang dan juru kunci Gereja (lih. Mat 16:18-19), dan diangkat menjadi Gembala seluruh kawanan-Nya (lih. Yoh 21:15 dsl.). Tetapi tugas mengikat dan melepaskan, yang diserahkan kepada Petrus (lih. Mat 16:19), ternyata diberikan juga kepada Dewan para Rasul dalam persekutuan dengan Kepalanya (lih. Mat 18:18; 28:16-20).[64] Sejauh terdiri dari banyak orang, Dewan itu mengungkapkan kemacam-ragaman dan sifat universal Umat Allah; tetapi sejauh terhimpun di bawah satu kepala, mengungkapkan kesatuan kawanan Kristus. Dalam Dewan itu para Uskup, sementara mengakui dengan setia kedudukan utama dan tertinggi Kepalanya, melaksanakan kuasanya sendiri demi kesejahteraan umat beriman mereka, bahkan demi kesejahteraan Gereja semesta; dan Roh Kudus tiada hentinya meneguhkan tata-susunan organis serta kerukunannya. Kuasa tertinggi terhadap Gereja seluruhnya, yang ada pada dewan itu, secara meriah dijalankan dalam Konsili Ekumenis. Tidak pernah ada Konsili Ekumenis, yang tidak disahkan atau sekurang-kurangnya diterima baik oleh pengganti Petrus. Adalah hak khusus Imam Agung di Roma untuk mengundang Konsili itu dan memimpin serta mengesahkannya.[65] Kuasa kolegial itu dapat juga dijalankan oleh para Uskup bersama Paus kalau mereka tersebar di seluruh dunia, asal saja Kepala Dewan mengundang mereka untuk melaksanakan tindakan kolegial, atau setidak-tidaknya menyetujui atau dengan bebas menerima kegiatan bersama para Uskup yang terpencar, sehingga sungguh-sungguh terjadi tindakan kolegial.

23. (Uskup setempat dan Gereja universal)
Persatuan kolegial nampak juga dalam hubungan timbal-balik antara masing-masing Uskup dan Gereja-Gereja khusus serta Gereja semesta. Imam Agung di Roma, sebagai pengganti Petrus, menjadi azas dan dasar yang kekal dan kelihatan bagi kesatuan para Uskup maupun segenap kaum beriman.[66] Sedangkan masing-masing Uskup menjadi azas dan dasar kelihatan bagi kesatuan dalam Gereja khususnya,[67] yang terbentuk menurut citra Gereja semesta. Gereja katolik yang satu dan tunggal berada dalam Gereja-Gereja khusus dan terhimpun daripadanya.[68] Maka dari itu masing-masing Uskup mewakili Gerejanya sendiri, sedangkan semua Uskup bersama Paus mewakili seluruh Gereja dalam ikatan damai, cinta kasih dan kesatuan.

Masing-masing Uskup, yang mengetuai Gereja khusus, menjalankan kepemimpinan pastoralnya terhadap bagian Umat Allah yang dipercayakan kepadanya, bukan terhadap Gereja-Gereja lain atau Gereja semesta. Tetapi sebagai anggota Dewan para Uskup dan pengganti para Rasul yang sah mereka masing-masing – atas penetapan dan perintah Kristus – wajib menaruh perhatian terhadap seluruh Gereja.[69] Meskipun perhatian itu tidak diwujudkan melalui tindakan menurut wewenang hukumnya, namun sangat bermanfaat bagi seluruh Gereja. Sebab semua Uskup wajib memajukan dan melindungi kesatuan iman dan tata tertib yang berlaku umum bagi segenap Gereja, mendidik umat beriman untuk mencintai seluruh Tubuh Kristus yang mistik, terutama para anggotanya yang miskin serta bersedih hati, dan mereka yang menanggung penganiayaan demi kebenaran (lih. Mat 5:10); akhirnya memajukan segala kegiatan, yang umum bagi seluruh Gereja, terutama agar supaya iman berkembang dan cahaya kebenaran yang penuh terbit bagi semua orang. Memang sudah pastilah bahwa, bila mereka membimbing dengan baik Gereja mereka sendiri sebagai bagian Gereja semesta, mereka memberi sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan seluruh Tubuh mistik, yang merupakan badan Gereja-Gereja itu.[70]

Penyelenggaraan pewartaan Injil di seluruh dunia merupakan kewajiban badan para Gembala, yang kesemuanya bersama-sama menerima perintah Kristus dan dengan demikian juga mendapat tugas bersama, seperti telah ditegaskan oleh Paus Coelestinus kepada para bapa Konsili di Efesus.[71] Maka masing-masing Uskup, sejauh pelaksanaan tugas mereka sendiri mengizinkannya, wajib ikut serta dalam kerja sama antara mereka sendiri dan dengan pengganti Petrus, yang secara istimewa diserahi tugas menyiarkan iman kristiani[72]. Maka untuk daerah-daerah misi mereka wajib sedapat mungkin menyediakan pekerja-pekerja panenan, maupun bantuan-bantuan rohani dan jasmani, bukan hanya langsung dari mereka sendiri, melainkan juga dengan membangkitkan semangat kerjasama yang berkobar diantara umat beriman. Akhirnya hendaklah para Uskup, dalam persekutuan semesta cinta kasih, dengan sukarela memberi bantuan persaudaraan kepada Gereja-Gereja lain, terutama yang lebih dekat dan miskin, menurut teladan mulia Gereja kuno.

Berkat penyelenggaraan ilahi terjadilah, bahwa pelbagai Gereja, yang didirikan di pelbagai tempat oleh para Rasul serta para pengganti mereka, sesudah waktu tertentu bergabung menjadi berbagai kelompok yang tersusun secara organis. Dengan tetap mempertahankan kesatuan iman serta susunan satu-satunya yang berasal dari Allah bagi seluruh Gereja, kelompok-kelompok itu mempunyai tatatertib mereka sendiri, tata-cara liturgi mereka sendiri, dan warisan teologis serta rohani mereka sendiri.[73] Di antaranya ada beberapa, khususnya Gereja-Gereja patriarkal kuno, yang ibarat ibu dalam iman, melahirkan Gereja-Gereja lain sebagai anak-anaknya. Gereja-Gereja kuno itu sampai sekarang tetap berhubungan dengan Gereja-gereja cabang mereka karena ikatan cinta kasih yang lebih erat dalam hidup sakramental dan dengan saling menghormati hak-hak serta kewajiban mereka.[74] Keanekaragaman Gereja-Gereja setempat yang menuju kesatuan itu dengan cemerlang memperlihatkan sifat katolik Gereja yang tak terbagi. Begitu pula konferensi-konferensi Uskup sekarang ini dapat memberi sumbangan bermacam-macam yang berfaedah, supaya semangat kolegial mencapai penerapannya yang kongkret.


[53] Lih. S. LEO AGUNG, Kotbah 5,3: PL 54,154.
[54] KONSILI TRENTE, Sidang 23, bab 3, mengutip 2Tim 1:6-7, untuk membuktikan, bahwa tahbisan itu sakramen yang sesungguhnya: DENZ. 959 (1766).
[55] Menurut tradisi para Rasul, 3: terb. BOTTE, Sources chrtiennes, hlm. 27-30, kepada Uskup diserahkan primat
imamat. Lih. Buku upacara Leonian tentang Sakramen-Sakramen; terb. C. MOHLBERG, Sacramentarium
Veronense, Roma 1955, hlm. 119: “Kepada pelayanan imamat yang tertinggi … Laksanakanlah dalam diri para
imammu keutuhan rahasia-Mu” … IDEM, Kitab Sakramen-Sakramen Gereja di Roma, Roma 1960, hlm. 121-122: Kurniakanlah kepada mereka, ya Tuhan, takhta keuskupan untuk membimbing Gerejamu serta segenap rakyat. Lih. PL 78,224.
[56] Lih. Tradisi para rasul, 2: terb. BOTTE, hlm. 27
[57] KONSILI TRENTE, Sidang 23, bab 4, mengajarkan bahwa sakramen tahbisan memberikan meterai yang tidak terhapus: DENZ. 960 (1767). Lih. YOHANES XXIII, Amanat lubilate Deo, o8 Mei 1960: AAS 52 (1960) hlm. 446. PAULUS VI, Homili di basilika Vatikan, 20 Oktober 1963: AAS 55 (1963) hlm. 1014.
[58] S. SIPRIANUS, Surat 63,14: PL 4,386; HARTEL, iii b, HLM. 713: “Imam benar-benar mewakili Kristus”. S.
YOH. KRISOSTOMUS, Tentang 2Tim, Homili 2,4: PG 62,612: Imam itu symbolon (lambang) Kristus. S.
AMBROSIUS, Tentang Mzm 38:25-26: PL 14,1051-52; CSEL 64,203-204. AMBROSIASTER, Tentang 1Tim
5:19: PL 17,479 C dan Tentang Ef 4:11-12: kolom 387 C. TEODORUS dari Mopsuesta, Homili-Katek. XV,21 dan 24: terb. TONNEAU, hlm. 497 dan 503. HESIKIUS dari Yerusalem, Tentang kitab Imamat, buku 2,9,23: PG 93,894B.
[59] Lih. EUSEBIUS, Sejarah Gereja, V, 24,10: GCS II, 1, hlm. 495; terb. BARDY, Sourses Chrtiennes II, hlm. 69. DIONISIUS, pada EUSEBIUS, Sej. Gereja VII,5,2: GCS II,2, hlm. 638 dsl.; BARDY, II, hlm. 168 dsl.
[60] Lih. Tentang konsili-konsili di zaman kuno, EUSEBIUS, Sej. Ger. V,23-24, GCS II, 1, hlm. 488 dsl.;BARDY,II, hlm. 66 dsl, dan di pelbagai tempat. KONSILI NISEA, kanon 5: conc. Oec. Decr., hlm. 7.
[61] Lih. TERTULIANUS, Tentang Puasa, 13:PL 2, 972B; CSEL 20, hlm. 292 baris 13-16.
[62] Lih. S. SIPRIANUS, Surat 56,3: HARTEL, III B, hlm. 650; BA-YARI, hlm. 154.
[63] Lih. Risalah resmi ZINELLI, dalam KONSILI VATIKAN I: MANSI 52,11092C.
[64] Lih. KONSILI VATIKAN I, Skema Konstitusi dogmatis II tentang Gereja Kristus, bab 4: MANSI 53,310. Lih. Risalah KLEUTGEN tentang skema yang ditinjau kembali: MANSI 53,321B-322B dan penjelasan ZINELLI: MANSI 52,110A. Lih. Juga S. LEO AGUNG, Kotbah 4,3: PL 54,151A.
[65] Lih. Kitab Hukum Kanonik (lama), kanon 222 dan 227.
[66] Lih. KONSILI VATIKAN I, Konstitusi dogmatis Pastor Aeternus: DENZ. 1821 (3050 dsl.).
[67] Lih. S. SIPRIANUS, Surat 66,8: HARTEL III, 2, hlm. 733: “Uskup dalam Gereja dan Gereja dalam Uskup”.
[68] Lih. S. SIPRIANUS, Surat 55, 24: HARTEL , hlm. 624, baris 13: “Satu Gereja, tersebar diseluruh dunia, dan
terbagi menjadi banyak anggota”. Surat 36,4: HARTEL, hlm. 575, baris 20-21.
[69] Lih. PIUS XII, Ensiklik Fidei Donum, 21 April 1957: AAS 49 (1957) hlm. 237
[70] Lih. S. HILARIUS dari Poitiers, Tentang Mzm 14:3: PL 9,206; CSEL 22, hlm. 86. S. GREGORIUS AGUNG, Moral. IV,7,12: PL 75,643C. Pseudo BASILIUS, Tentang Yes 15,296: PG 30,637C.
[71] Lih. S. COLESTINUS, Surat 18,1-2, kepada Konsili di Efese: PL 50,505 AB; SCHWARTZ, Acta Conc. Oec.
1,1,1, hlm. 22. Lih. BENEDIKTUS XV, Surat apostolik Maximum illud: AAS 11 (1919) hlm. 440. PIUS XI,
Ensiklik Fidei Donum, di tempat yang sama.
[72] LEO XIII, Ensiklik Grande munus, 30 September 1880: ASS 13 (1880) hlm. 145. Lih. Kitab Hukum Kanonik
(lama), kanon 1327; kanon 1350 par. 2.
[73] Lih. LEO XIII, Ensiklik Grande munus, 30 September 1880: ASS 13 (1880) hlm. 145. Lih. Kitab Hukum Kanonik (lama), kanon 1350 par. 2.
[74] Tentang hak-hak Takhta-takhta patriarkal, lih. KONSILI NISEA, kanon 6 tentang Iskandaria dan Antiokia, dan kanon 7 tentang Yerusalem: Conc. Oec. Decr. Hlm. 8. KONSILI LATERAN IV, tahun 1215, Konstitusi V:
Tentang martabat para Baterik: hlm. 212. KONSILI FERRARA-FLORENSIA, hlm. 504.

Orang Kudus 17 Februari: St. Teodolus

SANTO TEODOLUS, MARTIR
Informasi masa kecil Teodolus tidak diketahui dengan jelas. Yang pasti ia hidup pada awal abad IV. Teodolus sangat dihormati di dalam keluarga Firmilianus, Gubernur Palestina. Tergerak oleh keberanian dan iman dari lima orang martir dari Mesir, ia mengunjungi orang-orang kristen yang ada di penjara untuk menyemangati dan mengajak mereka berdoa.

Tindakannya ini membangkitkan amarah Gubernur Firmilianus. Oleh karena itu, ia ditangkap dan dianiaya. Meskipun demikian, ia tetap tabah dan kokoh mempertahankan imannya. Akhirnya sebagaimana Yesus, Teodolus pun disalibkan dan mati di Kaesarea pada tahun 309.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Minggu Prapaskah I-C

Renungan Hari Minggu Prapaskah I, Thn C/I
Injil       Luk 4: 1 – 13

Dalam Injil hari ini diceritakan bahwa Yesus berpuasa selama 40 hari. Selama berpuasa itu Yesus mendapat godaan dan cobaan. Cobaan itu datangnya dari Iblis. Ada tiga jenis godaan, yaitu mengubah batu menjadi roti, kekuasaan dan kemuliaan, serta mencobai Allah. Semua godaan itu bertentangan dengan kehendak Allah. Jadi, Yesus digoda untuk melawan kehendak Allah.

Akan tetapi Yesus berhasil mengatasi godaan dan cobaan itu. Apa yang ditampilkan Yesus ini tentulah bertentangan dengan apa yang pernah terjadi pada manusia pertama: Adam dan Hawa. Mereka gagal mengatasi godaan Iblis. Mereka akhirnya melawan kehendak Allah. Dan mereka jatuh ke dalam dosa. Yesus menunjukkan bahwa kehendak Allah harus menang atas kuasa Iblis.

Namun cukup menarik jika kita perhatikan kalimat terakhir dari teks Injil ini. "ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik." (ay. 13). Saat itu memang Iblis kalah, namun Iblis tidak akan berhenti untuk menggoda Yesus.

Sabda Tuhan ini menjadi pelajaran berharga bagi kita yang sedang dalam masa prapaskah, masa puasa. Melalui sabda-Nya kita disadarkan bahwa dalam berpuasa kita akan mengalami juga godaan dan cobaan. Yesus saja dicobai, apalagi kita. Sama seperti Yesus, godaan itu mengajak kita untuk melawan kehendak Allah. Namun Injil menasehati kita untuk mengikuti teladan Yesus: berjuang mengalahkan godaan Iblis. Perjuangan melawan Iblis tidak hanya berhenti pada saat selesai masa puasa ini, karena Iblis pun akan tetap terus menggoda kita untuk melawan kehendak Allah. Ia menunggu waktu yang baik.

by: adrian