Selasa, 11 Agustus 2020

NASEHAT PUTRA SIRAKH TENTANG SAHABAT


Tenggorokan yang manis mendapatkan banyak sahabat, dan keramahan diperbanyak oleh lidah yang manis lembut. Mudah-mudahan orang yang damai denganmu banyak adanya, tetapi hanya satu dari seribu hendaknya menjadi penasehatmu.
Jika engkau mau mendapatkan sahabat, kajilah dia dahulu, dan jangan segera percaya padanya. Sebab ada orang yang bersahabat hanya menurut ketikanya sendiri, tetapi pada hari kesukaranmu tidak bertahan.
Ada juga sahabat yang berubah menjadi musuh, lalu menceritakan persengketaan untuk menistakan dikau. Ada lagi sahabat yang ikut serta dalam perjamuan makan, tapi tidak bertahan pada hari kesukaranmu. Pada waktu engkau sejahtera ia adalah seperti engkau sendiri dan lancang berbicara dengan seisi rumahmu. Tetapi bila engkau mundur maka ia berbalik melawan dikau serta menyembunyikan diri terhadapmu.
Jauhkanlah diri dari para musuhmu, tetapi berhati-hatilah terhadap para sahabatmu.
Sahabat setiawan merupakan perlindungan yang kokoh. Barangsiapa menemukan orang serupa itu sungguh mendapat harta. Sahabat setiawan tiada ternilai, dan harganya tidak ada tertimbang. Sahabat setiawan adalah obat kehidupan. Orang yang takut akan Tuhan memperolehnya.
Orang yang takut akan Tuhan memelihara persahabatan dengan lurus hati, sebab seperti ia sendiri demikianlah temannya.
sumber: Kitab Putra Sirakh 6: 5 - 17

MITOLOGI CINTA ITU BUTA


Pada jaman dulu, sebelum dunia diciptakan seperti yang kita kenal sekarang, dan manusia belum lagi menginjakkan kakinya di sana, semua sifat kebaikan dan kejahatan berkeliaran tak tentu arah dan merasa bosan, tak tahu apa yang hendak dilakukan.
Suatu hari, mereka berkumpul dan merasa lebih bosan lagi daripada sebelumnya, sampai ketika Kecerdikan mengemukakan usul: “Mari kita bermain petak umpet.”
Mereka semua menyukai ide tersebut, dan secara tiba-tiba Kegilaan berteriak: “Aku ingin menghitung, biar aku saja yang menghitung!”
Dan karena tidak ada yang cukup gila untuk ingin mencari Kegilaan, semua yang lain setuju saja. Kegilaan segera bersandar ke pohon dan mulai menghitung, “Satu, dua, tiga…” Sementara Kegilaan menghitung, semua sifat kebaikan dan kejahatan tersebut bersembunyi.
Kelembutan menggantung dirinya di ujung bulan, Pengkhianatan bersembunyi di tumpukan sampah. Kasih Sayang bergulung di antara awan dan Nafsu Kegairahan pergi ke tengah-tengah bumi. Kebohongan berkata akan bersembunyi di bawah batu, tapi ternyata justru bersembunyi di dasar danau. Sementara itu, Ketamakan masuk ke dalam kantung yang kemudian ternyata dirobeknya karena kantung itu dirasanya tidak nyaman.
Dan Kegilaan masih terus menghitung, “Tujuh puluh sembilan, delapan puluh, delapan puluh satu…” Ketika itu, semua sifat tersebut telah bersembunyi — kecuali Cinta. Seperti Keragu-raguan, demikianlah Cinta, dia tak bisa memutuskan ke mana harus bersembunyi. Dan ini tentu tidak mengejutkan karena kita semua tahu betapa sulitnya menyembunyikan cinta.
Pada saat Kegilaan sampai pada hitungan ke-99, Cinta segera melompat bersembunyi ke kebun bunga Mawar. Dan dengan bersemangat Kegilaan berbalik dan berteriak, “Bersiaplah, ini aku datang! Akan kutemukan kalian semua.”