Jumat, 31 Maret 2017

PAUS FRANSISKUS: MENDENGAR PENGAKUAN ADALAH PRIORITAS PASTORAL

Paus Fransiskus meminta kepada para iman supaya meluangkan waktu untuk mendengarkan pengakuan dosa setiap kali ada yang minta, dan jangan membatasi waktu bagi Sakramen Tobat. “Tolong jangan ada pengumuman: pengakuan dosa: senin dan Rabu dari jam sekian sampai jam sekian.” Kata Paus kepada para imam dan peserta kursus tahunan yang diselenggarakan Apostolic Penitentiary, sebuah pengadilan Vatikan yang menangani isu-isu pengampunan dosa.
“Dengar pengakuan setiap kali ada yang meminta. Jika Anda sedang duduk di sana, berdoa; biarkan ruang pengakuan terbuka karena hati Tuhan selalu terbuka,” ujar Paus Fransiskus. “Mendengarkan pengakuan adalah prioritas pastoral, dan menjadi tugas setiap hari untuk masuk ke dalam lorong tergelap dari setan dan dosa, dan ini adalah lorong yang buruk,” ungkap Paus, yang pernah meraih man of the year tahun 2013.
Begitu banyak hal buruk yang dilakukan terhadap Gereja dan jiwa manusia ketika pastor mendengar pengakuan tidak disertai dan didampingi oleh Roh Kudus dalam mencari apa yang dikehendaki Tuhan, tambahnya. “Bapa pengakuan tidak mengikuti kehendaknya sendiri dan tidak mengajarkan doktrin sendiri, melainkan dipanggil untuk menjadi hamba Allah dalam persekutuan dengan gereja.”
Bersiaplah untuk menggunakan pengakuan dosa sebagai medium evangelisasi dan mengingatkan orang tentang kebenaran dasar dari iman dan moralitas. Paus Fransiskus juga meminta kepada para iman yang mendengarkan pengakuan agar berhati-hati dalam memutuskan apakah seseorang mengalami sakit jiwa “yang harus diverifikasi melalui kerjasama yang sehat dengan para ahli, atau dalam menentukan apakah seseorang dalam pengaruh atau kerasukan setan.
Ketika seorang Bapa Pengakuan mengetahui keberadaan roh jahat, jangan ragu-ragu untuk meminta bantuan seorang eksorsis (pengusir setan) yang mengetahui lebih detail tentang pelayanan ini di setiap keuskupan.

DEEP KISS: ANTARA KENIKMATAN & RESIKO KESEHATAN

Sejak masa lalu, mencium atau berciuman merupakan satu ungkapan kasih. Orang yang sedang berpacaran pasti pernah melakukan hal ini. Apalagi para orangtua; mereka bukan hanya melakukan di antara mereka (suami – isteri), melainkan juga kepada anak-anaknya. Umumnya ciuman itu dilakukan dengan menempelkan bibir di pipi atau di dahi atau kening.
Akan tetapi, ciuman juga dapat menjadi ungkapan nafsu. Ciuman nafsu ini dikenal dengan istilah deep kiss, yaitu ketika bibir ketemu bibir dan saling melumat, sementara lidah di dalam ikut bermain. Deep kiss ini terkadang dilakukan dengan durasi yang agak lama. Aktivitas deep kiss ini sering terjadi di kalangan remaja yang sedang dimabuk asmara.
Banyak orang mengatakan bahwa ciuman intim, sebutan lain dari deep kiss, ini membawa sensasi nikmat tersendiri. Karena itu, biasanya saat orang melakukannya, akan diikuti dengan aktivitas lain, seperti menggerayang beberapa anggota tubuh yang sensitif untuk menimbulkan rangsangan. Akan tetapi, orang lupa atau bahkan tidak tahu bahwa ternyata ciuman intim ini mempunyai efek buruk bagi kesehatan.
Tulisan “Deep Kiss: Antara Kenikmatan dan Resiko Kesehatan” akan membuka mata kita akan bahaya dari ciuman intim ini. Lebih lanjut mengenai isi tulisan ini, langsung saja baca di:  BB: Bahaya Deep Kiss

Rabu, 29 Maret 2017

KATEKESE SAKRAMEN TOBAT

Dalam Gereja Katolik ada tujuh sakramen, yaitu sakramen Baptis, Krisma, Komuni, Tobat, Pernikahan, Imamat dan Pengurapan Orang Sakit. Tiga yang pertama dikenal dengan Sakramen Inisiasi, karena dengan menerima ketiga sakramen itu, seseorang telah penuh bergabung dalam Gereja Katolik. Sakramen Tobat dan Pengurapan Orang Sakit dikenal dengan istilah Sakramen Penyembuhan. Titik tekan utamanya bukan pada kesembuhan fisik, melainkan pada kesembuhan rohani.
Ada banyak istilah untuk Sakramen Tobat ini. Tekanan pada sakramen itu bukan hanya pada tobatnya saja, tetapi juga belas kasih Allah dalam wujud pengampunan. Jadi, sakramen ini menekankan tobat dan pengampunan. Karena itu, untuk mengalami belas kasih atau kerahiman Allah dalam bentuk pengampunan, seseorang terlebih dahulu harus bertobat.
Mengapa Sakramen Tobat Kurang Laris
Tak bisa dipungkiri, dari tujuh sakramen yang ada Sakramen Tobat merupakan sakramen yang sama sekali kurang diminati oleh umat. Banyak umat seakan menghindari dari sakramen ini. Di satu tempat, pengurus Gereja terpaksa berbohong dengan mengatakan bahwa nanti akan ada misa. Mendengar kata misa (ekaristi), maka umat datang berbondong-bondong. Namun jika umat mendengar kata “pengakuan dosa” bisa dipastikan hanya segelintir umat yang hadir.

Selasa, 28 Maret 2017

MELIHAT PERSOALAN NIKAH BEDA AGAMA

Bumi kita satu, tapi dihuni oleh manusia yang beraneka ragam, baik ras, suku, status sosial-ekonomi maupun agama. Ini membuktikan bahwa manusia hidup di alam pluralisme. Sebagai makhluk sosial pertemuan antar manusia dengan perbedaan ini tak dapat dihindari. Tak jarang pula dalam pertemuan dua anak manusia yang berbeda ini terkadang berakhir dengan pernikahan. Pernikahan dua anak manusia dengan beda suku atau ras tidak terlalu menimbulkan masalah yang berarti. Masalah memang ada namun masih mudah diatasi.
Yang sering menjadi persoalan adalah pernikahan beda agama. Banyak agama menolak umatnya melakukan nikah beda agama. Larangan untuk menikah beda agama ditunjang juga dengan tidak ada ritus yang memfasilitasinya. Mereka hanya mengatur pernikahan seagama saja. Karena itu, jika dua anak manusia yang berbeda agama mau menikah, maka salah satu harus menyangkal iman dan agamanya terlebih dahulu baru bisa melangsungkan pernikahan.
Agama Islam dengan tegas menyatakan bahwa nikah beda agama adalah haram. Dalam islam, pernikahan itu harus seagama atau seiman. Maka, ketika umat islam menikah dengan yang non islam, menggunakan tata cara islam (menikah secara islam), maka yang non islam harus masuk islam dulu. Dan kebetulan, dalam ritusnya ada kewajiban mengucapkan kalimat syahadatin. Dengan mengucapkan kalimat itu, seseorang telah menjadi islam.
Demikian pula dengan agama lainnya. Pernikahan antara orang Buddha dan Protestan, dengan menggunakan salah satu cara (entah Buddha maupun Protestan) menuntut salah satu harus mengingkari imannya. Agama-agama lain tidak mempunyai ritus pernikahan campur beda agama, sehingga pernikahan dengan cara agama tertentu (kecuali katolik) memaksa pihak yang lain kehilangan iman asalnya.
Karena itu, pada tahun 2015 lalu sekelompok elemen masyarakat mengajukan judicial review atas undang-undang perkawinan terkait dengan nikah beda agama (UU Perkawinan no 1 tahun 1974 pasal 2 ayat 1). Undang-undang mengatakan, “Perkawian adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu.” Salah satu alasan gugatan ini adalah bahwa pasal pernikahan beda agama bertentangan dengan hak asasi manusia. Akan tetapi, Mahkamah Konstitusi menolak gugatan tersebut, yang berarti UU Perkawinan tetap berlaku sebagaimana awalnya.
Jika agama lainnya tidak mempunyai ritus pernikahan campur, Gereja Katolik memiliki ritus pernikahan campur beda agama/Gereja. Namun, Gereja Katolik melihat nikah beda agama sebagai suatu halangan. Akan tetapi halangan ini dapat dihapus dengan izin atau dispensasi. Jadi, secara tak langsung Gereja Katolik membolehkan menikah beda agama. Dengan nikah beda agama di Gereja Katolik, yang non katolik tetap dengan agama atau imannya. Di sini terlihat jelas bahwa Gereja Katolik mau menghargai dan menghormati hak asasi umat agama lain. Gereja Katolik tidak boleh memaksa orang lain memeluk iman katolik hanya karena pernikahan.
Problematika Nikah Beda Agama

Senin, 27 Maret 2017

OMK DAN MEDIA SOSIAL

Catatan Awal
Tulisan ini pernah dijadikan materi pertemuan dengan OMK wilayah Koba dan stasi Trubus pada 13 Februari 2017 di Gereja St. Fransiskus Xaverius. Selain itu materi yang sama diberikan juga kepada OMK wilayah Toboali – Rias pada 25 Februari di ruang kelas SD Karya, Toboali. Sedianya materi disajikan dalam bentuk powerpoint.
Gadget, Medsos dan Kaum Muda
Dari data survey pengguna HP/gadget dapat diketahui bahwa pada tahun 2015 jumlah pengguna HP di Indonesia sebesar 338.948.340, sementara jumlah penduduknya 255 juta. Kesimpulan sederhana yang dapat ditarik adalah jumlah HP jauh lebih banyak dari jumlah penduduk. Setiap warga Indonesia, bahkan yang baru lahir sekalipun, sudah mempunyai HP. Dan jika anak usia balita dan orangtua lansia umur 75 tahun ke atas tidak menggunakan HP, bisa diperkirakan bahwa setiap orang memiliki 2 HP.
Ini menunjukkan betapa HP telah merasuk kehidupan manusia. Seakan manusia tidak bisa lepas dari HP. Inilah yang dikatakan serangan gadget. Sepertinya manusia senang mendapat serangan ini.
Keberadaan gadget semakin menguasai hidup manusia ketika internet masuk dan menjadi pelengkap dari gadget. Internet menjadi jembatan antara gadget dan media sosial. Gadget merupakan pintu masuk ke media sosial. Hal ini membuat dunia menjadi kecil dan ada dalam genggaman tangan manusia. Kapan dan dimana saja orang dapat terhubung dengan siapa saja di belahan bumi ini.
Dari data survei pengguna internet di Indonesia diketahui bahwa pada tahun 2015 ada 132,7 juta orang Indonesia yang menggunakan internet, atau 51,8% dari jumlah penduduk Indonesia. Dari jumlah itu, pengguna terbesar gadget, yang terkoneksi dengan internet, adalah kaum muda (usia antara 13 – 25 tahun). Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa dunia kaum muda ada di media sosial. Dari sini muncul fenomena generasi jempol. Generasi jempol ini merujuk pada kemahiran anak-anak muda dalam memainkan jempolnya di gadget. Aktivitas ini bahkan membuat mereka terputus dari situasi sosialnya.
Pada salah satu tulisan di KOMPAS 31 Desember 2016 diungkapkan sebuah survei ketergantungan orang pada gadget. Dikatakan bahwa tiap orang akan mengecek gadget (medsos) sebanyak 85 kali sehari. Jika waktu jaga normal itu 16 jam, maka waktu orang bersama gadget (medsos) adalah 5,3 jam. Artinya, setiap 11 menit orang akan mengecek gadgetnya.
Aneh Tapi Nyata

Minggu, 26 Maret 2017

LEO DAN LIA: Sebuah Cerpen

Leo dan Lia merupakan cerpen dengan backround dunia pelajar, alias abu-abuer. Sebagaimana kisah-kisah anak sekolahan lainnya, yang penuh dengan cerita cinta romantis dan juga air mata, cerpen Leo dan Lia juga tak jauh dari sana. Memang tekanan kuat akan hal tersebut sama sekali kurang terasa. Mungkin penulisnya tidak memikirkannya, atau penulis mau keluar dari pakem.
Cerpen Leo dan Lia mengangkat kisah cinta dua anak manusia. Cinta itu terlarang dan juga terhalang. Namun cerita ini benar-benar mau menampilkan kekuatan cinta. Cerpen ini seakan memberi satu warna dan solusi atas cinta yang terlarang dan terhalang tersebut.
Apa yang melarang dan menghalangi cinta Leo dan Lia? Bagaimana kekuatan cinta mereka mengatasi larangan dan halangan tersebut? Temukan jawabannya dalam cerpen ini. Langsung saja baca kisahnya di:  Budak Bangka: (C E R P E N) Leo & Lia

Kamis, 23 Maret 2017

NICE DAY DIBACA TERMOS



Selesai misa, saya diundang makan di rumah Pak Yakobus. Rumahnya tak jauh dari gereja; persis di samping gereja. Di ruang tengah rumah itu, hanya ada saya dan Shela, putri bungsu Pak Yakobus, sementara tuan rumah sibuk menyiapkan makan malam. Di atas meja sudah ada piring dan nasi dalam termos nasi.
Sambil menunggu hidangan disiapkan, saya mencoba ngobrol dengan Shela.
Saya  : Shela uda kelas berapa?
Shela : Kelas satu (sambil menampilkan jari satu ke arah saya)
Saya  : Sudah bisa membaca?
Shela tidak memberi jawaban. Akan tetapi, dia hanya menganggukkan kepala dengan penuh keyakinan. Matanya lebar menatap saya, seakan mau mengatakan, “Saya bisa membaca.” Namun karena tidak ada jawaban, saya kembali bertanya.
Saya  : Shela sudah bisa baca?
Shela : Bisa, Romo.
Saya langsung menunjuk tulisan yang ada di termos nasi. Di sana ada dua kata, yaitu NICE DAY. Saya tunjuk kata pertama.
Saya  : Ini bacanya apa?
Shela : Termos.
Saya  : $%#@*(&^%!?????????
Koba, 18 Maret 2017
by: adrian
Baca juga humor lainnya

Selasa, 21 Maret 2017

ADA IMAN DALAM LEMBARAN RUPIAH

Tulisan ini jauh dari niat untuk menjelek-jelekkan agama tertentu. Ini hanyalah ungkapan keprihatinan pada suatu peristiwa. Dari keprihatinan ini lahirlah sebuah refleksi. Refleksi adalah ibarat bercermin. Siapa saja bisa bercermin pada kaca yang sama, karena yang dilihat adalah diri sendiri.
Berawal dari Cerita
Minggu, 19 Maret 2017, pukul 17.45 WIB. Baru beberapa detik meninggalkan rumah umat menuju mobil, yang diparkir di pinggir jalan depan rumah, saya kembali dipanggil. Kebetulan ada seorang ibu, tetangga depan rumah, datang. Setelah tiba di hadapan mereka, mulailah mereka bercerita. Ada kemarahan, kejengkelan dan juga kecemasan dalam cerita mereka.
Inti dari cerita mereka adalah: tentang satu keluarga yang belum lama ini masuk islam. Isterinya orang Maumere dan suaminya dari Kupang. Dua-duanya awalnya katolik. Mereka menikah sekitar bulan Oktober lalu, diberkati oleh pastor paroki. Namun kini mereka sekeluarga (dua anak) sudah masuk islam. Karena menjadi mualaf, mereka selalu mendapat uang (entah dari mana dan dari siapa). Kepada salah satu ibu, yang bercerita itu, dikatakan oleh isteri mualaf itu, bahwa enak jadi islam karena dapat duit gratis.
Mendengar cerita tersebut, saya langsung teringat akan rumor tentang dana mualaf dari Pemda Kabupaten Bangka Tengah. Dana mualaf adalah dana yang diperuntukkan bagi orang-orang kafir yang memutuskan menjadi islam. Konon katanya, setelah selesai masa kampanye pilkada lalu, di akhir Januari Erzaldi, Bupati Bangka Tengah, yang adalah juga kandidat Gubernur Babel waktu itu, akhirnya mengesahkan dana mualaf itu. Artinya, dana mualaf itu memang ada. Cerita dua ibu di atas seakan membenarkan keberadaan dana mualaf itu.
Setelah tiba di pastoran, saya langsung menuju kamar makan. Waktu menunjukkan saatnya untuk makan malam. Saya makan malam hanya ditemani oleh bapak, yang sehari-harinya mengurus taman dan gereja. Sambil makan saya mendengarkan cerita bapak itu, dan ceritanya sama seperti cerita dua ibu di atas. Obyek ceritanya sama. Ada kemarahan, kejengkelan dan juga kecemasan dalam ceritanya.
Saya dapat merasakan kesedihan dan keprihatinan mereka atas peristiwa itu. Kepada mereka saya juga mengungkapkan keprihatinan dan duka saya. Bagi saya umat katolik Paroki Koba sedang mendapat ujian. Saya mengajak mereka untuk tetap setia dalam iman yang dikuatkan melalui doa. Sambil berdoa, serahkanlah semua ini kepada Allah. Umat tidak perlu marah kepada siapapun, termasuk keluarga mualaf itu. Juga tak perlu merasa malu. Saya sampaikan bahwa yang harus malu adalah umat islam, karena ternyata iman bisa dibeli dengan rupiah.
Iman dalam Lembaran Rupiah

Senin, 20 Maret 2017

PAUS FRANSISKUS: PERTOBATAN TIDAK DATANG TIBA-TIBA

Masa prapaskah kental dengan pesan tobat. Setiap umat katolik dipanggil untuk bertobat sebagai wujud persiapan diri menyambut hari raya Paskah. Tobat secara sederhana dimaknai sebagai berubah, dan perubahan itu selalu terarah kepada yang baik dan benar. Jadi, jika sebelumnya orang berlaku jahat dan tidak benar dalam kehidupannya, maka dengan bertobat dia meninggalkan semuanya itu dan hidup dalam kebaikan dan kebenaran.
Perubahan adalah sebuah proses. Untuk sampai pada suatu hasil dari perubahan tidaklah mudah; tidak seperti membalikkan telapak tangan. Perubahan membutuhkan waktu, karena selalu ada tarik menarik antara dosa dan kebaikan. Keinginan manusia untuk meninggalkan dosanya selalu dihalangi agar manusia kembali lagi ke dalam dosa.
Paus Fransiskus mengatakan bahwa pertobatan tidak datang tiba-tiba, tetapi lahir dari belajar melakukan hal-jal baik, melalui aksi nyata setiap hari. Bahkan bagi orang yang paling suci sekalipun, pertobatan terjadi melalui kerendahan hati dan selalu berusaha menjadi lebih baik dari hari sebelumnya, ungkap Paus dalam misa 14 Maret di Kapela Domus Sanctae Marthae.
“Pertobatan tidak terjadi secara tiba-tiba seperti menggunakan mantra ajaib,” kata Paus Fransiskus. “Bukan seperti itu, pertobatan adalah sebuah jalan, jalan keluar dari pengaruh jahat dan pembelajaran,” ujar Paus.
Umat katolik dapat mewujudkan tobatnya melalui Sakramen Tobat. Salah satu bentuk konkret dari pertobatan adalah aksi nyata tidak mengulangi dosa-dosa yang telah diakui dalam sakramen tobat. Jadi, pertobatan bukan hanya sekedar mengakui dosa-dosa di hadapan imam, melainkan berusaha untuk tidak lagi melakukannya dalam kehidupan. “Kita belajar untuk melakukan kebaikan melalui aksi konkret. Bukan dengan kata-kata, tapi tindakan,” tanda Paus.
Paus Fransiskus menambahkan bahwa orang-orang Kristen dipanggil untuk menempuh jalan pertobatan prapaskah, karena sadar bahwa Tuhan adalah seorang Bapa yang berbicara, yang mencintai kita semua. “Dia menemani kita dalam perjalanan pertobatan. Yang Dia minta hanya kerendahan hati,” ungkap Paus. “Doa dosa kita pun akan diampuni.”
by: adrian
baca juga tulisan lainnya:

Sabtu, 18 Maret 2017

Foto-fotoku Thn 1989 - 1991

Selalu ada kisah dalam gambar. Dan kisah itu merupakan kisah memorial, karena gambar adalah rekaman satu peristiwa nyata. Peristiwa akan berlalu mengingat roda kehidupan terus berputar. Peristiwa yang terekam itulah yang kemudian menjadi memori atau kenangan. Secara umum kenangan dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu kenangan indah, kenangan buruk dan kenangan biasa-biasa saja. Akan tetapi, semua itu tergantung sudut pandang mereka yang mengalaminya.
Sekalipun terbagi dalam 3 kategori, kenangan tentulah selalu meninggalkan pesan dan makna. Pesan atau kesan dan makna ini bukan hanya untuk mereka yang ambil bagian dalam kenangan itu saja, melainkan juga bagi siapa saja yang melihatnya. Di sinilah kenangan itu memiliki nilai historis.
“Foto-fotoku Thn 1988 – 1991” adalah rekaman kenangan masa seminari antara tahun 1988 hingga 1991. Melihat foto-foto ini saya seakan mencoba mengenal kembali siapa saya pada waktu itu. Orang lain juga dapat menilai siapa saya kini berdasarkan saya pada waktu itu. Lebih lanjut mengenai foto-foto tersebut,lihat saja di: Budak Bangka: Foto-fotoku Thn 1989 - 1991

Jumat, 17 Maret 2017

POST POWER SYNDROME

Beberapa kenalan menceritakan cerita sedihnya ketika “tidak menjabat lagi”. Salah seorang direktur di perusahaan multinasional ternama dihampiri petugas keamanan ketika memarkirkan mobilnya di tempat biasa. Petugas menyatakan bahwa tempat parkir tersebut diperuntukkan direktur yang baru, dan beliau dipersilahkan menggunakan tempat parkir umum.
Teman lain, yang merasa sudah menyiapkan suksesor dan rajin mementornya, terkejut ketika anak didiknya menolak diawasi setelah menduduki jabatannya. Hal-hal ini tentu menyakitkan hati, apalagi bila kita tidak bersiap mengantisipasinya. Di situasi lain, ada orang yang sudah diperlakukan baik-baik, dengan program pensiun yang jelas, tetap uring-uringan dan merasa tidak nyaman secara berkepanjangan. Kita, yang tidak merasakan situasi ini bisa dengan mudah menertawakan sang individu dan tidak bisa mengerti mengapa yang bersangkutan seolah-olah tidak rela melepas jabatannya itu. Jelas ini adalah gejala psikologis karena dalam hal ini kita tidak mengaitkannya dengan berkurangnya penghasilan.
Beberapa orang tampak sangat siap untuk menjalani kehidupan barunya selepas menjabat. Seperti halnya mantan wakil presiden AS, Joe Biden, yang naik kereta umum kembali ke kotanya, dengan sikap relaks. Orang-orang seperti ini tampak tidak menderita secara fisik, mental dan sosial. Sementara beberapa lainnya tampak berusaha menggapai-gapai status sosial yang dulu pernah ditempatinya.
Situasinya menjadi lebih buruk bila mereka mulai bersikap reaktif terhadap situasi sekitar. Kita tahu bahwa di Indonesia jabatan atau atau kedudukan berakhir di kisaran usia 60 tahun. Pada usia yang demikian, fisik manusia pada umumnya masih sehat. Lalu, apa yang bisa dilakukan oleh para senior ini? Apakah betul rasa tidak nyaman ini lazim dan tidak perlu kita tanggulangi. Bukankah kita semua akan menghadapi situasi seperti ini? Sudah siapkah kita?
Sudah Selesaikah Anda?

Selasa, 14 Maret 2017

PANGKAS RAMBUT

Belum ada seminggu, Markus berniat menggunting rambutnya. Beberapa hari ia sudah mencari di sekitar kompleks kosannya tempat tukang pangkas rambut, tapi tak menemukan satu pun. Yang ada hanyalah salon. Karena itu, pagi-pagi dia sudah pergi ke salon.
Markus        : Pagi, Mbak. Kalau potong pendek berapa?
Salon           : Rp 30.000.
Markus        : Mahal amat. Tukang pangkas biasanya Rp 20.000.
Salon           : Ini kan salon. Ada standarnya.
Markus        : kalau botak berapa?
Salon           : Murah, bang. Cuma Rp 20.000
Markus        : kalau gitu potong pendek saja. Biar rapi.
Setelah menentukan model rambutnya, akhirnya mulailah rambut Markus dipotong. Setelah setelah, Markus membayar dengan uang Rp 50.000
Salon           : Waduh, gak ada kembaliaan. Ini pun baru orang pertama.
Markus        : Saya pun gak punya duit kecil.
Lumayan lama mereka berpikir. Namun tiba-tiba, Markus menemukan satu solusi.
Markus        : Ya sudah, Rp 20.000-nya botak saja
Salon           : %^$#@*&^%
edited by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Senin, 13 Maret 2017

MENGENAL PERNIKAHAN KATOLIK

Tak sedikit orang berpikir bahwa pernikahan itu adalah urusan suka dan tidak suka. Ketika seorang pria dan wanita sudah saling suka, maka dengan mudah mereka mengikat kesukaan itu dengan ikatan pernikahan. Perasaan senang selama masa pacaran juga sering menjadi landasan untuk mengikat relasi dalam membangun mahligai rumah tangga. Mereka berpikir bahwa situasi bahagia dan senang saat pacaran menjadi cerminan kebahagiaan saat berumah tangga. Begitu mudahnya orang membangun bahtera rumah tangga, tanpa menyadari konsekuensi yang menyertainya.
Gereja Katolik melihat pernikahan bukanlah sekedar urusan suka dan tidak suka. Pada prinsipnya, pernikahan dalam Gereja Katolik adalah serius, bukan main-main. Karena itu, umat katolik diajak untuk menyiapkan diri dalam membangun rumah tangga. Hal ini menjadi tugas tanggung jawab gembala Gereja. Setidaknya ada 3 tahapan persiapan, yaitu persiapan jauh, menengah dan dekat. Kursus persiapan pernikahan merupakan salah satu bentuk persiapan dekat.
Salah satu bentuk persiapan adalah mencoba mengenal tentang pernikahan katolik. Harus disadari bahwa tiap agama mempunyai ciri tersendiri soal pernikahan. Umat katolik wajib mengenal tentang pernikahan katolik, karena dia terpanggil untuk menghayatinya.
Pernikahan Katolik: Antara Hak dan Kewajiban
Gereja Katolik melihat pernikahan sebagai HAK yang melekat pada setiap orang. Sebagai HAK, pernikahan itu merupakan pilihan hidup, karena ada orang yang memilih menggunakan haknya untuk menikah, namun ada juga orang yang memilih tidak memakai haknya untuk menikah. Para imam, suster dan bruder adalah contoh orang yang memilih tidak memakai haknya. Ada juga awam biasa mengambil kebijakan seperti itu. Jadi, pernikahan dalam Gereja Katolik adalah HAK setiap orang, bukan sebagai KEWAJIBAN.
Namun, masih ada kelompok masyarakat yang melihat pernikahan sebagai kewajiban. Mereka melihat bahwa orang yang sudah mencapai umur tertentu atau secara ekonomi sudah mapan HARUS menikah. Mereka akan merasa heran bila ada orang yang sudah berusia matang dan mapan secara ekonomi tapi belum menikah. Mereka akan menggelari orang-orang ini dengan istilah perawan tua atau pria tak laku. Tak jarang juga orang-orang seperti ini dicurigai sebagai orang yang punya kelainan seksual (gay atau lesbi).
Terkait dengan contoh ini, dapat disebut soal keheranan orang-orang yang melihat para imam, suster dan bruder yang tidak menikah. Di balik keheranan itu terlihat jelas bahwa bagi mereka menikah adalah suatu KEWAJIBAN. Seorang pria harus menikah dengan seorang wanita. Oleh karena itu, mereka selalu mempertanyakan kenapa imam, suster dan bruder tidak menikah.

Jumat, 10 Maret 2017

SEMALAM DI KM BUKIT SIGUNTANG: Sebuah Cerpen

Ada kesan bahwa cerpen “Semalam Di KM Bukit Siguntang” hanyalah sebuah cerita pengalaman. Mungkin pengalaman penulis, yang sempat menjadi salah satu penumpang kapal PELNI itu, atau juga pengalaman orang lain yang ditangkap penulis. Yang jelas, setting ceritanya ada di atas kapal, dalam pelayaran dari pelabuhan Kijang (Pulau Bintan) menuju pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta).
Akan tetapi, cerpen ini menyuguhkan segudang pesan kehidupan. Yang begitu kuat adalah pesan moral. Terlihat adanya tarik menarik antara moralitas dan kemunafikan. Tokoh utama cerita ini, yaitu seorang pelacur bernama Vera, mencoba membongkar kemunafikan kaum moralis. Di sini penulis cerpen ini mencoba menampilkan tokoh anak manusia yang mau tampil apa adanya: jujur tanpa topeng kemunafikan.
Cerpen ini seakan hendak menampar muka kita. Uraian kehidupan apa adanya seakan menelanjangi kita. Bayangkan, kehidupan “dunia” di atas kapal saja sudah begitu, apalagi dalam dunia sebenarnya. Memang cerpen ini tidak memberi pesan tegas kepada pembacanya. Hingga kalimat terakhir, kita tidak menemukan pesan utamanya. Malah kita dapat terperangkap bahwa cerpen ini mau mengatakan bahwa cinta tak selamanya berakhir dengan pernikahan; sebuah lagu lama. Sepertinya penulis hendak menyampaikan agar pembaca menemukan sendiri pesan untuk dirinya sendiri.
Tentu kita penasaran. Lebih lanjut mengenai cerpen ini silahkan baca di: Budak Bangka: (C E R P E N) Semalam di KM Bukit Siguntang

Rabu, 08 Maret 2017

MEMUPUK KASIH SAYANG DALAM KELUARGA

Ungkapan kasih sayang orangtua amat penting bagi perkembangan psikologis anak. Ini bisa menjadi bekal saat anak beranjak dewasa; dia akan memiliki kekuatan, harga diri dan kebahagiaan. Dalam buku The First Love Language of Children karya Gary Chapman dan Rosa Campbell, ada lima hal yang dapat menjadi acuan dasar dalam mengungkapkan dan memahami kasih sayang antara anak dengan orangtua. Kelimanya adalah sentuhan fisik, kata-kata menenangkan, waktu berkualitas, hadiah dan tindakan melayani.
Sentuhan fisik dapat diwujudkan dengan membelai anak penuh kasih sayang atau menepuk pundaknya untuk memberi dukungan. Memeluk atau merangkul juga masuk dalam kategori ini. Sentuhan fisik membuat relasi anak dan orangtua seakan dekat. Sementara kata-kata menenangkan terwujud dalam pujian atau permintaan maaf bila salah. Pada prinsipnya, hendaknya orangtua tidak mengeluarkan kata-kata kasar dan keras kepada anak.
Menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga menjadi hal penting, yang terasa sangat berharga bagi orangtua yang bekerja. Meluang waktu bersama anak, sekalipun hanya sebentar tapi sungguh berkualitas, membuat anak merasa diperhatikan. Akhir pekan perlu dinikmati bersama anak sekaligus memberikan afeksi dan perhatian yang tulus. Saat ini dapat dipakai bagi setiap anggota keluarga untuk lebih saling mengenal, mendengarkan dan berbagi cerita. Bapak dan ibu pun jadi lebih memahami kondisi yang sedang dialami anaknya.
Jadi, waktu berkualitas ini bertujuan untuk menikmati kebersamaan. Hal ini dapat dilakukan bukan hanya di rumah atau komplek rumah, melainkan juga di luar rumah seperti pantai, gunung atau tempat rekreasi lainnya. Sangat bagus jika sedini mungkin anak tidak tergantung pada permainan elektronik.
Memberi hadiah kepada anak atas prestasinya merupakan bentuk perhatian dan apresiasi orangtua. Prestasi di sini bukan sebatas prestasi bangku sekolah saja, melainkan perilaku, sikap dan kehidupan yang positif yang diperlihatkan anak. Hadiah tidak selamanya berwujud barang. Ucapan terima kasih, pujian dan memenuhi keinginan anak, sejauh masih dalam batas wajar, dapat menjadi bentuk hadiah.

Senin, 06 Maret 2017

GAK NYAMBUNG

Karena semua imam di paroki sudah punya jatah tugas, Pastor Paroki akhirnya mendatangkan imam tamu dari luar untuk melayani misa di komunitas. Umat yang mau dilayani adalah umat perkotaan. Kepada rekan imamnya tersebut, Pastor Paroki memberitahukan bahwa jadwal misa di komunitas adalah jam 19.00.
Selain memberitahu soal waktu, Pastor Paroki juga menyampaikan bahwa misa akan berlangsung di rumah Bapak Iwan, lengkap dengan alamat dan nomor HP. Setelah mempunyai gambaran lokasinya, Romo Tamu langsung meluncur ke rumah Bapak Iwan. Tiba di tempat tujuan sekitar jam 18.45. Romo Tamu langsung disambut oleh tuan rumah. Umat lain belum berdatangan.
Bpk Iwan     : Maklum Romo, umat di sini pada ngaret.
Romo Tamu : Loh, Romo Paroki bilang di sini umatnya pada pedagang.
Bpk Iwan     : Emang sih, kami semua pedagang. Tapi kalau misa, banyak yang pada ngaret.
Romo Tamu : Kebum karetnya dimana?
Bpk Iwan     : #^%$!*&^)^&%????
Toboali, 5 Maret 2017
by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Jumat, 03 Maret 2017

KEMBALI, SETELAH 15 TAHUN MENINGGALKAN GEREJA KATOLIK

Dilahirkan dalam keluarga Katolik yang taat membuat saya sejak kecil aktif dalam berbagai kegiatan-kegiatan gereja di salah satu paroki di Jakarta. Mengenal banyak imam dan biarawan-biarawati menjadi peneguhan tersendiri bagi saya di kala itu. Saya tumbuh di dalam Gereja Katolik dan saya merasa iman saya sudah cukup kuat waktu itu hingga pada akhirnya saya mulai berpacaran dengan seorang yang bukan Katolik (Non-Kristen). Niat awal dan harapan saya, kekasih saya ini dapat saya ajak menjadi seorang Katolik seperti saya. Tahun demi tahun saya lewati bersamanya namun ternyata sangat sulit. Motivasi saya ternyata salah. Iman memang tidak dapat dipaksakan. Kami berbeda, tragisnya ini menyangkut iman saya. Beberapa waktu lamanya saya dilema. Apakah saya yakin bahwa ini jodoh saya? Apakah Tuhan memberikan saya jodoh yang tidak seiman? Sebagai manusia yang diberi kehendak bebas saya sadar bahwa saya harus memilih. Saya tidak dapat menyalahkan Tuhan kelak karena saya manusia berakal budi dan bukan robot.
Keputusan untuk menikah secara Katolik saya ambil dan perjuangkan. Namun apa yang terjadi? Pihak keluarga calon suami saya tidak menentang perkawinan di Gereja. Sejak awal, saya tahu bahwa keluarga calon suami saya membebaskan saya dalam hal iman. Saya makin idealis, pasti saya tetap akan setia menjadi seorang Katolik selama perkawinan saya. Apa yang saya alami ini pasti juga dialami banyak umat yang lain. Kekecewaan saya terhadap Gereja bermula ketika saya berusaha untuk mengurus perkawinan secara Katolik.
Saya kecewa karena saya merasa prosedurnya sangat berbelit-belit, tidak praktis, saya merasa dipersulit oleh Gereja. Saya berharap saya akan dipermudah karena saya ini aktifis gereja loh. Mengurus prosedur perkawinan beda agama ternyata tidak mudah. Masalahnya calon suami saya tidak terlalu suka mengikuti semua prosedur ini yang buat dia tidak penting. Saya lelah karena saya tidak merasa didukung oleh suami saya untuk menikah secara Katolik". Saya bertanya kepada pastor, kenapa perkawinan Katolik ini sangat ribet, repot, sulit? Pastor hanya menjawab, "Karena perkawinan Katolik itu hanya sekali seumur hidup sampai maut memisahkan, maka persiapannya tidak bisa ekspres/ mudah". Bahkan Gereja tidak mengijinkan pemberkatan perkawinan dilakukan 2x sesuai keyakinan masing-masing. Kekesalan saya berujung pada keputusan, lebih baik saya menikah secara Non-Katolik saja. Betul, bahwa prosesnya ternyata lebih mudah dan praktis. Keputusan saya menikah di luar Gereja menyebabkan saya secara otomatis terputus hubungan dengan Gereja (ekskomunikasi) karena saya tidak dapat lagi menerima sakramen-sakramen lagi.