Rabu, 23 Juli 2014

Kosa Kata Khusus Pada Masa Kanak-kanak

KOTA KATA KHUSUS PADA AKHIR MASA KANAK-KANAK
Kosa Kata Etiket
Pada akhir kelas satu, anak yang di rumah dilatih menggunakan kata-kata seperti “minta tolong” dan “terima kasih” mempunyai kota kata etiket orang-orang dewasa dalam lingkungan kelurganya.

Kosa Kata Warna
Anak belajar nama semua warna yang umum dan warna yang tidak terlampau umum dipelajari segera setelah masuk sekolah dan memperoleh pendidikan formal dalam kesenian.

Kosa Kata Bilangan
Dari pelajaran berhitung di sekolah anak belajar nama dan arti bilangan.

Kosa Kata Uang
Baik di rumah maupun di sekolah, anak yang lebih besar belajar nama pelbagai macam uang logam dan ia mengerti nilai dari berbagai satuan uang kertas.

Kosa Kata Waktu
Kosa kata waktu dari anak yang lebih besar sama dengan kota kata-kata waktu dari orang-orang dewasa dengan siapa ia berhubungan, walaupun pengertiannya tentang kata-kata waktu kadang-kadang tidak tepat.

Kata-kata Populer dan Kata-kata Makian
Anak belajar kata-kata popular dan kata-kata makian kanak-kanak dari anak-anak yang lebih besar di lingkungan tetangga. Dengan menggunakan kata-kata tersebut anak merasa “dewasa” dan mereka segera mengetahui bahwa penggunakan kata-kata tersebut mempunyai nilai perhatian yang lebih besar.

 Kosa Kata Rahasia
Anak menggunakan kosa kata rahasia untuk berkomunikasi dengan sahabatnya. Dapat berbentuk tulisan, terdiri dari kode-kode yang dibentuk dengan lambang-lambang atau pengganti huruf; lisan, terdiri dari isyarat-isyarat dan menggunaan jari-jari untuk mengkomunikasikan kata-kata. Sebagian besar anak mulai menggunakan salah satu atau beberapa bentuk kata rahasia ini pada saat ia masuk kelas tiga dan penggunaan ini mencapai puncaknya beberapa saat sebelum masa puber.

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 153.

Baca juga:

Orang Kudus 23 Juli: St. Apolinaris

SANTO APOLINARIS, USKUP & MARTIR
Apolinaris adalah uskup pertama kota Ravenna, Italia. Ia berasal Antiokia dan ditunjuk sebagai uskup kota Roma oleh Santo Petrus sendiri. Sebagai uskup Ravenna, Apolinaris menemui berbagai kesulitan yang berat. Ia dibuang dari Ravenna sebanyak empat kali oleh orang-orang kafir dan menjadi sasaran penyiksaan yang ngeri setiap kali ia ditahan. Kata orang, ia disiksa hingga mati oleh rakyat banyak selama masa penganiyaan kaisar Vespasianus (67-69).

Tetapi Santo Petrus Chrysologus, uskup Ravenna pada abad ke-5, menyatakan bahwa walaupun Apolinaris menderita penganiayaan hebat, namun ia tetap bertahan dalam penderitaan itu. Ia menghormati Apolinaris sebagai seorang martir, bukan karena Apolinaris mati sebagai seorang martir, melainkan karena ia banyak menderita karena imannya kepada Kristus. Apolinaris dikenal sebagai salah seorang martir abad pertama kekristenan.
Baca juga riwayat orang kudus 23 Juli

Renungan Hari Rabu Biasa XVI - Thn II

Renungan Hari Rabu Biasa XVI, Thn A/II
Bac I    Yer 1: 1, 4 – 10; Injil             Mat 13: 1 – 9;

Dalam Injil hari ini dikisahkan pengajaran Tuhan Yesus tentang penabur. Dalam perumpamaan itu diceritakan bahwa ada empat jenis tanah penerima benih dari sang penabur. Keempat tanah itu adalah tanah pinggir jalan, tanah berbatu, tanah bersemak duri dan tanah yang subur. Penekanan utama dari kisah perumpamaan Tuhan Yesus adalah benih yang tumbuh dan menghasilkan buah. Karena benih yang tumbuh dan berbuah itu ada pada tanah yang subur, maka sangat diharapkan agar ketiga jenis tanah lainnya segera diolah kembali sehingga menjadi subur dan benih yang jatuh dapat tumbuh subur dan berbuah. Jadi, bukan tetap mempertahankan situasi yang ada.

Gambaran perumpamaan Tuhan Yesus dalam Injil secara implisit terlihat juga dalam bacaan pertama yang diambil dari Kitab Yeremia. Bacaan pertama menampilkan kisah panggilan Yeremia. Allah memanggilnya; dengan kata lain, Allah menaburkan benih panggilan dalam dirinya. Namun, Yeremia sadar kalau dirinya tak pantas. Yeremia melihat bahwa dirinya ibarat bukan tanah yang subur bagi benih panggilan Allah. Akan tetapi, Allah menegaskan bahwa dia tidak boleh menyerah pada situasi. Yeremia musti berubah atau mengubah dirinya sehingga siap bagi peran yang disiapkan Allah.

Dalam kehidupan, tak jarang kita bersikap seperti Yeremia, yaitu menerima situasi yang sudah ada. Sekalipun situasi itu tidak baik bagi tumbuh berkembangkan benih iman, kita tetap saja mempertahankannya. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mengubah kebiasaan itu. Melalui sabda-Nya, kita diminta untuk mengolah “tanah” diri kita sehingga menjadi “tanah” yang subur bagi tumbuhnya benih sabda Tuhan. Dengan demikian, kita dapat menghasilkan buah.

by: adrian