Selasa, 19 Mei 2020

TUHAN TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS PENDERITAAN KITA

Dalam perang dunia kedua, sekitar 6 juga orang Yahudi tewas di kamp-kamp konsekrasi. Di sana mereka mengalami begitu banyak penderitaan sebelum menghadapi kematian. Setelah dimasukkan ke dalam bungker-bungker, mereka akhirnya mati dengan menghirup gas beracun yang sengaja dimasukkan ke dalam bungker tersebut. Mayat mereka kemudian dibakar. Semua rangkaian peristiwa ini disaksikan oleh sebagian orang Yahudi yang masih hidup, yang mungkin menunggu gilirannya.
Menghadapi situasi ini, tak sedikit orang bertanya dimana keberadaan Tuhan. Apakah Tuhan berpihak pada Nazi atau kepada orang Yahudi? Ada orang menilai bahwa Tuhan telah mati di kamp Auschwitz. Elie Wiesel pernah berujar, “Dia di sini – Dia digantung di sini di tiang gantungan ini.” Wiesel mengatakan itu ketika seorang bocah mati di tiang gantungan oleh tentara Nazi.
Holocaust memang menjadi horor bagi umat beriman atau bertuhan. Di sana umat beriman mempertanyakan keberadaan dan peran Tuhan. Tragedi itu menyebabkan banyak orang kehilangan imannya. Namun tak sedikit juga yang tetap percaya kepada Tuhan. Inilah pengakuan Brenner, yang diambil dari Harold Kushner, “Derita, Kutuk atau Rahmat: Manakala Kemalangan Menimpa Orang Saleh” (hlm. 104 – 105).
Selama saya meringkuk di penjara Auschwitz, tak sekali pun pernah saya mengeluh kepada Tuhan, kendati saya tahu para tahanan lain berbuat demikian. Iman kepercayaan saya tidak menjadi berkurang atau sebaliknya bertambah karena tindakan tentara Nazi atas diri kami; dan saya yakin iman saya pada Tuhan sedikit pun tidak menjadi goyah.
Tak pernah saya mengaitkan bencana yang tengah kami alami itu dengan nama Tuhan, mempersalahkan-Nya, menjadi berkurang kepercayaan saya kepada-Nya sebab Ia tidak datang memberikan pertolongan-Nya. Tuhan tidak mempunyai kewajiban untuk itu, tidak juga untuk lain-lainnya. Bahkan kita berhutang kepada-Nya atas kehidupan yang telah Ia berikan kepada kita.
Jika orang percaya bahwa Tuhan bertanggung jawab atas kematian enam juta orang karena Tuhan tidak berbuat apa-apa untuk menyelamatkan mereka, maka ia harus membuang pikirannya itu. Kita semua berhutang kepada-Nya atas kehidupan selama beberapa atau banyak tahun yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita. Dan kita punya kewajiban untuk menyembah Dia dan melaksanakan semua yang diperintahkan-Nya kepada kita. Itulah tugas kita di dunia ini, menghamba kepada Tuhan dan melakukan semua perintah-Nya.
Diolah kembali dari Harold S. Kushner, Derita, Kutuk atau Rahmat: Manakala Kemalangan Menimpa Orang Saleh. Yogyakarta: Kanisius