Jumat, 18 Februari 2022

TELAAH ISLAM ATAS SURAH AL-QALAM AYAT 4

 


Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur (QS 68: 4)

Al-Qur’an diyakini oleh umat islam sebagai wahyu Allah yang secara langsung disampaikan kepada nabi Muhammad. Apa yang tertulis di dalamnya, termasuk titik komanya, adalah berasal dari Allah, tanpa campur tangan manusia. Karena itulah, umat islam memandang Al-Qur’an sebagai sesuatu yang suci, sebab ada Allah di dalamnya. Perlakuan terhadap Al-Qur’an pun jauh berbeda dengan kitab-kitab lainnya, yang memang buatan tangan manusia. Menjadi tak heran akan reaksi umat islam ketika menemukan lembaran-lembaran ayat Al-Qur’an tercecer di sebuah tempat sampah. Hal itu tidak hanya dilihat sebagai sebuah bentuk penistaan, tetapi juga pelecehan terhadap kesucian Allah. Masak Allah dibuang di tempat sampah?

Karena sebagai wahyu Allah, dimana Allah diyakini sebagai mahabenar, maka Al-Qur’an dilihat sebagai kitab kebenaran. Apa yang tertulis di dalamnya adalah benar; tak bisa salah atau pun keliru. Hal ini ditegaskan juga oleh Allah sendiri dalam surah al-Haqqah ayat 51. Selain itu juga umat islam melihat Al-Qur’an sebagai keterangan dan pelajaran yang jelas. Ini juga didasarkan pada perkataan Allah sendiri. Allah telah memudahkan wahyu-Nya agar umat dengan mudah memahaminya. Tak sedikit ulama menafsirkan kata “jelas” di sini dengan sesuatu yang telah terang benderang sehingga tak perlu susah-susah menafsirkan lagi pesan Allah itu. Dengan perkataan lain, perkataan Allah itu sudah jelas makna dan pesannya, tak perlu lagi ditafsirkan. Maksud dan pesan Allah sesuai dengan apa yang tertulis dalam Al-Qur’an. Penafsiran atas wahyu Allah bisa berdampak pada ketidak-sesuaian dengan kehendak Allah sendiri.

Berangkat dari premis-premis di atas, maka bisalah dikatakan bahwa kutipan ayat Al-Qur’an di atas merupakan kata-kata Allah sendiri. Pada waktu itu Allah berkata kepada Muhammad, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur. Sesuai ilmu linguistik, kata “engkau” dalam kalimat Allah itu dimaknai sebagai Muhammad. Karena itu, sejalan dengan makna Al-Qur’an sebagai kitab yang jelas, wahyu Allah ini bisa diartikan bahwa Muhammad sungguh memiliki budi pekerti yang luhur. Bagi umat islam, wahyu Allah ini sering dijadikan alasan pembenaran bahwa Muhammad adalah insan kamil atau manusia sempurna sehingga pantas disanjung dan dimuliakan. Hal ini didasarkan pada perkataan Allah. Mana mungkin Allah berbohong. Karena Allah itu mahabenar, maka benar juga apa yang dikatakan-Nya. Jadi, Muhammad sungguh manusia sempurna. Penghinaan terhadap Muhammad akan dapat membangkitkan amarah umat islam.