Senin, 19 Maret 2018

KASIH KRISTUS DASAR RELASI SUAMI ISTRI

Rasul Paulus menggambarkan dengan sangat bagus relasi suami dan istri, dengan membandingkannya dengan relasi Kristus dan Gereja. Penggambaran ini dapat ditemukan dalam Efesus 5: 22– 33. Sangat dianjurkan sebelum dan sesudah membaca katekese ini, teks Efesus itu dibaca. Bagi Paulus, kasih Kristus pada Gereja merupakan dasar relasi suami istri (istri suami). Sama seperti Kristus, yang karena kasih mau berkorban demi mendatangkan keselamatan sehingga Gereja patut menghormati Dia, demikian pula suami dan istri.
Ada tiga poin penting pada kasih Kristus untuk dijadikan teladan bagi suami istri. Pertama, kasih, yang terlihat dari tindakan melindungi (bdk. ay. 26 – 27) serta mengasuh dan merawat (ay. 28 – 29). Di sini suami istri harus saling melindungi pasangannya. Kelemahan dan kekurangan pasangan jangan diumbar ke/di luar. Melindungi tidak hanya menjaga fisik, tetapi juga psikis dan jiwa (iman) agar pasangan tidak bercela. Selain itu, suami istri juga harus saling memperhatikan dan peduli. Sikap kasih ini juga harus dimunculkan dalam relasi orangtua dan anak.
Kedua, pengorbanan, sama seperti Kristus, yang “telah menyerahkan diri-Nya” (ay. 25). Pengorbanan Kristus bukan untuk diri-Nya sendiri, tetapi untuk jemaat. Demikian pula suami istri harus berkorban demi pasangannya. Pengorbanan ini juga harus dimunculkan dalam relasi orangtua dan anak. Yang pertama harus dikorbankan adalah ego. Orangtua harus berani berkorban demi anaknya. Misalnya, jika ingin anak kuliah, maka orangtua harus berani mengorbankan keinginannya, seperti judi, mabuk-mabukan, pemborosan, dll.
Ketiga, pengampunan. Pengorbanan Kristus membawa pengampunan atas dosa jemaat. Sekalipun jemaat berdosa, Kristus tetap mengampuni. Ini semua karena kasih. Demikian pula hendaknya suami istri. Di saat salah satu berbuat salah, hendaknya mau mengorbankan egonya untuk mengampuni. Pengampunan ini juga harus dimunculkan dalam relasi orangtua dan anak.
by: adrian