Sabtu, 13 Juni 2015

Ziarah ke Israel #1

PERJALANAN MENUJU ISRAEL

Dari Jakarta kami menuju Abu Dhabi dengan Pesawat Etihad. Setelah ganti pesawat yang lebih kecil, kami terbang menuju Yordania. Di sini kami mendapat visa kunjungan ke Israel. Dari Yordania kami menuju Israel, Tanah Terjanji, dengan menggunakan bus. Namun sebelum masuk ke Tanah Terjanji, kami mengunjungi Bukit Nebo, tempat Musa terakhir memandang Tanah Terjanji.


Renungan Hati Tersuci SP Maria, Thn B

Renungan Hati Tersuci SP Maria, Thn B/I
Bac I  2Kor 5: 14 – 21; Injil                 Mat 5: 33 – 37;

Kemarin kita merayakan Hati Yesus Mahakudus. Hari ini Gereja Universal mengajak kita untuk memperingati Hati Tersuci Santa Perawan Maria. Bacaan-bacaan liturgi hari ini memang sama sekali tidak ada kaitan langsung dengan topik peringatan kita. Namun kita dapat menemukan di sana nilai kesucian hati Bunda Maria. Kesucian hati Maria dapat terlihat dari jawaban “ya” Maria atas tawaran Allah. “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataan-Mu itu.” Di sini ada kejujuran dalam hatinya. Inilah yang dikehendaki Tuhan Yesus dalam Injil.
Kesucian hati Maria tidak dapat dipisahkan dari puteranya, Tuhan Yesus. Tuhan Yesuslah yang membuat hati bunda-Nya menjadi suci. Paulus, dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus, yang menjadi bacaan pertama hari ini, mengatakan bahwa “Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati  dan telah dibangkitkan untuk mereka.” (ay. 15). Apa yang diungkapkan Paulus ini dapat mengacu pada Maria. Dengan menjawab “ya” atas tawaran Allah, Maria tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, melainkan untuk Dia dan untuk umat manusia.
Dari sabda Tuhan hari ini kita dapat mengetahui bahwa kesucian hati Bunda Maria dapat dilihat dari kejujuran hati dan kesediaannya untuk hidup bagi Tuhan dan orang lain. Secara sederhata dapat dikatakan, hati Maria suci karena ia dengan jujur mau hidup untuk kepentingan orang lain. Sabda Tuhan hari ini, di saat kita memperingati hati tersuci St. Perawan Maria, kita diajak untuk mengikuti teladan Bunda Maria. Tuhan menghendaki agar kita memiliki sikap jujur di hadapan-nya dan sesama, serta mau berkorban demi kepentingan sesama.***
by: adrian