Senin, 27 Juni 2022

MENGENAL AGRESIFITAS ANAK

 

Banyak orang tua dewasa kini bingung melihat tingkah laku anaknya yang cenderung agresif. Sikapnya tidak seperti anak-anak jaman dulu yang cenderung takut dan hormat pada orang tua. Sedikit-sedikit marah, yang diperlihatkan dengan kata-kata dan nada suara yang tinggi, atau dengan membanting pintu atau benda-benda lain, menyakiti temannya tanpa alasan yang kuat atau merampas barang milik temannya, dan lainnya.

Melihat fenomena agresivitas anak ini selalu muncul pertanyaan, apakah ini faktor perkembangan zaman (lain padang lain belalang) atau memang watak anak. Tak bisa dipungkiri bahwa keduanya sama-sama berperan dalam membentuk agresivitas anak. Tentu kita kenal dengan teori tabula rasa. Anak ibarat kertas putih. Lingkunganlah yang menghiasi lembaran-lembaran itu. Jika lingkungannya bagus, maka kertas itu akan dipenuhi dengan hiasan gambar bagus. Namun jika lingkungannya buruk, dapat dipastikan kertas itu penuh dengan coretan-coretan tak bermakna. Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah mulai dari keluarga, masyarakat, sekolah dan sebagainya.

Jadi, watak agresif anak dapat ditentukan oleh lingkungan. Perlu diketahui bahwa anak adalah peniru paling ulung. Segala apa yang dilihat akan dengan mudah direkam dalam memori alam bawah sadarnya. Segala rekaman itu suatu saat akan muncul, kecuali jika orang tua memberikan pendampingan ketika anak menyaksikan sesuatu yang buruk di lingkungannya.

Mencermati Lingkungan Eksternal