Senin, 03 November 2014

(Inspirasi Hidup) Serakah Mematikan Kejujuran

SEBUAH TELADAN DARI DOMBA
Seorang pemuda dari daerah terpencil datang ke ibu kota provinsi untuk melanjutkan kuliah. Ia dapat kuliah karena keuskupan membantu membiayai uang kuliah dan kebutuhan hidupnya. Maklum, kalau mengharapkan keluarga, jelas ia tidak mampu. Dia merasa sangat bersyukur karena keuskupan mau membantunya kuliah.

Karena prestasi akademiknya, oleh pihak kampus ia diberi beasiswa. Hal ini sungguh luar biasa. Kampus itu mayoritasnya adalah muslim, dan dirinya berasal dari daerah terpencil. Namun ia, yang minoritas, bisa berprestasi dan mendapat beasiswa. Sebulan ia menerima uang sebesar delapan ratus ribu rupiah. Jumlah yang cukup lumayan bagi anak kos dan kuliahan.

Apa yang dia lakukan terhadap uang beasiswa itu? Semua uang beasiswa dia serahkan ke ekonom keuskupan. Dia merasa bahwa dirinya sudah dibantu oleh keuskupan. Oleh karena itu, uang beasiswa itu diserahkannya ke keuskupan. Sekalipun tidak ada aturan yang mewajibkan dirinya untuk menyerahkan uang sumbangan yang dia terima selama kuliah, pemuda ini tidak mau memanfaatkan kesempatan itu. Padahal, seandainya pun ia gunakan sendiri uang itu, ia tidak salah. Dan peluang untuk itu sangat besar.

Orang Kudus 3 November: St. Malakios Armagh

SANTO MALAKIOS ARMAGH, PENGAKU IMAN
Mengenai pribadi Malakios, Santo Bernardus menulis, “Di antara semua mujizat Santo Malakios, mujizat yang terbesar ialah dirinya sendiri.” Kalimat ini berarti bahwa kemenangan paripurna atas dirinya merupakan keajaiban yang besar yang hanya dapat kita pahami sebagai karunia rahmat Allah.

Malakios O’More lahir di Armagh, Irlandia Utara, pada tahun 1095 dan meninggal dunia pada tanggal 2 November 1148. Setelah ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1120, ia berusaha keras untuk membaharui tata tertib hidup Gereja Irlandia. Salah satu hal yang mencolok di dalam Gereja Irlandia pada masa itu ialah penerapan sistem klen di dalam hierarki Gereja. Jabatan tinggi dan rendah di dalam administrasi Gereja dikuasai oleh keluarga tertentu. Kecuali itu ciri khas monastik sangat kuat mewarnai kehidupan Gereja Keltik Irlandia. Pemimpin sekolah-sejolah biara adalah uskup dan orang-orang dari keluarganya sendiri. Ketika terjadi penggebrekan oleh para bajak laut Denmark, ribuan rahib dibunuh; ada yang melarikan diri ke luar negeri. Dalam situasi itu anggota keluarga uskup yang berstatus awam menjaga kekayaan biara. Kehidupan keagamaan merosot dan biara-biara tak terpelihara baik. Orang-orang awam yang menguasai kekayaan biara menganggap kepemimpinan biara sebagai hak turunan.

Renungan Hari Senin Biasa XXXI - Thn II

Renungan Hari Senin Biasa XXXI, Thn A/II
Bac I    Flp 2: 1 – 4; Injil                    Luk 14: 12 – 14;

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kebahagiaan bukan terletak pada balas jasa orang atas kebaikan yang diperbuat, melainkan karena telah memberi. Hal ini diungkapkan Tuhan Yesus lewat perumpamaan mengundang orang ke pesta. Tuhan Yesus meminta pendengar-Nya untuk tidak mengundang orang yang dapat membalas kebaikan kita, melaikan mengundah orang yang tak dapat membalasnya. Orang yang seperti inilah yang dikatakan Tuhan Yesus sebagai orang berbahagia. Di sini Tuhan Yesus mau mengajak kita untuk tidak hanya memperhatikan kepentingan sendiri, melainkan kepentingan orang lain atau mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.

Apa yang disampaikan Yesus dalam Injil, kembali mendapat tekanan dalam bacaan pertama. Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Paulus mengajak umat untuk tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya Paulus meminta mereka untuk membangun sikap rendah hati dengan menganggap orang lain lebih utama dari diri sendiri serta mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi.

Banyak orang membangun relasi dengan sesama yang dapat balik menyenangkan dirinya. Ada asas do ut des, saya memberi, maka saya akan menerima. Orang berlaku baik kepada sesamanya karena dengan perhitungan dirinya akan menerima juga darinya. Kita merasa bahagia memberi karena kita tahu suatu saat kita balik menerima. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mengubah pola pikir seperti itu. Tuhan mengajak kita untuk tetap berbahagia tanpa memikirkan balasan. Melalui sabda-Nya Tuhan menghendaki kita supaya bersikap rendah hati dan mau mendahulukan kepentingan orang lain, bahkan mereka yang sering kurang diperhitungkan.

by: adrian