Minggu, 30 Agustus 2015

Ziarah ke Israel #14

VIA DOLOROSA
Pada hari keempat, persis pada hari Jumat, kami mengadakan ibadah jalan salib. Di sini kami mencoba menyusuri jalan yang dulu pernah dilalui Tuhan Yesus saat memikul salib-Nya menuju puncak Kalvari.
Sekedar diketahui, saat ini lokasi jalan salib itu berada di permukiman muslim. Jalan salib kini berada di keramaian pasar. Untungnya, saat kami melakukan ibadah jalan salib, kios dan toko-toko belum pada buka, sehingga suasana doa masih terjaga.

Renungan Hari Minggu Biasa XXII - B

Renungan Hari Minggu Biasa XXII, Thn B/I

Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Ulangan. Di sini dikisahkan tentang sabda Allah kepada umat Israel yang akan memasuki negeri yang diberikan Tuhan. Sebelum mereka menduduki negeri tersebut, Tuhan Allah memberikan beberapa petunjuk. Dalam petunjuk itu terkandung juga nasehat agar bangsa Israel melaksanakan segala perintah Allah dengan setia. Mereka dilarang untuk menambahi dan menguranginya (ay. 2). Di sini Tuhan Allah menghendaki supaya umat Israel hidup sesuai dengan ketetapan yang diberikan Tuhan.
Dalam perjalanan waktu, setelah bangsa Israel menduduki negeri itu, kehidupan pun semakin berkembang. Mulailah muncul tradisi-tradisi yang ditetapkan oleh nenek moyang. Tradisi-tradisi itu bersifat mengikat. Menjadi persoalan, tradisi itu akhirnya mengalahkan ketetapan Allah. Hal inilah yang terlihat dalam Injil hari ini. Serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat mengkritik Tuhan Yesus yang membiarkan beberapa murid-Nya makan tidak sesuai dengan tradisi, yaitu membasuh tangan sebelum makan (ay. 2). Tuhan Yesus balik mengkritik mereka. “Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.” (ay. 8). Di sini Tuhan Yesus ingin menyadarkan orang Farisi dan ahli Taurat akan kehendak Allah untuk setia pada ketetapan-Nya.
Oleh karena itu, dalam suratnya, yang menjadi bacaan kedua hari ini, Yakobus mengajak umat untuk setia kepada kehendak Allah. Kehendak Allah itu dapat dilihat atau dibaca dalam firman-Nya (Kitab Suci). Yakobus meminta umat untuk membuang semua kekotoran dan kejahatan dari dalam diri dan berusaha menerima sabda Tuhan dalam hati (ay. 21). Akan tetapi, Yakobus tidak hanya berhenti pada status penerima sabda saja. Ia menasehati supaya umat juga menjadi pelaku sabda (ay. 22). Artinya, sabda Tuhan yang telah diterima diterapkan dalam kehidupan.
Tak dapat dipungkiri, kita hidup dengan tradisi dan adat istiadat leluhur. Jauh sebelum kita mengenal Kristus, nenek moyang kita sudah hidup dalam tradisi. Dan ketika kita menjadi pengikut Kristus, tradisi itu pun masih melekat dengan kehidupan kita. Sabda Tuhan hari ini bukan bertujuan agar kita menyingkirkan semua tradisi itu. Melalui sabda-Nya, Tuhan menghendaki agar kita tidak mengalahkan kehendak Allah demi suatu tradisi. Kehendak Allah adalah yang utama. Bisa juga dikatakan bahwa jika suatu tradisi bertentangan dengan kehendak Allah, kita harus meninggalkannya. Dan sama seperti dulu kita hidup sesuai dengan tradisi, sekarang juga, setelah menjadi pengikut Kristus, kita hidup sesuai dengan kehendak Allah. Kehendak Allah, yang ada dalam Kitab Suci, hendaknya menjadi pedoman hidup kita.***
by: adrian