Senin, 03 Maret 2014

(Inspirasi Hidup) Kebaikan Semu

KEBAIKAN YANG KELIHATAN BAIK

Ini bukan kisah nyata, melainkan hanyalah sebuah cerita rekayasa. Akan tetapi, cerita ini jamak ditemui dalam kehidupan nyata. Karena itu, jika ada kesamaan ide ataupun cerita dalam kehidupan nyata, itu hanyalah kebetulan semata. Begini awal kisahnya.

Suatu siang seorang pimpinan, yang biasa disapa Boss, mengajak rekan-rekan kerjanya, yang adalah bawahannya untuk makan-makan di sebuah restoran. Katanya, lagi ada momen. Tak lupa juga sang boss menelpon beberapa rekan akrabnya untuk bergabung. Siang itu, suasana ramai dan ceria. Semua makan sampai kenyang dan, sudah tentu, puas.

Bagi seorang karyawan biasa, hal ini merupakan sebuah berkah. Udah waktu kerja dipotong, dapat makan gratis lagi. Enak pula. Tentulah semua karyawan sependapat bahwa sang boss itu adalah pimpinan yang baik. Bukan tidak mustahil, akan muncul harapan agar sering-sering dilakukan seperti ini.

Akan tetapi, setelah pulang ke kantor, sang boss menyerahkan nota biaya pesta tadi ke bendahara. Tak lama kemudian, bendahara menyerahkan sejumlah uang kepada boss sesuai dengan angka yang tertulis dalam nota tadi. Dia sudah mencatatkan dalam laporan pembukuan. Dalam laporan keuangan dia menulis biaya syukuran. Itu hanya dia dan boss saja yang tahu.

Tak ada karyawan lain yang tahu soal peristiwa penggantian uang itu, selain bendahara. Karyawan lain hanya tahu bahwa bossnya adalah orang yang baik, pimpinan yang murah hati dan mau mentratir bawahannya. Mereka berharap supaya para pemimpin itu sebaik boss mereka.

Karyawan lain tidak tahu kalau biaya pesta itu diambil dari uang perusahaan. Uang perusahaan berarti juga uang mereka. Sang boss menggunakannya agar terlihat kesan bahwa dia baik, suka memperhatikan bawahan.

Inilah kebaikan yang terlihat baik; atau kebaikan yang seolah-olah baik. Dengan kata lain, kebaikan semu.

Dalam kehidupan bernegara, sering kita temukan kebaikan seperti ini. Salah satu contohnya adalah BLT (Bantuan Langsung Tunai). Bantuan ini diberikan pemerintah atas dampak kenaikan BBM yang berpengaruh kepada kenaikan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat. Di mata masyarakat, mereka melihat SBY itu presiden yang baik, mau bagi-bagi duit. Karena itulah, SBY terpilih lagi menjadi presiden untuk periode kedua. Salah satu alasan pemilih adalah SBY bagi-bagi duit. Mereka tidak tahu kalau duit itu bukanlah duit SBY, melainkan duit rakyat sendiri.
  Jakarta, 2 Maret 2014

by: adrian

Pesan Gembala Baik

KETIKA BENCANA MELANDA
Kita semua tahu selama dua bulan terakhir ini (Januari – Februari 2014) banyak wilayah di tanah air kita mengalami bencana alam seperti banjir, longsor, letusan gunung-gunung berapi dan berbagai bencana lain. Memang bisa diperdebatkan apakah semua itu bisa disebut bencana alam ataukah sebenarnya bencana yang disebabkan ulah manusia atau kombinasi kedua-duanya. Apapun kesimpulan perdebatan itu, yang ada di depan kita adalah korban yang jumlahnya banyak.

Dalam konteks atau suasana seperti itu, kisah-kisah Injil tertentu dapat mempunyai daya yang istomewa, lebih daripada ketika kita berada dalam keadaan biasa tanpa bencana. Dalam banyak kesempatan, secara berulang-ulang diceritakan ketika melihat berbagai macam penderitaan, hati Yesus tergerak oleh belas kasihan. Kisah mengenai Yesus yang hati-Nya tergerak oleh belas kasih (Mrk 6: 30 – 34) ini dibacakan pada hari Sabtu, 8 Februari 2014, ketika masih terjadi banjir di Jakarta. Belas kasih yang ditunjukkan oleh Yesus dalam peristiwa ini mempunyai arti yang sama dengan kemurahan hati yang disebut Yesus ketika Ia berkata, “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Luk 6: 36). Kata lain yang juga sering dipakai untuk mengungkapkan watak pribadi yang sama adalah bela rasa. Atas dasar ini kita bisa mengatakan bahwa murah hati, berbelas kasih, berbela rasa adalah watak Allah. Dengan demikian, semakin watak dan hidup kita ditandai oleh kemurahan hati, belas kasih dan bela rasa, semakin nyata hakikat pribadi kita sebagai citra Allah.

Dalam bahasa biasa, keutamaan-keutamaan itu disebut kompetensi etis. Ketika melihat penderitaan korban apapun, seorang yang mempunyai kompetensi etis akan bertanya, “Apa yang harus saya lakukan untuk membantu korban?” Harapannya, kompetensi etis ini dilengkapi dengan kompetensi etis lain, yaitu kemampuan untuk bekerja sama. Maka pertanyaannya menjadi, “Apa yang harus kita lakukan supaya korban terbantu?”

Semakin kreatif kita menjawab pertanyaan yang diajukan dalam situasi yang berbeda-beda, semakin nyata pula Kerajaan Allah hadir di tengah-tengah dunia. Marilah kita ikut melibatkan diri dengan satu dan lain cara dalam gerakan-gerakan seperti itu.

Salam dan Berkat Tuhan untuk Anda, keluarga dan komunitas Anda,
+ I. Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta

Orang Kudus 3 Maret: St. Nikolo d'Albergati

SANTO NIKOLO D”ALBERGATI, PENGAKU IMAN

Nikolo hidup pada tahun 1375-1443. Ia pernah menjadi rahib dalam Ordo Kartusian. Kemudian ia diangkat menjadi Kardinal dan duta kePausan untuk mengadakan perdamaian dengan raja Jerman dan Prancis. Ia dengan gigih membela hak Paus dalam konsili dan memberikan sumbangan besar untuk memajukan Ilmu Pengetahuan.

Renungan Hari Senin Biasa VIII - Thn II

Renungan Hari Senin Biasa VIII, Thn A/II
Bac I   : 1Ptr 1: 3 – 9; Injil            : Mrk 10: 17 – 27

Sabda Tuhan hari ini berbicara tentang sikap terhadap harta kekayaan. Dalam Injil, Markus menceritakan kisah orang kaya yang ingin memperoleh kehidupan kekal kelak namun merasa berat untuk meninggalkan kekayaannya. Ada kesan, ia mau membawa kekayaannya itu juga ke dalam kehidupan kekal. Di sinilah akhirnya Yesus memberikan pengajaran-Nya, bahwa kekayaan dapat menjadi penghalang bagi manusia untuk menikmati kebahagiaan abadi. Halangan itu bukan bersumber pada kekayaan itu sendiri, melainkan dari sikap yang terikat pada kekayaan itu. Yesus mengajak para murid-Nya untuk bersikap lepas bebas atau tidak terikat pada harta kekayaan.

Dalam bacaan pertama, melalui suratnya yang pertama, Rasul Petrus kembali mengingatkan pengajaran Sang Guru soal sikap terhadap harta kekayaan. Petrus mengingatkan bahwa jemaat sebenarnya memiliki harta yang sangat tinggi nilainya melebihi emas. Harta itu adalah iman akan Kristus Yesus. Oleh karena itu, Rasul Petrus mengajak jemaat untuk memelihara harta mulia itu dalam hidupnya. Karena harta itulah yang nanti akan memberikan keselamatan jiwa kelak.

Tujuan akhir hidup setiap manusia adalah kebahagiaan abadi, di mana nanti kita akan hidup bersama Allah dan para kudus yang sudah mendahului kita. Dalam perjalanan menuju tujuan akhir itu, setiap kita selalu mendapatkan tantangan, godaan dan halangan. Salah satu penghalang yang dibicarakan sabda Tuhan hari ini adalah sikap terikat pada harta kekayaan duniawi. Tuhan menghendaki supaya kita bersikap bebas, tidak bergantung pada kekayaan, sehingga hati kita terarah kepada kehendak Allah.

by: adrian