Minggu, 22 November 2015

Sekilas tentang Pengakuan Dosa

MENGENAL SAKRAMEN TOBAT
Salah satu poin penting pada masa Tahun Suci Kerahiman adalah pertobatan. Umat diajak untuk bertobat, karena pertobatan merupakan sarana, yang darinya umat mendapatkan kerahiman Allah berupa pengampunan dosa. Dengan pengampunan dosa, kita memperoleh belas kasih Allah, sehingga kita berdamai kembali dengan Allah. Paus Benediktus XVI pernah berkata, “Tidak benar jika kita berpikir harus hidup sedemikian rupa sehingga kita tidak pernah membutuhkan pengampunan. Kita harus menerima kelemahan kita, tetapi terus berjalan, tidak menyerah tetapi bergerak maju dan bertobat menjadi baru kembali melalui Sakramen Pengampunan Dosa sebagai langkah awal, tumbuh dan menjadi dewasa dalam Tuhan oleh persekutuan kita dengan Dia.”
Hendaklah di tahun penuh rahmat ini umat benar-benar memanfaatkan pertobatan. Tobat ada karena ada dosa. Setiap manusia pastilah berdosa. Yohanes dalam suratnya yang pertama menulis, “Jika kita berkata bahwa kita tidak berdosa, kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.” (1Yoh 1: 8). Karena itu, St. Yohanes Maria Vianney berkata, “Setelah jatuh, segeralah bangkit kembali! Jangan biarkan dosa di dalam hatimu bahkan untuk sejenak!” Pastor dari Ars ini mengajak kita untuk menggunakan sarana yang ada, yaitu Sakramen Tobat. “Allah sangat menghargai pertobatan sehingga sekecil apa pun pertobatan di dunia, asalkan itu murni, menyebabkan Dia melupakan segala jenis dosa, bahkan setan pun akan diampuni semua dosanya, jika saja mereka memiliki penyesalan,” demikian kata St. Fransiskus de Sales.
“Pertobatan yang tulus adalah menghindari kesempatan untuk berbuat dosa,” ujar St. Bernardus Clairvaux. Dengan bertobat, kita diminta untuk tidak mengulangi dosa-dosa yang telah diakukan. Yang penting kita mau datang ke ruang pengakuan dengan rasa sesal dan niat untuk bertobat. Jangan suka menunda. Yohanes Maria Vianney menasehati, “Kita selalu menunda pertobatan kita lagi dan lagi sampai ajal tiba. Tapi siapa bilang bahwa kita masih akan memiliki waktu dan kekuatan untuk itu?” Karena itu, bertobatlah sekarang!
Mgr Ignatius Suharyo, dalam bukunya The Catholic Way (2009: 25), mengatakan ada tiga proses pertobatan. ketiga proses itu adalah [1] Pengakuan Pujian. Proses tobat diawali dengan menyadari dan mengalami kebaikan/anugerah Allah dalam hidup. Namun anugerah ini tidak ditanggapi dengan baik. Kita sering gagal dan jatuh. Pengakuan inilah yang diungkapkan dalam [2] Pengakuan Mengenai Hidup. Kita sadari dan akui kegagalan dan kejatuhan kita. Namun, sekalipun sering jatuh, kita tetap percaya bahwa kasih setia dan kerahiman Allah tanpa batas. Inilah yang dinyatakan dalam [3] Pengakuan Iman. Dengan demikian Sakramen Tobat pertama-tama membantu kita untuk mengalami kasih setia dan kerahiman Allah, bukan untuk menuduh diri kita.
Apa saja yang harus dipersiapkan untuk pertobatan/pengakuan? Pertama-tama kita harus mengadakan pemeriksaan batin. Dari sini muncullah perasaan bersalah dalam hati. Banyak orang berpikir bahwa perasaan bersalah dapat diatasi secara psikologis. Tetapi, pentinglah mengamati rasa bersalah yang asli. Perasaan bersalah menghasilkan kerinduan untuk menjadi lebih baik; inilah yang disebut penyesalan. Dari penyesalan ini muncul niat untuk mengubah hidup menjadi lebih baik dan menaruh semua harapan pada pertolongan Allah. Kemudian kita datang ke bapa pengakuan, menyatakan dosa dan mengakui telah melakukannya. Terakhir imam akan memberikan penitensi.

Renungan HR Kristus Raja Semesta Alam - B

Renungan HR Kristus Raja Semesta Alam, Thn B/I
Bac I  Dan 7: 13 – 14; Bac II               Why 1: 5 – 8;
Injil    Yoh 8: 33 – 37;
Tema bacaan hari ini adalah Raja. Sosok raja dalam bacaan liturgi hari ini mengacu pada diri Tuhan Yesus. Bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Nabi Daniel, berkisah tentang penglihatan Daniel. Dalam penglihatan itu, Daniel melihat sosok anak manusia yang diberi kekuasaan sebagai raja (ay. 14). Penglihatan Daniel akan Anak Manusia diperjelas oleh Yohanes dalam bacaan kedua, yang diambil dari Kitab Wahyu. Dalam kitabnya itu, Yohanes melihat bahwa anak manusia dalam penglihatan Daniel adalah sosok Yesus Kristus.
Dan dalam Injil, dalam dialog Tuhan Yesus dengan Pilatus, tampak jelas penegasan akan diri Tuhan Yesus sebagai Raja. Namun Tuhan Yesus menjelaskan bahwa "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini." (ay. 36). Dapat dikatakan bahwa kerajaan yang dimaksud oleh Tuhan Yesus bukan semata kerajaan duniawi, melainkan juga rohani.
Jadi, bisa dikatakan bahwa semua bacaan-bacaan liturgi hari ini mau mengatakan kepada kita bahwa Tuhan Yesus adalah Raja. Ini dikaitkan dengan perayaan yang kita rayakan, yaitu Kristus, Raja Semesta Alam. Akan tetapi, kita tetap harus menyadari, sekalipun dikatakan bahwa Yesus Kristus adalah Raja Semesta Alam, ke-raja-an-Nya bukan dalam artian politik duniawi, melainkan dalam pengertian spiritual rohani.
Sabda Tuhan menghendaki agar kita menyadari akan ke-raja-an Tuhan Yesus. Dialah Raja Semesta Alam. Sebagai raja Dia menguasai alam. Kita adalah bagian dari alam. Karena itu, kita juga termasuk hal yang dikuasainya. Akan tetapi, itu pun tergantung pada kesediaan diri kita membuka hati kita. Lewat sabda-Nya hari ini dan dengan perayaan Kristus Raja Semesta Alam ini, Tuhan mengajak kita untuk mau membuka hati dan diri kita agar Tuhan Yesus masuk dan merajai diri kita. Tuhan juga mau mengajak keluarga-keluarga katolik untuk bersedia membuka hatinya agar Tuhan Yesus dapat masuk dan merajai keluarganya.***
by: adrian