Sabtu, 04 April 2015

Islam dan Radikalisme

RADIKALISME KELANJUTAN ISU INTOLERANSI
Kasus beredarnya buku pendidikan agama Islam yang berisi ajaran radikal bukan fenomena baru, melainkan kelanjutan dari isu besar persoalan intoleransi di Indonesia. Setiap tahun, kondisi intoleransi di sekolah-sekolah mengalami eskalasi peningkatan.
“Kita sangat prihatin melihat kondisi sekolah yang intoleransinya terus meningkat. Studi ini beberapa kali sudah dilakukan. Kejadian akhir-akhir ini hanyalah konfirmasi bahwa betul ada masalah di dunia pendidikan kita,” kata Cendekiawan Muslim, Budhy Munawar Rachman, Rabu (1/4), di Jakarta.
Seperti diberitakan sejumlah media massa, di Bandung (Jawa Barat) dan Jombang (Jawa Timur) beredar buku Kumpulan Lembar Kerja Peserta Didik Pendidikan Agama Islam Kelas XI SMA dengan kutipan, diperbolehkan membunuh orang musyrik.
Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Nur Syam membenarkan adanya peredaran buku yang mencantumkan aspek historis ajaran kekerasan di dalam agama. Ajaran itu menimbulkan radikalisme yang tak sesuai aspek antropologis dan sosiologis Indonesia sehingga buku harus ditarik (Kompas cetak, 1/4).
Menurut Budhy, pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama, harus memberi perhatian serius pada masalah ini. Jika ini dibiarkan, intoleransi yang terus menguat akan berkembang menjadi radikalisme, yang selangkah lagi akan bertumbuh menjadi terorisme.
Selain menghentikan peredaran buku-buku yang berisi ajaran radikal, menurut Budhy, guru-guru agama serta PPKN perlu dibantu untuk bisa mengembangkan paham-paham toleransi kebangsaan. Mereka juga perlu dilatih mengembangkan sikap inklusif.
“Jika guru-guru agama dan PPKN kita eksklusif, mereka justru akan menguatkan arus radikalisme di sekolah,” ujar Budhy.
Bisa Ditelusuri
Tokoh agama yang juga Guru Besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Romo Franz Magnis-Suseno SJ menyatakan, semestinya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak menerbitkan buku-buku yang menganjurkan perbuatan yang bertentangan dengan hukum dan Undang-Undang Dasar di Indonesia. Hal ini merupakan pegangan pokok.
“Apakah buku seperti itu baru beredar sekarang atau sudah lama bisa ditelusuri. Kalau baru pertama kali muncul, bisa dicek siapa yang menyusun dan mengapa bisa demikian?” katanya.
Menurut Romo Magnis, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan perlu bertanya dan meminta pendapat kepada pemuka agama yang bersangkutan, dalam hal ini agama Islam, tentang isi buku pendidikan agama yang benar-benar sesuai dengan kaidah Islam dan tidak melanggar hukum serta UUD.
Secara terpisah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan menyatakan, buku-buku yang tak layak akan ditarik dan diperbaiki. “Kita akan mereformasi tata kelola perbukuan,” kata Anies, Selasa (31/3).
Keresahan akan penyebaran radikalisme membuat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika, memblokir 19 situs web yang diduga menyebarkan radikalisme. Namun, kebijakan itu diprotes tujuh perwakilan pengelola situs, yakni aqlislamiccenter.com, hidayatullah.com, kiblat.net, salam-online.com, panjimas.com, arrahmah.com, dan gemaislam.com
Baca juga tulisan lainnya:

Orang Kudus 4 April: St. Benediktus Moor

SANTO BENEDIKTUS MOOR, BIARAWAN
Benediktus Moor lahir di sebuah desa kecil dekat Messina, Sisilia, pada tahun 1526. Ia adalah orang negro pertama yang digelari “kudus” oleh Gereja. Ia disebut juga “Benediktus Hitam”, karena warna kulitnya yang hitam. Orang tuanya adalah budak belian asal Ethiopia yang bekerja pada seorang orang kaya di Sisilia. Karena kesalehan hidup mereka, sang majikan memberikan status merdeka pada Benediktus.
Oleh orang tuanya yang saleh itu, Benediktus mendapat pendidikan yang baik terutama dalam hal-hal yang menyangkut penghayatan iman kristen. Ia berkembang menjadi orang Kristen yang saleh. Seorang imam Fransiskan yang menyaksikan cara hidup Benediktus segera mengajaknya untuk masuk Ordo Fransiskuan. Benediktus menyambut baik ajakan ini. Ia menjadi seorang bruder dan bekerja sebagai juru masak di biara Santa Maria di Palermo. Kesalehan hidupnya membawanya ke jenjang pimpinan biara, kendatipun ia tidak tahu menulis dan membaca. Dalam kepemimpinannya, ia berhasil menciptakan suatu suasana baru dalam biaranya.
Banak orang yang datang meminta nasehat dan bimbingan rohani padanya. Ia dianugerahi kemampuan untuk menerangkan masalah-masalah doktrinal dan rohani. Ia meninggal pada tahun 1589
sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 4 April:

Renungan Vigili Paskah, Thn B

Renungan Hari Vigili Paskah, Thn B/I
Bac I    Kel 14: 15 – 15: 1; Bac II                 Yes54: 5 – 14;
Bac III Bar 3: 9 – 15, 32 – 4: 4; Bac Epistola         Rom 6: 3 – 11;
Injil      Mrk 16: 1 – 8;

Hari ini umat katolik bersiap menyambut perayaan kebangkitan Tuhan Yesus. Kemarin Tuhan Yesus mengalami sengsara dan wafat di salib. Semua itu demi penebusan dosa umat manusia. Bagi banyak orang, kematian-Nya merupakan kekalahan. Kematian Tuhan Yesus seperti membuat orang kehilangan harapan. Padahal, melalui kematian itulah Yesus membawa penebusan. Hal ini mirip dengan peristiwa pembebasan bangsa Israel dalam Kitab Keluaran. Ketika berhadapan dengan laut Merah, bangsa Israel sudah kehilangan harapan. Lepas dari perbudakan Mesir dikira awal kehidupan baru, namun mereka masih menghadapi maut: di depan ada laut terbentang luas, sementara di belakang tentara Mesir siap membantai. Namun Tuhan hendak menunjukkan kemuliaan-Nya, bukan hanya kepada bangsa Israel tetapi juga bangsa Mesir.

Peristiwa pembebasan di atas mau menunjukkan bahwa Allah sangat menyayangi umat-Nya. Allah tidak ingin umat pilihan-Nya binasa. Dia akan menyelamatkan mereka. Peristiwa tersebut melahirkan “perjanjian” antara Allah dengan manusia. Tuhan akan menjadi Allah umat manusia, dan mereka menjadi umat-Nya. Ada banyak ungkapan untuk melukiskan relasi ini, seperti suami-isteri, Guru-murid, dll. Hal ini terlihat dalam Kitab Nabi Yesaya dan Barukh. Yesaya mengatakan bahwa Tuhan, yang menjadi penebus, akan menjadi Allah seluruh bumi (ay. 5). Jika mereka setia kepada-Nya, maka Tuhan menganugerahkan kesejahteraan.

Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Roma, mencoba merefleksikan peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus. Bagi Paulus, kebangkitan Kristus tak bisa dilepaskan dan dipisahkan dari kematian-Nya. Hal ini mirip dengan peristiwa pembebasan umat Israel dalam Kitab Keluaran. Hal ini untuk menekankan kemuliaan Allah. Sebagaimana umat Israel, setelah mengalami kemuliaan Allah, mereka bersyukur, memuji dan memuliakan Allah, hendaknya kita pun demikian. Paulus mau mengajak umat untuk menyadari bahwa kebangkitan Kristus merupakan penebusan atas dosa-dosa umat manusia, sehingga umat “hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.” (ay. 11).

Injil hari ini melukiskan situasi para murid yang kehilangan harapan karena kematian Tuhan Yesus. Mereka bersedih. Mereka melihat kematian itu sebagai bentuk kekalahan. Akan tetapi, Tuhan mengubah pandangan mereka. Karena itu, kepada tiga perempuan yang mengunjungi makam Tuhan Yesus untuk merempah-rempahi-Nya, diberitahukan bahwa Dia sudah bangkit. Kebangkitan-Nya merupakan keselamatan bagi umat manusia.

Sabda Tuhan hari ini mau menegaskan kepada kita bahwa Allah sangat mencintai kita. Allah tidak mau kita binasa. Dia akan menyelamatkan kita. Bacaan suci hari ini menyadarkan kita bahwa penyelamatan Allah terjadi melalui kematian Tuhan Yesus. Ada kematian, ada keselamatan. Melalui sabda-Nya hari ini, Tuhan menghendaki kita, sebagaimana disampaikan Paulus dalam bacaan epistola hari ini, bahwa untuk mencapai keselamatan, kita harus mengalami kematian. Kematian di sini bukan dalam arti harafia, melainkan spiritual. Kita diajak untuk mematikan dosa-dosa kita. Atau dengan kata lain, Tuhan mengajak kita untuk memakukan dosa-dosa kita di salib. Dengan ini rahmat keselamatan akan tercurahkan atas kita.

by: adrian