Sabtu, 28 Februari 2015

Ternyata.....

Namanya Yudas Elang Putra Bungsu. Ia adalah imam diosesan. Kebanyakan umat memanggilnya: Romo Yudas. Tapi di kalangan OMK, karena kegesitannya, dia disapa Romo Elang. Kata “Elang” pada namanya merupakan pemberian pamannya dengan sebuah harapan kelak dirinya menjadi orang kaya. Menurut pamannya, orang kaya adalah orang yang cepat membaca dan memanfaatkan peluang. Nah, cepat membaca dan memanfaatkan peluang itu, bagi pamannya, identik dengan burung elang. Karena burung elang, sekalipun terbang tinggi di angkasa, namun cepat melihat mangsa dan menyergapnya.

Maklumlah, mereka berasal dari keluarga miskin. Wajar donk jika berharap menjadi kaya: punya banyak uang, rumah bak istana dan kemewahan lainnya. Tak ada manusia yang ingin menjadi miskin. Malah menurut kitab suci, khususnya perjanjian lama, kemiskinan itu dilihat sebagai kutukan, sedangkan kaya sebagai berkat. Orang selalu menghindari kemiskian. Karena itu, setiap orang miskin tentu berkeinginan menjadi kaya. Demikianlah harapan pamannya yang sekaligus berperan sebagai orang tuanya setelah ibu dan ayahnya meninggal dunia.

Namun ketika Yudas memutuskan masuk seminari karena ingin menjadi imam, sang paman langsung tak bergairah. Harapan menjadi kaya jadi sia-sia, karena seorang imam tak boleh menjadi kaya. Janji kemiskinan membuat imam dilarang memiliki harta berlimpah. Akan tetapi ia tak dapat menghalangi niat Yudas, karena akan buruk penilaian umat kepadanya. Masak demi harta dia mengagalkan panggilan suci anaknya. Pastilah orang mengira dirinya kemaruk.

Sebenarnya Yudas sendiri, waktu itu, masih bingung dengan motivasinya menjadi imam. Di satu sisi ia mau mengabdikan diri pada Gereja, melayani umat Allah; tapi di sisi lain ia mau mewujudkan harapan pamannya sebagai balas budi. Yudas tetap menyimpan semua itu dalam hati. (Seperti Bunda Maria). Ia membiarkan waktu yang menjawab.

Dan ternyata, Yudas dapat menjawab kedua-duanya. Ia bisa menjadi imam dan bisa juga menjadi kaya. Belum ada lima tahun usia imamatnya, ia sudah bergelimang uang dan harta. HP yang dia punya tidak cukup hanya dua, dan semuanya berharga di atas empat juta. Laptop ada, tablet juga. Kamera DLSR dan handicam juga ada. Ada cerita, sekarang Yudas lagi membangun rumah bak istana di desa.

Akhirnya sang paman bangga. Sekarang mereka dipandang sebagai orang kaya di desa. Ternyata dia dapat wujudkan harapanku dan cita-citanya, guman sang paman. “Ternyata Yudasku bisa baca kesempatan dan peluang yang ada untuk menjadi kaya. Kau tetaplah Elangku.”

“Ya, aku elang, paman! Dan masih tetap sebagai elang,” ujar Yudas suatu ketika. “Macan akan tetap menjadi macan sekalipun ia hidup dan besar di kandang kambing.”

“Ternyata kau ponakan paman yang membanggakan!”

Renungan Hari Sabtu Prapaskah I - B

Renungan Hari Sabtu Prapaskah I, Thn B/I
Bac I  Ul 26: 16 – 19; Injil         Mat 5: 43 – 48;

Bacaan pertama hari ini, yang diambil dari Kitab Ulangan, berbicara soal perjanjian antara Allah dan umat Israel. Isi perjanjiannya adalah bahwa Yahwe akan menjadi Allah orang Israel dan orang Israel menjadi umat kesayangan-Nya. Allah akan memperhatikan dan menjaga umat pilihan-Nya ini, serta mengangkat mereka menjadi bangsa ternama dan terhormat. Namun umat diminta untuk “hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada ketetapan, perintah serta peraturan-Nya, dan mendengarkan suara-Nya.” (ay. 17). Ada relasi timbal-balik antara manusia dan Allah.

Salah satu perintah Tuhan yang diwartakan Matius dalam Injil hari ini adalah perintah kasih. Tuhan Yesus memintah para murid-Nya untuk mewujudkan perintah kasih ini bukan hanya kepada sesama yang telah berbuat kasih kepada kita, melainkan kepada musuh, yaitu orang yang pernah berbuat jahat dan menyakiti kita. “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (ay. 44). Tuhan Yesus meminta ini karena Ia ingin agar kita bisa menjadi serupa dengan Allah, yang berbuat baik, entah kepada orang baik maupun kepada orang jahat.

Masa prapaskah merupakan masa tobat. Pada masa ini, melalui sabda Tuhan, kita disadarkan bahwa kita adalah umat kesayangan Allah. Namun status ini bukan berarti kita lepas dari tuntutan. Kita tetap diminta untuk menjadi sempurna seperti Bapa di sorga. Masa prapaskah mempunyai tiga aktivitas utama, di mana salah satunya adalah amal kasih. Sabda Tuhan hari ini menghendaki kita untuk mewujudkan itu di masa prapaskah ini. Amal kasih, sebagai buah-buah pertobatan, hendaknya ditujukan kepada sesama kita tanpa memandang suku, ras, agama atau pun sentimen lain.

by: adrian