Sabtu, 31 Oktober 2015

(Sharing Iman) Rosario Menyelamatkan Ibuku

MELAWAN KANKER BERSAMA ROSARIO
Aku memberikan kesaksianku dengan sangat senang hati. Aku berjanji kepada Tuhan Yesus, jika ibuku disembuhkan, aku akan memberikan kesaksian agar orang-orang dapat membacanya dan mengerti bagaimana Tuhan Yesus menolong dan memperhatikan kita di dalam kemalangan kita. Semuanya berawal sepuluh tahun yang lalu. Ibuku diketahui menderita kanker payudara dan harus dioperasi. Ia menjalani kemoterapi dan radiasi selama lebih dari dua tahun. Puji Tuhan, ibuku selamat!
Awal tahun ini payudaranya yang satu mulai mengeluarkan nanah berwarna kuning kecoklatan. Situasi yang sangat menyedihkan. Dengan sangat sedih, ibuku berkata kepadaku, “Semuanya mulai dari awal lagi.” Aku segera menelepon saudariku yang sedang bekerja dan memberitahu dia apa yang terjadi. Pada hari berikutnya, ibuku berkonsultasi dengan dokter di IPO Coimbra. Ia sudah biasa ke sana setiap tahun untuk pemeriksaan berkala. Dokter menyampaikan kepadanya bahwa ia akan segera menganalisis cairan yang keluar dari puting payudaranya itu. Namun hasilnya baru bisa diketahui delapan hari kemudian.
Delapan hari penantian itu menjadi hari-hari menderita. Berhubung kami sudah mengenal buku Rosario Pembebasan, saudariku dan aku mulai berdoa novena. Pada waktu itu kami berdoa Rosario Pembebasan dua sampai tiga kali sehari. Keponakan-keponakanku juga berdoa bersama kami. Dengan iman yang sungguh-sungguh kami berdoa memohon kepada Tuhan Yesus agar Ia berbelas kasih kepada ibu kami. Tuhan Yesus mendengarkan doa kami.
Sesudah hari kedelapan, kami akan segera mengetahui hasilnya. Kami sangat gelisah dan aku mempunyai perasaan yang tidak baik sama sekali. Ketika ibuku menelepon, kami berdua menangis karena hasil analisisnya adalah negatif. Itu bukan kanker, tetapi hanya infeksi dan sekarang ibuku sudah semakin sehat.
Rahmat inilah yang paling aku inginkan. Tetapi lebih banyak lagi rahmat yang diberikan kepada keluarga dan untuk perlindungan anak putriku dan semua wanita. Terima kasih Tuhan Yesus karena menjadi Sahabat sejati yang begitu baik. Terima kasih Yesus. Terima kasih!
kesaksian dari Helena, Portugal, diambil dari Rosario Pembebasan
Baca juga tulisan lainnya:

Ziarah ke Israel #22

TERAPUNG DI LAUT MATI
Perziarahan hari kelima ini ditutup dengan menikmati Laut Mati. Ini sama sekali tidak ada kaitan dengan situs ziarah. Kegiatan ini murni rekreasi atau refreshing. Di samping itu, saya juga ingin “membuktikan” omongan orang selama ini bahwa di Laut Mati kita bisa terapung.
Dan…., luar biasa. Saya yang selama ini selalu tenggelam jika berenang di laut, kini benar-benar mengapung. Seakan ada yang menahan saya agar tetap berada di permukaan.

Renungan Hari Sabtu Biasa XXX - Thn I

Renungan Hari Sabtu Biasa XXX, Thn B/I

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus menyampaikan pengajaran tentang sikap rendah hati dengan menggunakan perumpamaan. Ini berawal dari pengamatan Tuhan Yesus terhadap perilaku kebanyakan orang. Diceritakan bahwa pada suatu hari di sebuah acara, Tuhan Yesus melihat “tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan.” (ay. 7). Di sini terlihat bahwa mereka berjuang untuk dihormati. Dari sinilah kemudian Tuhan Yesus menyampaikan perumpamaan-Nya. Tuhan Yesus mau mengajak para murid-Nya untuk tidak gila hormat. Dengan kata lain, mereka diminta untuk memiliki sikap rendah hati (ay. 11).
Memiliki sikap rendah hati kembali ditekankan Paulus dalam bacaan pertama hari ini. Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus menyampaikan refleksinya tentang perjalanan sejarah keselamatan Allah. Memang awalnya keselamatan itu ditujukan kepada bangsa Israel. “Tetapi oleh pelanggaran mereka, keselamatan telah sampai kepada bangsa-bangsa lain.” (ay. 11). Dengan kata lain, Paulus menegaskan bahwa keselamatan ditujukan juga kepada jemaat yang ada di Roma waktu itu. Akan tetapi, Paulus menghimbau supaya mereka tidak mengulangi kesalahan bangsa Israel yang jatuh ke dalam kesombongan rohani (ay. 25). Umat diajak untuk tetap bersikap rendah hati.
Kesombongan rohani dapat kita jumpai dalam kehidupan kita setiap hari. Seorang imam, karena imamatnya sering jatuh ke dalam kesombongan ini. Ia sering merasa lebih tahu, lebih berkuasa dan lebih hebat dari umat. Ada umat, karena aktif dalam perayaan ekaristi, merasa diri hebat dan menganggap rendah orang lain yang malas misa. Ada orang, karena terlibat aktif dalam tim fasilitator, dan ditunjang dengan sertifikat, merasa diri hebat dan menganggap orang lain tidak tahu apa-apa. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk menyingkirkan sikap seperti itu. Tuhan menghendaki kita untuk selalu bersikap rendah hati.***
by: adrian

Jumat, 30 Oktober 2015

Ditilang Karena Tarik Tiga

Karena ingin mengejar waktu, Romo Anton terpaksa menerobos traffick light. Romo Andre yang duduk di belakang sebenarnya sudah mengingatkannya, apalagi ia tahu ada polisi di pos penjagaan. Karena tindakannya itu, seorang polisi segera mengejar dan menahannya.
Polisi            : Selamat siang, Pak! Anda telah melanggar rambu lalu lintas. Tadi Anda menerobos lampu merah.
Rm. Anton   : Maaf, Pak. Kami lagi buru-buru. Kami harus mengikuti rekoleksi.
Polisi           : Iya, tapi tindakan Anda membahayakan keselamatan jiwa Anda dan teman Anda. Bagaimana kalau tadi terjadi kecelakaan?
Rm. Anton   : Kalau itu saya gak khawatir, sebab Yesus bersama kami.
Polisi           : Wah, kalau begitu saya harus menilang kalian, karena motor dilarang tarik tiga di jalan raya.
Rm. Anton   : #$@%^&%$@???
edited by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Orang Kudus 30 Oktober: St. Dominikus Collins

BEATO DOMINIKUS COLLINS, PENGAKU IMAN
Dominikus Collins lahir pada tahun 1566 di Youghal, County Cork, Irlandia. Ia adalah putra dari Yohanes dan Felisitas Collins, yang merupakan bangsawan Irlandia. Diskriminasi terhadap umat katolik pada masa kekuasaan Ratu Elisabeth membuat Dominikus pergi meninggalkan Irlandia menuju Perancis. Dominikus bergabung dengan Liga Katolik sampai ia berpangkat kapten.
Setelah 9 tahun di Perancis, Dominikus pindah ke Spanyol untuk melayani Raja Philips II. Dominikus kemudian menyadari bahwa menjadi tentara bukanlah panggilan hidupnya. Ia kemudian bertemu dengan Thomas White, seorang Yesuit yang berasal dari Irlandia. Dominikus mulai berkenalan dengan Serikat Yesus. Dari sini muncul keinginan untuk bergabung dengan Serikat Yesus. Dominikus diterima dalam Serikat Yesus pada 8 Desember 1590.
Masa novisiatnya dijalankan dengan menolong korban wabah penyakit di Santiago de Campostela. Dominikus kemudian ditugaskan untuk menemani seorang Imam Yesuit, James Archer, dalam misi ke Irlandia. Mereka berangkat pada September 1601 dan tiba di Irlandia pada bulan Desember. Mereka kemudian menuju Kastil Dunboy untuk melakukan pelayanan.
Ketika James Archer kembali ke Spanyol Kastil Dunboy dikepung tentara Inggris, yang kemudian berhasil merebut kastil ini. Dominikus ditangkap dan dibawa ke Cork untuk kemudian diinterogasi. Ia ditawarkan berbagai hal seperti kebebasan dan jabatan jika Dominikus mau menyangkal imannya. Akan tetapi, Dominikus menolak dan tetap berpegang teguh pada imannya sehingga ia dihukum mati dengan digantung.
Dominikus Collins meninggal dunia pada 31 Oktober 1602 di Youghal, Cork, Irlandia. Pada 27 September 1992 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Jumat Biasa XXX - Thn I

Renungan Hari Jumat Biasa XXX, Thn B/I
Bac I  Rom 9: 1 – 5; Injil           Luk 14: 1 – 6;

Injil hari ini kembali berkisah tentang penyembuhan yang dilakukan Tuhan Yesus pada hari sabat. Kali ini yang disembuhkan adalah orang yang sakit busung air. Uniknya, peristiwa itu terjadi di rumah salah seorang pemimpin kaum Farisi. Hadir juga di sana orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Sebelum menyembuhkan orang sakit itu, Tuhan Yesus bertanya minta pendapat mereka. Namun, dikatakan, tak satupun dari mereka memberikan tanggapan. Lewat peristiwa mukjizat ini Tuhan Yesus kembali menegaskan bahwa demi kemanusiaan, aturan dapat kompromi. Di samping itu, kejadian ini mau menunjukkan bahwa Tuhan Yesus melampaui hari sabat.
Bacaan pertama hari ini masih diambil dari Surat Paulus kepada Jemaat di Roma. Di sini Paulus ingin menyampaikan refleksinya atas Yesus Kristus. Paulus menegaskan bahwa refleksinya ini merupakan sebuah kebenaran iman. Kebenaran iman yang hendak disampaikan Paulus adalah bahwa Yesus Kristus “adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya.” (ay. 5). Tampak jelas di sini bahwa Paulus mengakui keallahan Yesus Kristus. Karena Dia adalah Allah, maka Dia melampaui peraturan hari sabat, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit.
Sabda Tuhan hari ini, pertama-tama mau menyadarkan kita bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Ini merupakan kebenaran iman yang harus diimani. Selain mengakui kebenaran iman ini, sabda Tuhan mengajak kita untuk mengikuti teladan Tuhan Yesus dalam menyikapi peraturan. Tak bisa dipungkiri kita hidup berdampingan dengan begitu banyak peraturan. Tuhan menghendaki supaya kita tidak terlalu kaku terhadap peraturan sampai mengorbankan kemanusiaan orang lain. Kita diajak untuk mengabdi pada aturan demi memanusiakan manusia.***
by: adrian

Kamis, 29 Oktober 2015

Doa Rosario Menyadarkan Suami

KEKUATAN DOA ROSARIO
Setahun yang lalu, aku bertemu seorang ibu muda yang mengisahkan liku-liku perjalanan imannya. Beberapa kali air matanya menetes dan suara isak tangisnya terdengar saat dia menceritakan kisah ziarah hidupnya yang tidak mudah itu.
Ibu ini berasal dari keluarga katolik, dan bertumbuh sebagai wanita katolik. Namun kehendak Tuhan memang mungkin berbeda-beda jalan-Nya untuk setiap orang, termasuk dirinya. Dalam usia yang muda, ia menjadi yatim piatu. Karena kesulitan hidup, perjalanan imannya menjadi susah.
Kesulitan ekonomi membuatnya hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga SMA, lalu ia bekerja seadanya. Kemudian dia bertemu dengan seorang laki-laki yang berbeda agama dengannya. Cinta memang sering tak bisa dipahami dengan akal. Karena laki-laki itu bekerja baik, dan awalnya kelihatan sebagai seorang yang berhati lembut dan penyayang, maka dia pun memutuskan untuk mengikuti suaminya; dan meninggalkan imannya.
Namun ternyata semuanya berubah setelah ia menikah dan meninggalkan imannya. Pelan-pelan sifat suaminya berubah dan yang aslinya muncul. Ternyata dia seorang yang keras dan fanatik dengan agamanya. Lalu, pekerjaan suaminya juga mulai mengalami kegagalan karena berbagai hal. Ketika dia mulai memiliki anak, kebutuhan keluarga bertambah namun penghasilan keluarga berkurang, sementara dia hanya menjadi ibu rumah tangga sejak menikah. Dengan semua kesusahan hidupnya, ibu muda ini pun hanya bisa pasrah.
Namun rencana Tuhan memang lain. Dalam ketidakpastian hidup dan masa depan keluarga, tiba-tiba dia rindu kembali ke Gereja, mengikuti misa dan menerima komuni. Dia hanya mengurung niat itu dalam hatinya, karena takut suaminya marah. Sampai suatu waktu, dia menyampaikan niatnya itu kepada suami, dan tenyata benar suaminya marah dan menolak. Mendengar itu, dia semakin sedih dan takut. Namun hatinya tetap mengatakan untuk tidak menyerah. Lalu ia mulai berdoa Rosario sendirian. Malam hari saat suaminya tidur atau waktu lain ketika dia sendirian di rumah.

Renungan Hari Kamis Biasa XXX - Thn I

Renungan Hari Kamis Biasa XXX, Thn B/I
Bac I  Rom 8: 31 – 39; Injil                 Luk 13: 31 – 35;

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus menyampaikan ramalan tentang kematian-Nya. Ini berawal dari pernyataan beberapa orang Farisi yang meminta Tuhan Yesus untuk menyingkir dan menghindari dari Herodes yang mau membunuh-Nya. Namun, Tuhan Yesus menegaskan bahwa kematian-Nya akan terjadi di Yerusalem (ay. 33), karena di sanalah banyak terjadi pembunuhan para nabi dan orang-orang utusan Tuhan. Hal ini mau menunjukkan penolakan atas kebaikan Allah. Orang Yerusalem tidak mau menerima tawaran kebaikan Allah.
Hal inilah yang direfleksikan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma. Dalam bacaan pertama, Paulus melihat bahwa Tuhan Yesus merupakan bukti kasih Allah kepada umat manusia. Yesus Kristus, yang adalah Putera Tunggal Allah, dikorbankan demi keselamatan umat manusia. Pengorbanan ini merupakan tanda bahwa Allah mengasihi manusia (ay. 32). Karena itu, Tuhan Yesus dilihat sebagai “Pembela bagi kita.” (ay. 34), yang dengannya umat manusia bisa berdamai kembali dengan Allah.
Sabda Tuhan hari ini mau menyadarkan kita bahwa Allah telah mengasihi kita dengan mengorbankan Yesus Kristus, Putera-Nya. Dapatlah dikatakan bahwa Tuhan Yesus merupakan bukti cinta Allah, yang ingin menyelamatkan umat manusia. Melalui sabda-Nya ini Tuhan bukan hanya sekedar menyadarkan kita, melainkan mau mengajak kita untuk bersyukur dan meneladani Dia. Kita diajak untuk mau mengorbankan sesuatu yang berharga bagi kita untuk Tuhan dan sesama.***

by: adrian

Selasa, 13 Oktober 2015

Orang Kudus 13 Oktober: St. Honoratus Kosminski

BEATO HONORATUS KOSMINSKI, PENGAKU IMAN
Waclaw Kozminski lahir pada 16 Oktober 1829 di Biala Podiaska, Polandia. Ia adalah putra dari Stefen Kozminski dan Aleksandra Kahlowa. Pendidikan dasarnya ia selesaikan di Plock dan ia melanjutkan pendidikannya pada bidang arsitektur di sekolah seni di Warsaw. Pengaruh ateisme di sekolah membuatnya kehilangan iman, dan pada April 1846 ia dipenjara karena masalah politik.
Pada 15 Agustus 1846 Waclaw kembali mendapatkan kepercayaannya kepada Tuhan. dan pada 27 Maret 1847 ia dibebaskan dari penjara. Setelah menghirup udara bebas, Waclaw mengambil keputusan untuk mengikuti Tuhan. Setahun setelah bebas, pada 21 Desember 1848, Waclaw memutuskan untuk bergabung dengan Ordo Kapusin. Ia memilih nama baru: Honoratus.
Tanggal 27 Desember 1852, Honoratus ditahbiskan menjadi imam setelah menyelesaikan pendidikan filsafat dan teologinya. Honoratus dikenal sebagai seorang pemberi homily dan pembimbing spiritual yang baik. Ia selalu mempromosikan Ordo Ketiga Fransiskan yang beranggotakan kaum awam. Honoratus juga membantu Angela Truzkowska dalam mendirikan Kongregasi Felician.
Selama pendudukan Rusi, Honoratus menolak untuk meninggalkan negaranya. Honoratus pindah ke kota Zakroczyn pada Januari 1863, dimana ia melanjutkan karyanya. Di sini secara sembunyi-sembunyi Honoratus mendirikan sekitar 25 Kongregasi biarawan maupun biarawati, yang seluruhnya disetujui Takhta Suci pada 21 Juni 1889. Honoratus menyerahkan dirinya sebagai pelayan Bunda Maria pada tahun 1867. Pada tahun 1892 Honoratus pindah ke Nowe-Miasto. Beberapa masalah terjadi pada beberapa kongregasi yang ia dirikan, namun Honoratus tetap menyerukan ketaatan kepada Gereja Katolik.
Honoratus meninggal dunia pada 16 Desember 1916 di Nowe-Miasto, Polandia. Pada 16 Oktober 1988 ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Selasa Biasa XXVIII - Thn I

Renungan Hari Selasa Biasa XXVIII, Thn B/I
Bac I  Rom 1: 16 – 25; Injil                 Luk 11: 37 – 41;

Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Surat Paulus kepada Jemaat di Roma, Paulus menasehati umat agar hidup sebagai orang benar. Bagi Paulus, “orang benar akan hidup oleh iman.” (ay. 17), artinya apa yang terlihat di luar merupakan pancaran dari dalam (iman). Orang itu berbeda dengan orang bodoh yang hanya memperhatikan luaran, sedangkan yang dalamnya buruk. Mereka itu sekalipun mengenal Allah, namun tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya (ay. 27). Di sini Paulus mau mengajak umat untuk menampilkan konsistensi antara iman dan perbuatan; iman itu harus ditampakkan dalam perbuatan-perbuatan nyata.
Sikap seperti inilah yang ditegaskan Tuhan Yesus dalam Injil. Akan tetapi sikap itu tidak tampak dalam diri kaum Farisi. Terjadi inkonsistensi antara iman dan perbuatan. Mereka lebih mengutamakan tampilan lahiriah daripada batiniah. Padahal, bagi Tuhan Yesus, yang lahiriah itu merupakan cerminan yang batiniah. Karena itu, Tuhan Yesus menghendaki supaya kaum Farisi mengubah sikapnya, memperhatikan terlebih dahulu bagian dalam hatinya baru hal-hal luar.
Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mawas diri. Tuhan meminta kita agar jangan hanya memperhatikan tampilan lahiriah kita saja, melainkan juga bagian hati kita. Tuhan menghendaki kita untuk senantiasa membersihkan terlebih dahulu bagian dalam diri kita. Dengan bagian dalam diri kita yang bersih, maka kita akan tampil sebagai “orang benar” di hadapan Allah. Dan hendaknya kita menjaga konsistensinya.***

by: adrian

Senin, 12 Oktober 2015

Orang Kudus 12 Oktober: St. Serafinus Montegranaro

SANTO SERAFINUS MONTEGRANARO, PENGAKU IMAN
Felix de Nicola lahir pada sekitar tahun 1540 di Montegranaro. Ia adalah putra dari Jerome de Nicola dan Theodora. Kesulitan yang dialami keluarganya membuat Felix harus bekerja sebagai penggembala untuk memperoleh tambahan penghasilan. Felix sangat menikmati pekerjaannya dan memiliki kesempatan untuk berdoa. Ketika orangtuanya meninggal dunia, kakaknya memanggilnya kembali untuk pulang dan bekerja dengannya.
Perlakuan kasar kerap diterima oleh Felix dari kakaknya sehingga ia mendambakan sebuah tempat yang sepi dimana ia dapat mempersembahkan dirinya kepada Allah saja. Lois Vannuci, sahabatnya, kemudian menyarankan Felix untuk pergi ke biara Kapusin di Tolentino. Ia mencoba mendaftar pada usia 14 tahun, tetapi ditolak. Felix kemudian mendaftar kembali pada tahun 1558, ketika ia berusia 18 tahun. Kali ini ia diterima.
Felix masuk ke biara Kapusin dengan memperoleh nama baru: Serafinus dari Montegranaro. Serafinus bertugas sebagai penjaga pintu, dan selalu ramah kepada orang yang datang, meski orang itu datang di tengah malam. Serafinus memiliki devosi kepada Sakramen Mahakudus dan Bunda Maria. Ia diberi talenta untuk membaca isi hati seseorang, melakukan mukjizat dan meramal. Banyak orang, termasuk pejabat Gereja, mencarinya untuk meminta nasehat darinya.
Serafinus Montegranaro meninggal dunia pada 12 Oktober 1604 di biara Kapusin di Ascolli Piceno, Italia. Ia dibeatifikasi oleh Paus Benediktus XIII pada 8 Juli 1729, dan dikanonisasi pada 16 Juli 1767 oleh Paus Klemen XIII.
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 12 Oktober: St. Maria Teresa Fasce

BEATA MARIA TERESA FASCE, BIARAWATI
Maria Giovanna Fasce lahir pada 21 Desember 1881 di Torriglia, Genoa, Italia. Ia adalah putri dari Eugenio Fasce dan Teresa Valente, dan memiliki panggilan Marrieta. Ketika berusia 8 tahun, Marreita kehilangan ibunya dan diasuh oleh saudaranya, Luigi. Marrieta memperoleh pendidikan dengan baik dalam hal pengetahuan maupun rohani. Ia juga mengajar katekismus kepada anak-anak dan selalu menyembunyikan panggilan Tuhan dari keluarganya sampai ia merasa yakin.
Bapa pengakuannya, Mariono Ferrielo, menjadi penyemangatnya untuk menanggapi panggilan Tuhan. Dan peristiwa kanonisasi Santa Rita Cascia menjadi faktor berpengaruh lainnya. Setelah menyatakan keinginannya untuk menjadi biarawati, saudara laki-lakinya sedikit menentang, tetapi Luigi mendukungnya.
Marrieta mencoba untuk bergabung dengan Biara Agustinian di Cascia, tetapi terus menerus ditolak, dengan alasan Marrieta tidak akan dapat bertahan dengan kehidupan biara yang berbeda dengan kehidupan di kota. Pada tahun 1906 ia akhirnya diterima setelah berkali-kali mencoba mendaftar. Pada malam natal 1906 ia memperoleh jubah, mengikrarkan kaul dan mendapat nama baru: Teresa Elatta.
Kehidupan di dalam biara tidaklah sesuai dengan apa yang ia bayangkan. Konflik-konflik mulai terjadi, seperti perseteruan antara biarawati yang baru bergabung dengan biarawati senior. Teresa kemudian memutuskan untuk merenungkan kembali setiap langkah yang telah ia tempuh dengan meninggalkan biara pada Juni 1910, dan pada Mei 1911 ia kembali. Teresa sadar bahwa ia harus bertindak, maka ia mengirim surat kepada superiornya mengenai kondisi di dalam biara.
Pada tahun 1914 ia diangkat sebagai kepala novis, dan 3 tahun kemudian ia menjadi vikaris. Pada 12 Agustus 1920 ia terpilih sebagai abdis. Teresa kemudian mulai memperbaharui doa, meditasi dan karya dari para biarawati sehingga menjadi contoh kehidupan Agustinian. Teresa membangun gereja besar yang ingin didedikasikan untuk menghormati Santa Rita.
Teresa juga berusaha memperkenalkan Santa Rita. Pertama-tama ia menerbitkan bulletin Dalle Api alle Rose yang artinya Dari Lebah kepada Mawar. Teresa kemudian mendirikan panti asuhan putri dan menyebut anak-anak asuhnya dengan sebutan lebah. Di samping karya-karyanya, Teresa juga memiliki beragam penyakit dalam tubuhnya, seperti tumor payudara kanan, asma, diabetes dan masalah pernafasan. Ia juga terkena obesitas sehingga menyulitkannya bergerak.
Teresa Fasce meninggal dunia pada 18 Januari 1947 dan dimakamkan di samping makam Santa Rita Cascia. Ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada 12 Oktober 1997.
Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Senin Biasa XXVIII - Thn I

Renungan Hari Senin Biasa XXVIII, Thn B/I
Bac I  Rom 1: 1 – 7; Injil           Luk 11: 29 – 32;

Dalam Injil hari ini ditampilkan pengajaran tentang siapa itu Tuhan Yesus. Dikatakan bahwa Dia jauh lebih besar dari Raja Salomo dan juga Nabi Yunus. Salomo hanya mendatangkan Ratu dari Selatan hanya untuk mendengarkan hikmatnya (ay 31), sedangkan Tuhan Yesus mendatangkan tiga orang majus. Bahkan akhirnya semua orang dari penjuru bumi akan mendengarkan hikmat-Nya. Kalau Yunus hanya menyelamatkan orang-orang Niniwe saja (ay 32), maka Tuhan Yesus menyelamatkan semua manusia lewat pengorbanan-Nya di kayu salib. Dengan penggambaran seperti ini, tentulah diharapkan orang membuka hatinya akan pengajaran Tuhan Yesus.
Hal inilah yang diwartakan Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma. Dalam bacaan pertama ini, Paulus mengutarakan bahwa Tuhan Yesus, yang sudah dijanjikan “dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci” (ay. 2) akan menyelamatkan umat manusia. Kematian Yesus Kristus di kayu salib adalah penebusan dosa manusia. Karena itu, orang Roma juga mendapat bagian keselamatan berkat kematian Yesus (ay. 6). Di sini Paulus bukan hanya menegaskan bahwa kematian Kristus adalah juga untuk mereka, melainkan juga mengajak umat untuk membuka hati akan Kristus.
Sabda Tuhan hari ini sudah memperkenalkan siapa itu Yesus Kristus bagi kita dan bagi umat manusia pada umumnya. Dia bukanlah manusia biasa. Melainkan istimewa dan luar biasa. Keistimewaan dan keluar-biasaan itu menuntut sikap dari kita. Melalui sabda-Nya hari ini Tuhan menyadarkan kita akan peran Tuhan Yesus dalam karya keselamatan yang dirancang Allah untuk umat manusia. Kita adalah bagian dari rencana keselamatan Allah itu. Kita telah “dipanggil menjadi milik Kristus” (Rom 1: 6). Karena itu, hendaklah kita senantiasa mendengarkan-Nya dan menyembah Dia.***

by: adrian

Minggu, 11 Oktober 2015

Renungan Hari Minggu Biasa XXVIII - B

Renungan Hari Minggu Biasa XXVIII, Thn B/I
Bac I  Keb 7: 7 – 11; Bac II                 Ibr 4: 12 – 13;
Injil    Mrk 10: 17 – 30;

Dalam bacaan kedua hari ini, yang diambil dari Surat kepada Orang Ibrani, penulis memaparkan refleksinya tentang sabda Allah. Bagi penulis, sabda Allah itu lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun sehingga dapat memisahkan jiwa dan roh, serta membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita (ay. 12). Sungguh luar biasa tajamnya sehingga dapat memisahkan jiwa dan roh. Di sini penulis mau mengajak pembacanya untuk senantiasa membaca dan merenungkan sabda Allah dalam Kitab Suci.
Peran sabda Allah yang dapat memisahkan dan membedakan itu dapat dilihat dalam bacaan pertama dan Injil. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Kebijaksanaan, peran itu dirasakan oleh Raja Salomo. Dengan sabda Allah itu Salomo dapat memisahkan keinginan dan kebutuhan. Salomo lebih memilih pengertian dan kebijaksanaan daripada kekuasaan dan kekayaan (ay. 7 – 8). Justru pilihan pertama itu membuat yang kedua datang menghampirinya (ay. 11).
Apa yang disampaikan dalam bacaan pertama, terlihat juga dalam Injil. Peran sabda Allah itu diperankan langsung oleh Tuhan Yesus. Dia adalah Sabda Allah yang menjadi manusia (Yoh 1: 1, 14). Dalam Injil sabda Allah mampu membedakan antara kewajiban dan pengorbanan. Kepada orang muda yang kaya, yang ingin mengetahui cara mendapatkan hidup kekal, Tuhan Yesus memintanya untuk berkorban bagi sesama. Tidak cukup hanya dengan melaksanakan kewajiban saja (ay. 19 – 20). Kepada para murid-Nya, Tuhan Yesus kembali menegaskan bahwa jika mereka memilih pilihan pengorbanan maka yang lain akan menyusul (ay. 29 – 30). Ini seperti pilihan Salomo.
Dewasa ini banyak orang merasa cukup hanya dengan melaksanakan kewajiban agamanya saja. Orang merasa dengan melaksanakan kewajiban itu ia sudah merasa lebih suci dan hebat dalam kehidupan rohani. Sabda Tuhan hari ini membuka mata kita bahwa hal itu belumlah cukup. Tuhan menuntut lebih. Tuhan menghendaki supaya kita mau berkorban. Yang dikorbankan adalah diri kita dengan segala kepentingannya. Pengorbanan itu ditujukan kepada sesama.***
by: adrian

Sabtu, 10 Oktober 2015

Pertentangan dalam Kitab yang Sama

SATU KITAB DUA PESAN BERTENTANGAN
Islam dikenal sebagai agama dengan dua wajah. Di satu wajah islam dikenal sebagai agama rahmatan lil alamin, di wajah yang lain islam dikenal sebagai agama teroris (baca: fundamental-radikalis yang cenderung anarkis). Wajah islam yang penuh kasih ini sering kali dikumandangkan oleh tokoh-tokoh muslim. Dan biasanya untuk mengimbangi aksi-aksi kekerasan yang dilakukan umat islam dengan mengatasnamakan islam. Sedangkan wajah islam yang beringas merupakan gambaran kenyataan.
Baik wajah kasih maupun wajah beringas, kedua-duanya mendapatkan legitimasinya dari ajaran islam sendiri, baik itu dalam Al-Quran maupun Hadits. Umumnya orang islam yang islamnya berwajah kasih menolak bila dikatakan bahwa islam itu berwajah beringas. Padahal, keberingasan itu merupakan salah satu hakikat islam. Sebagai contoh, pasca kudeta Mekkah, ada pendapat yang mengatakan bahwa kelompok Juhaiman adalah orang-orang muslim sejati. Lawrence Wright, dalam bukunya “SejarahTeror” menilai kalau tokoh-tokoh sentral teroris, misalnya seperti Juhaiman, Azzam, Zawahiri, Syeikh Omar, Osama bin Laden, Mullah Omar, dll adalah orang yang teguh berpegang pada agamanya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Osama bin Laden adalah prototipe Muhammad.
Kekerasan sebagai ajaran islam dibenarkan juga oleh Front Pembela Islam. Seperti yang ditulis Damar Iradat di Metrotv New dot com, bahwa tindakan anarkis yang biasa dilakukan oleh FPI sudah sesuai ajaran islam. Jika memang kekerasan yang dilakukan FPI tidak sesuai, tentulah otoritas islam Indonesia (MUI) akan mengambil sikap. Bukankah itu merupakan bentuk pelecehan terhadap islam? Namun faktanya, MUI diam.
Jadi, kitab yang satu dan sama memuat ajaran yang bertentangan. Yang satu tentang kasih, sedangkan banyak yang lain tentang kekerasan. Perbedaan juga terjadi pada sikap umat islam terhadap orang kristiani. Dari satu kitab yang sama terdapat dua sikap yang berbeda. Yang satu menilai bahwa orang Kristen adalah kafir, sedangkan sikap yang lain tidak. Karena itulah, karena bersumber dari satu kitab yang sama dengan dua sikap yang berbeda itulah, makanya umat islam pun terbagi menjadi dua kelompok. Ada kelompok yang menerima orang kristen sebagai saudara; namun ada pula kelompok yang tetap menganggap orang kristen itu kafir.
Dasar pengkafiran orang kristen ada pada QS Al-Ma’idah: 72 yang berbunyi, “Kafirlah mereka yang mengatakan Allah adalah Kristus (Yesus) anak Maryam.” Atau juga QS Al-Ma’idah: 73 yang berbunyi, “Kafirlah mereka yang berkata bahwa Allah adalah satu dari tiga.” Ayat 72 itu menyangkut soal keyakinan orang Kristen bahwa Yesus adalah Allah. Sampai kapan pun keyakinan tak akan berubah. Sementara ayat 73 menyangkut soal iman akan trinitas. Sama dengan iman akan Yesus sebagai Allah, keyakinan Allah Trinitas ini pun sudah pakem. Karena tetap pada keyakinan ini, maka orang Kristen adalah kafir.
Sementara itu ada orang yang menilai, secara implisit, bahwa orang Kristen bukanlah kafir. Mereka sering menggunakan dasar-dasar ini: Hadits Sahih HR Bukhari, “Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kata fasiq, dan menuduhnya dengan kata kafir, kecuali tuduhan itu akan kembali kepada si penuduh jika orang yang tertuduh tidak seperti yang dituduhkan.” Ada juga Hadits Sahih HR Muslim, “Dan barangsiapa yang memanggil seseorang dengan panggilan ‘kafir’ atau ‘musuh Allah’ padahal tidak kafir, maka tuduhan itu akan kembali kepada penuduh.”
Sementara dari Al-Quran sendiri sering dikutip QS Al-Baqarah: 256, QS Yunus: 99 dan QS Al Kahfi: 29. Dari Al-Quran cuma surah Al Kahfi saja yang jelas-jelas menyinggung soal kafir dengan sikap permisif: biarkan saja orang kafir. Sedangkan surah Al-Baqarah dan Yunus berbicara soal islam yang tidak memaksa orang lain masuk islam; bukan soal pengkafiran.
Surah-surah inilah yang kemudian membuat umat islam sendiri terpecah menjadi dua kubu dalam menyikapi orang, khususnya orang Kristen. Ada kelompok, dengan dasar Al-Quran, melihat orang Kristen itu kafir; dan ini tak bisa dibantah lagi karena orang Kristen seperti digambarkan Al-Quran, yaitu menerima Yesus sebagai Tuhan dan menerima konsep Trinitas. Sementara kelompok lain, jika memegang ajaran Al-Quran, khususnya Al Kahfi, akan bersikap permisif, bukan justru menganggap orang Kristen bukan kafir.
Jadi, dasar pembelaan kelompok yang menilai orang Kristen bukan kafir sangatlah lemah. Orang Kristen sampai kapan pun tetap dengan keyakinannya bahwa Yesus itu Allah yang menjadi manusia; dan orang Kristen mengakui Allah tritunggal. Sikap permisif, sebagaimana diajarkan surah Al Kahfi, tidak menegasi kekafiran orang Kristen. Orang Kristen tetaplah sebagai kafir.
Demikian pula dengan 2 hadits sahih tadi (HR Bukhari dan HR Muslim). Kedua hadits ini memang melarang umat muslim untuk tidak seenaknya saja menyebut orang lain kafir. Namun perlu diperhatikan frase “padahal tidak kafir” (HR Muslim) atau “jika orang yang tertuduh tidak seperti yang dituduhkan”. Hadits ini tidak dapat digunakan untuk melawan orang islam yang menyebut orang kristen kafir, karena hadits ini berisi ajaran untuk tidak memfitnah, bukan mengkafirkan orang. Fitnah berarti mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. Kalau mengatakan orang kristen itu kafir, berdasarkan pada ajaran Al-Quran, orang islam bukan melakukan fitnah, karena memang orang kristen itu kafir. Mengapa orang kristen kafir, QS Al-Ma’idah: 72 dan 73 adalah jawabannya.
Pangkalpinang, 24 September 2015
by: adrian
Baca juga tulisan lainnya:

Renungan Hari Sabtu Biasa XXVII - Thn I

Renungan Hari Sabtu Biasa XXVII, Thn B/I
Bac I  Yl 3: 12 – 21; Injil           Luk 11: 27 – 28;

Bacaan Injil hari ini sangat singkat. Akan tetapi pesannya amat tegas dan mendalam. Ada satu persoalan yang dibahas dalam Injil hari ini, yaitu soal kebahagiaan. Kebanyakan orang melihat kebahagiaan sejati itu dari kaca mata duniawi. Kebahagiaan itu terlihat dari prestasi dan prestise. Dalam Injil, hal itu terlihat dari pernyataan seorang perempuan yang memuji ibu yang telah melahirkan dan menyusui Tuhan Yesus (ay. 27). Ini dikaitkan dengan apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus bagi banyak orang. Akan tetapi, Tuhan Yesus memperlihatkan hal yang lain, yaitu kebahagiaan spiritual. Kebahagiaan itu terletak pada “mendengarkan firman Allah dan memeliharanya.” (ay. 28).
Kebahagiaan spiritual ini juga yang menjadi pesan dalam Kitab Nabi Yoel, yang menjadi bacaan pertama hari ini. Melalui mulut nabi Yoel, umat Israel disadarkan bahwa Allah senantiasa memperhatikan mereka. Tuhan Allah akan memberikan kebahagiaan pada mereka asalkan mereka senantiasa melaksanakan kehendak Allah dan setia pada-Nya. Gambaran kebahagiaan itu terlihat dari ungkapan-ungkapan anggur baru, susu dan air (ay. 18).
Dewasa ini banyak manusia, tak hanya kaum awam tetapi juga kaum berjubah, meletakkan kebahagiaan pada hal-hal duniawi, pada kepemilikan benda-benda, prestasi dan prestise. Tuhan bukannya anti terhadap semuanya itu. Tuhan tidak menghendaki kita menjadikan semuanya menjadi prioritas dalam hidup sehingga melupakan kehendak-Nya. Melalui sabda-Nya hari ini, Tuhan mengajak kita untuk senantiasa melakukan apa yang dikehendaki-Nya dalam hidup kita. Melaksanakan kehendak Allah akan mendatangkan kebahagiaan.***

by: adrian

Jumat, 09 Oktober 2015

Orang Kudus 9 Oktober: St. Denis, Rustikus & Eleutrius

SANTO DENIS, RUSTIKUS & ELEUTRIUS, MARTIR
Informasi mengenai orang kudus ini sangat terbatas. Yang pasti ketiganya hidup pada abad III. Denis, atau biasa disebut juga Dionisius, adalah Uskup Perancis yang pertama. Bersama Rustikus dan Eleutrius – dua orang imam sebagai kawan perjalanan – beliau diutus Bapa Paus untuk mewartakan Injil di negeri Gallia (sekarang Perancis). Mereka berhasil menobatkan sejumlah besar orang kafir. Keberhasilan mereka ini menimbulkan kemarahan besar di kalangan pimpinan setempat. Mereka kemudian ditangkap dan dipenggal kepalanya di atas bukit, yang sekarang dikenal dengan nama Montmare (=bukit martir). Peristiwa itu terjadi pada abad III.
sumber: ImanKatolik
Baca juga orang kudus hari ini:

Orang Kudus 9 Oktober: St. Inosensius

SANTO INOSENSIUS, MARTIR
Manuel Canoura Arnau lahir pada 10 Maret 1887 di Cecilia del valle de Oro, Lugo, Spanyol. Ketika berusia 14 tahun, ia memutuskan untuk bergabung dengan Kongregasi Pasionis di Pefiafiel, Valladolid. Conaura memasuki masa novisiat di Duesto dan memperoleh nama baru: Inosensius de la Immaculata.
Inosensius menjadi diakon pada tahun 1912. Delapan tahun kemudian ia ditahbiskan menjadi imam. Inosensius dikenal karena penuh cinta kasih, kesabaran dan pengertian. Ia selalu siap berkorban apabila perlu membantu atau melayani orang sakit. Pada tahun 1934, ia berada di Mires dan diminta oleh para bruder untuk mendengarkan pengakuan dosa mereka.
Pada tanggal 5 Oktober 1934, ketika sedang mempersembahkan misa, ia disergap. Ikut juga disergap waktu itu: Cirilo Bertrand, Marciano Jose, Victoriano Pio, Julian Alfredo, Benjamin Julian, Hector Valdivielsco, Anicento Adolfo dan Augusto Andres. Sesudah ditahan beberapa hari dalam satu rumah sebagai penjara, Inosensius dibunuh dengan ditembak mati di tepi kubur yang sudah digali.
Inosensius dari Imakulata meninggal dunia pada 9 Oktober 1934 di Turon, Spanyol. Ia menjadi martir bersama dengan ke delapan bruder, dan mereka dibeatifikasi pada 29 April 1980 dan dikanonisasi pada 21 November 1999 oleh Paus Yohanes Paulus II.
Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Jumat Biasa XXVII - Thn I

Renungan Hari Jumat Biasa XXVII, Thn B/I
Bac I  Yl 1: 13 – 15, 2: 1 – 2; Injil                 Luk 11: 15 – 26;

Dalam bacaan pertama hari ini, melalui mulut Nabi Yoel, Tuhan meminta para pimpinan dan petugas keagamaan bangsa Israel untuk bertobat. Mereka hendaknya membersihkan diri mereka lebih dahulu baru dapat mengajak umat membersihkan dirinya. Membersihkan diri ini berarti mereka hidup bersama dan dalam Tuhan. Dengan membersihkan diri maka mereka menjadi pantas dan layak menyambut kedatangan Tuhan. Di sini dapat dikatakan bahwa para pemimpin dan petugas keagamaan hendaknya memberikan teladan yang baik bagi umatnya.
Kedatangan Tuhan atau kerajaan-Nya, dalam Injil, terlihat ketika Tuhan Yesus “mengusir setan dengan kuasa Allah.” (ay. 20). Dalam Injil, Kerajaan Allah itu dipertentangkan dengan kerajaan setan; kedatangan Tuhan dipertentangkan dengan kedatangan setan. Bagi Yesus, kerajaan setan atau juga setan itu sendiri hanya bisa diusir dengan kekuatan Allah. Artinya, orang harus bersekutu dengan Allah. Dan untuk bersekutu ini, maka orang harus membersihkan diri dahulu sehingga menjadi kuat. “Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya.” (ay. 21).
Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk berjuang mengalahkan kuasa setan. Namun sebelum melaksanakan tugas itu, terlebih dahulu kita haruslah membersihkan diri dan hidup dalam Tuhan. Kita hanya dapat mengalahkan setan dalam kesatuan kita dengan Tuhan. Tuhan Yesus bersabda, “Siapa yang tidak bersama Aku, dia melawan Aku.” (ay. 23). Jika tidak bersama Kristus, kita lemah dan setan dengan mudah berkuasa, sebab “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah akan binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah akan runtuh.” (ay. 17).***

by: adrian

Kamis, 08 Oktober 2015

Ziarah ke Israel #21

YERIKHO, BUKIT PENCOBAAN
Dari rumah Kayafas, rombongan kami berangkat menuju Qumran. Di sini kami melihat tayangan kisah tentang komunitas Qumran. Ada keyakinan bahwa Yohanes Pembaptis pernah bergabung di komunitas ini, namun keluar. Setelah mengunjungi wilayah ini, kami menuju Yerikho. Tentang kota ini, salah satu cerita yang cukup terkenal dalam Kitab Suci adalah kisah Orang Samaria yang Murah Hati (Luk 10: 30 – 35).

Akan tetapi, diyakini juga bahwa Tuhan Yesus, sebelum melaksanakan tugas perutusan-Nya, Tuhan Yesus mengadakan “retret” selama 40 hari di wilayah ini. Daerah perbukitan merupakan lokasinya. Di sinilah Dia mengalami cobaan dari iblis. Karena itu, daerah ini dikenal juga dengan bukit pencobaan.

Renungan Hari Kamis Biasa XXVII - Thn I

Renungan Hari Kamis Biasa XXVII, Thn B/I
Bac I  Mal 3: 13 – 20a; Injil                 Luk 11: 5 – 13;

Sabda Tuhan hari ini mau memberikan gambaran tentang Allah. Dalam Injil, lewat perumpamaan, Tuhan Yesus menegaskan bahwa Allah itu mahabaik. Dia senantiasa memperhatikan umat-Nya. Namun kepada umat diminta untuk datang dan meminta kepada-Nya. “Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapatkan dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” (ay. 10). Di sini mau ditegaskan bahwa sekalipun Allah itu mahabaik, umat harus ada berusaha dan berjuang, bukan berdiam diri saja.
Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Maleakhi, disampaikan bahwa ada umat yang berpikiran bahwa percuma beribadat kepada Tuhan. Salah satu alasannya adalah sering mereka melihat ada banyak orang fasik yang hidupnya mujur dan bahagia. Dari sini disimpulkan bahwa Allah pilih kasih. Namun Maleakhi menegaskan bahwa Allah itu mahabaik. Ia mengungkapkan bahwa Allah mengasihi umat-Nya “sama seperti seseorang yang menyayangi anaknya yang melayani dia.” (ay. 17).
Dalam kehidupan kita juga sering melihat orang jahat yang kaya, hidup sukses, sementara orang baik merana bahkan cepat mati. Fenomena ini bukan hanya terjadi dalam kehidupan masyarakat sipil, melainkan dapat ditemukan dalam kehidupan menggereja. Ada imam yang korup hidup sukses berdampingan dengan uskup; ada yang malas tapi menjadi kepercayaan uskup. Hal inilah yang membuat kita terkadang meragukan kebaikan Tuhan. Namun sabda Tuhan hari ini tetap menyadarkan kita bahwa Allah itu mahabaik. Dia tetap memperhatikan kita dengan cara-Nya, bukan dengan cara kita.***

by: adrian

Rabu, 07 Oktober 2015

(Refleksi) Malas atau Sibuk

BERSEMBUNYI DI BALIK KE-SIBUK-AN
Seorang teman dimintai bantuannya untuk mengisi renungan di website. Hanya satu renungan saja. Permintaan itu diajukan jauh sebelum renungan diterbitkan. Akan tetapi, dengan berat hati teman itu menolak. Dia merasa keberatan.
“Saya sangat sibuk.” Demikian kelitnya.
Sibuk merupakan sebuah kata yang paling mudah diucapkan untuk berkelit dari beban tugas yang tidak menyenangkan. Ada dua alasan kenapa kata ini dipakai. Pertama, malas melaksanakan tugas tersebut. Mungkin tugas tersebut tidak menarik atau tidak mendatangkan imbalan secara langsung. Imbalan di sini tidak harus dipahami sebagai honor saja, melainkan pujian.
Kedua, pemberi tugas. Tak bisa dipungkiri, masih banyak orang lebih melihat siapa yang memberi tugas itu daripada nilai tugaas itu sendiri. Jika yang memberi tugas atau yang meminta tolong itu adalah orang yang biasa-biasa saja, pasti dengan sangat mudah orang menolak. Dan sekali lagi dengan alasan ke-sibuk-an. Namun jika yang memberi tugas atau yang meminta tolong itu adalah orang yang punya status penting atau cewek cantik atau orang yang selalu memberi bantuan, dapat dipastikan tugas itu akan segera disanggupi.
“Romo, bisa minta misa di rumah buat ulangtahun Tata?” Pinta seorang ibu muda yang cantik, yang sering mengisi kulkas pastoran.
“Kapan?” Sang imam tidak memberi jawaban, tetapi langsung bertanya kapan acara tersebut diadakan.
Akan tetapi, jika yang minta itu umat biasa-biasa saja, pasti sang imam pura-pura membuka agenda, dan tak lama kemudian menyatakan penyesalan karena tak dapat memenuhi permintaan itu.
Inilah manusia. Kita suka sekali menyembunyikan kemalasan kita di balik ke-sibuk-an. Ketidak-sukaan kita pada si pemberi tugas pun dapat kita sembunyikan di balik kata sibuk ini. Sekalipun tidaklah sibuk, namun kita akan selalu berusaha membuat dan mencari kesibukan lainnya. Tujuannya, supaya tugas yang tidak menyenangkan itu berlalu dari hidup kita.
Jadi, dengan mengungkapkan kata sibuk, orang lain tidak akan tahu bahwa kita sedang malas, atau kita tidak respek terhadap pemberi tugas. Dengan demikian cap negatif tidak akan menimpa diri kita. Orang tentu tidak akan berkesan buruk terhadap kita, karena yang mereka tangkap adalah kita sedang sibuk. Umumnya orang tidak berusaha untuk mencari tahu seperti apa kesibukan kita.
Seandainya orang menyelidiki ke-sibuk-an kita, tentulah orang akan tahu bahwa sebenarnya kita tidak terlalu sibuk-sibuk amat. Masih ada waktu luang untuk melaksanakan tugas yang diminta tanpa menggangu aktivitas lain. Akan tetapi, karena malas dan tidak suka dengan pemberi tugas, orang hanya dapat mengatakan: sibuk.
Batam, 15 Juli 2015
by: adrian
Baca juga tulisan lain: