Jumat, 16 November 2012

Rekoleksi Panggilan Remaja Balai

Aku dipanggil tuhan
Rekoleksi Panggilan Kaum Muda

Mengisi liburan Tahun Baru Islam (1 Muharam), yang jatuh pada 15 November, diadakan kegiatan rekoleksi panggilan untuk kaum muda Paroki St Yosef Tanjung Balai Karimun. Rencana kegiatan ini sudah diumumkan lebih satu bulan sebelumnya, baik lewat papan pengumuman maupun lewat Berita Paroki. Kegiatan ini diperuntukkan bagi pelajar kelas IX dan kelas XII. Untuk kelas IX hanya dikhususkan bagi pelajar pria (cowok), karena mereka ini akan diarahkan ke seminari menengah. Sedangkan kelas IX diperuntukkan bagi siswa dan siswi, karena mereka akan diarahkan baik ke seminari (menjadi imam) dan juga ke suster.

Setelah menunggu sebulan lebih, akhirnya terkumpul 9 orang anak, yang semuanya cowok. Dua hari sebelum kegiatan ini, ada informasi bahwa akan ada peserta wanita dua orang. Akan tetapi, sampai acara selesai, wajah wanita itu tak kelihatan. Kesembilan orang itu semuanya berasal dari stasi Sei Bati.

Pembimbing rekoleksi ini adalah Rm. Adrian. Inisiatip acara ini juga berasal dari beliau. Konon, acara ini sekedar pencariatahuan akan seberapa besar animo umat akan kegiatan sejenis ini. Untuk itu, tidak ada pemaksaan atau pewajiban mengikuti kegiatan ini. Siapa yang tertarik dipersilahkan untuk mendaftar. Segala sesuatu gratis. Makan, minum dan snack gratis. Peserta tidak mengeluarkan sepeser uang untuk biaya kegiatan ini, apalagi paroki. Jika animo umat cukup besar, maka kegiatan serupa ini akan ditingkatkan menjadi retret.

Jumat, 15 November 2012, 07.45. Langit di seputaran Sei Bati terlihat hitam. Mendung menggantung di langit, pertanda tak lama lagi hujan akan turun. Memasuki jam 08.00 hujan mulai turun. Ruang doa yang dijadikan tempat kegiatan rekoleksi masih terlihat sepi. Baru pada jam 08.29 kegiatan dimulai.

Jam 10.00 peserta menikmati waktu istirahat sambil merasakan nangka yang dibawa Rm Adrian dari pastoran. Nangka tersebut sudah dikupas oleh Om Sius dan ditempatkan dalam wadahnya, sehingga anak-anak tinggal mencicipinya. Tak mau ketinggalan, Pak Inno, yang mendukung acara ini, menambahkan menu snack ini dengan kue bolu.

Setelah mengikuti pertemuan kedua, tepat jam 12.30, peserta bersama pembimbing menikmati santap siang ala nasi kotak yang sudah disiapkan oleh Pak Inno. Menu siang itu sangat enak dan istimewa. Peserta dan pembimbing sangat lahap menikmatinya, bukan karena lapar, tapi karena memang makanannya enak.

Sesudah pertemuan ketiga, kegiatan ditutup dengan perayaan ekaristi.

Pertemuan Pertama

Dalam pertemuan pertama ini pembimbing mengajak peserta untuk belajar dari Santo Paulus, seorang rasul terbesar dalam Gereja Kristen. Panggilan Santo Paulus dibagi dalam tiga masa, yaitu:

1.     Masa Saulus (Kis 7: 54 – 58; 8: 1 – 3; 9: 1 – 2)
2.     Masa Perjumpaan dengan Yesus (Kis 9: 3 – 19)
3.     Masa Menjadi Rasul (Kis 9: 20 – 31 ; 11: 19 – 30 ; 12: 24 – 28: 31)

Pada masa Saulus ini, St. Paulus melihat dirinya negatif di hadapan Allah. Tidak ada kesan baik dalam dirinya. “Aku adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.” (1Kor 15: 9).

Pada masa kedua, setelah berjumpa dengan Yesus, Paulus mengalami perubahan. Saulus menjadi Paulus. Perubahan itu membuat dia merasa dilahirkan kembali dan ditempa. Dapat dikatakan bahwa perjumpaan dengan Yesus itu ibarat ia masuk ke seminari untuk mempersiapkan diri menjadi utusan Tuhan.

Pada masa ketiga, sebagai rasul, Paulus menjawab panggilan Tuhan dengan menjadi misionaris. Paulus dikenal sebagai rasul yang besar karena aktivitasnya, karyanya dan juga medan karyanya yang luas. Di samping itu juga pengorbanan dan penderitaannya turut menentukan gelar rasul terbesar itu.

Dari uraian di atas, akhirnya disimpulkan bahwa pada awalnya Paulus tidak tertarik akan panggilan atau sapaan Yesus. Justru malah ia bersikap antipati terhadap pengajaran Yesus, sehingga berniat melenyapkan ajaran Yesus itu dari muka bumi. Akan tetapi perjumpaannya dengan Yesus membawa perubahan drastis. Ia menjadi misionaris untuk mewartakan Kristus.

Dalam melaksanakan tugas perutusannya sebagai rasul, Paulus banyak mengalami suka duka. Pembimbing mengajak peserta untuk melihat suka duka Paulus dalam Kitab Suci. Bagi pembimbing, suka dua Paulus adalah juga suka duka para imam. Sengaja ini ditampilkan agar peserta sadar bahwa menjadi imam itu tidak selalu menyenangkan saja. Dengan tahu akan suka duka ini peserta diajak untuk siap menghadapinya.

Pertemuan pertama ini ditutup dengan 5 pertanyaan refleksi yang harus dijawab peserta secara pribadi. Untuk itu, sisa waktu 30 menit sebelum jam 10.00, peserta dipersilahkan mengambil posisi di seputar areal halaman Groto untuk merefleksikan pertanyaan penuntun. Kebetulan saat itu hujan sudah redah.

Pertemuan Kedua

Setelah menikmati 30 menit waktu istirahat sambil menikmati snack, peserta memasuki pertemuan kedua. Tema pertemuan kedua adalah “Tuhan Membutuhkan Aku”. Pertama-tama pembimbing mengajak peserta untuk belajar dari Santo Fransiskus de Sales dan Santo Sebastianus. Tujuannya agar peserta dapat melihat bagaimana dua orang kudus ini menggapai cita-citanya menjadi imam.

Pembimbing mengajak peserta melihat panggilan para rasul. Dari uraian tentang Yesus memanggil para rasul-Nya itu, pembimbing mengemukakan refleksinya bahwa Yesus membutuhkan mereka. Para rasul ini bisa membantu Yesus untuk mewartakan Injil, menyembuhkan orang sakit, menghibur umat, menghadirkan Kerajaan Allah dan menguduskan umat.

Dari uraian tersebut pembimbing sampai pada pertanyaan refleksi buat peserta, “Apakah Yesus membutuhkan aku?” Untuk menjawab pertanyaan ini, peserta kembali masuk ke dalam keheningan diri di lokasi yang ditentukannya sendiri untuk menjawab pertanyaan itu. Pembimbing memberi alokasi waktu 15 menit.

Setelah 15 menit mencari jawaban, peserta kembali ke ruang pertemuan. Waktu berikutnya digunakan untuk sharing. Tiap-tiap peserta diajak untuk mensyeringkan hasil permenungannya.

Sesudah mendengarkan semua sharing itu, pembimbing mengajak peserta untuk melihat situasi saat ini. Bagi pembimbing, situasi ini bisa menjadi cermin buat mereka untuk menentukan jawaban tadi. Situasi yang ditampilkan adalah sebagai berikut:

1.     Banyak umat meninggalkan Gereja
2.     Gereja sepi
3.     Banyak masalah moral: seks bebas, mabuk, judi, narkoba, dll
4.     Banyak orang belum kenal Yesus dan warta keselamatan-Nya
5.     Banyak orang sedih, tersingkir dan sakit
6.     Banyak orang bertikai
7.     dll
Dari cermin situasi inilah, akhirnya pembimbing menyimpulkan: “Yesus membutuhkan kamu sekarang ini!”

Pertemuan Ketiga

Setelah makan siang, tepatnya jam 13.15, peserta memulai kegiatan dengan pertemuan ketiga. Dalam pertemuan ini pembimbing menguraikan soal menjawab panggilan Tuhan dengan menjadi imam dan biarawan. Karena itu, dalam pertemuan ini, pembimbing lebih banyak mengurai soal masa-masa persiapan menjadi imam dan biarawan, syarat yang dibutuhkan, ke mana dan bagaimana. Tak lupa juga dikisahkan soal motivasi.

Selain uraian teoritis, pembimbing juga menyampaikan pengalaman pribadinya bagaimana menjawab panggilan Tuhan dan mengapa memilih jadi imam projo. Disampaikan juga bagaimana jika di antara peserta ada yang memang mau menjadi imam. Ketika mendengar soal waktu untuk menjadi imam, sebagian peserta langsung kaget. Bahwa untuk menjadi imam itu membutuhkan waktu yang sangat lama.

by: adrian

Yesus Saja Ditipu

Sore itu, setelah puas berolah raga (main basket), saya pergi ke sebuah warung. Mau beli Pocari Sweat. Warung itu milik umat katolik. Itu terlihat dari adanya patung Bunda Maria di dalam rumah orang itu. Selain itu juga anak cowok di rumah itu biasa ikut misa dan sudah terima komuni.

Harapannya dapat gratis... hehehe.... Yah, paling tidak diskon, alias harga miring.

Waktu itu adiknya yang melayani saya. Adiknya ini belum katolik. Ketika melihat saya, dia langsung tahu kalau saya pastor. Ia tersenyum ramah. Saya langsung membuka percakapan dengan menanyakan harga satu botol pocari sweat.

Karena tahu bahwa yang mau beli ini adalah pastor, anak itu langsung bertanya ke mamanya soal harga pocari. Dia juga memberitahu siapa yang mau membeli pocari itu. Sebenarnya ia sudah tahu, tapi mungkin ada pertimbangan khusus karena yang membeli ini adalah imam yang melayani mereka. Mungkin mamanya akan beri gratis atau memberi dengan harga murah.

Dari dalam dapur sang ibu   menyebutkan harganya. Tujuh ribu rupiah. Ia tidak menunjukkan batang hidungnya, alias tetap tinggal di belakang.

Anak itu langsung menyampaikan harga yang disebutkan mamanya dengan berat. Saya pun sedikit kaget dengan harga itu, karena biasanya 6.500. Dengan terpaksa saya mengeluarkan uang 10.000 dan anak itu mengembalikan kepada saya 3.000.

Setelah saya pergi, anak itu langsung ke dapur.

Anak : Koq 7.000? Bukannya 6.500?

Ibu    : Tak apalah.

Anak : Mama sudah tipu pastor.

Ibu    : Jangankan pastor, kalau yang beli tadi Yesus pun saya akan tipu.

Anak : #$%&@*&???

by: adrian
Baca juga humor lainnya:

Orang Kudus 16 November: St. Gertrudis Hefta

Santa gertrudis hefta, perawan
Gertrudis lahir di Eisleben, Jerman, pada tahun 1256. Sejak berusia 5 tahun, ia diserahkan orang tuanya kepada para suster di Hefta, Jerman Utara. Di dalam biara itu ia dibesarkan dan dididik, kemudian menjadi suster dan rupanya tidak pernah keluar dari biara itu lagi. Guru dan sahabatnya ialah Suster Mechtildis, yang kelak dinyatakan juga sebagai ‘santa’. Tentang Suster Mechtildis, Gertrudis mengatakan: “Belum pernah saya melihat orang yang menyerupai dia di dalam biara kami ini, dan mungkin tak pernah akan ada.”

Gertrudis mengenyam pendidikan tinggi dan terkenal sangat cerdas. Ia fasih berbicara bahasa Latin. Teman-temannya sebiara mengatakan bahwa dalam akal budinya tak ada sesuatu kesalahan dan dalam hatinya tak terlintas segumpal awan mendung kedukaan. Semuanya itu dimungkinkan oleh karena hidup rohaninya terpelihara dengan baik dalam persatuan erat dengan Kristus. Sewaktu berusia 20 tahun ia diperkenankan melihat Yesus dalam suatu penampakan. Semenjak itu ia mencurahkan seluruh jiwa raganya pada hidup kontemplatif. Baginya, segala daya tarik pengetahuan duniawi telah terkubur dalam-dalam. Seluruh perhatiannya ia curahkan pada Kitab Suci, karya para pujangga Gereja dan perayaan ibadat. Hidupnya penuh dengan pengalaman rohani yang berturut-turut dikaruniakan Tuhan kepadanya. Banyak di antaranya dapat dibaca dalam suatu kumpulan karangan, yang sebagian ditulis berdasarkan catatan, diktat dan hasil tulisan Gertrudis sendiri. Buku ini menyumbang banyak bagi kehidupan rohani di Abad Pertengahan. Buah pena itu amat menarik. Sebab, orang akan melihat bagaimana Gertrudis merintis penghormatan kepada Hati Kudus Yesus, yang sekarang ini sangat merata dan lazin dilakukan oleh umat Kristen Katolik di mana-mana. Itulah sebabnya Gertrudis kadang-kadang disebut juga ‘Gertrudis Agung’.

Gertrudis terkenal kebaktiannya kepada Hati Kudus Yesus dan Santo Yosef, serta tekun merenungkan sengsara Yesus. Ia sering menyambut Ekaristi Kudus, walaupun pada masa itu hal ini tidak biasa. Ia pun rajin mendoakan jiwa-jiwa di Api Penyucian. Ia meninggal dunia pada 1302.

Sumber: Orang Kudus Sepanjang Tahun

Renungan Hari Jumat Biasa XXXII - Thn II

Renungan Hari Jumat Pekan Biasa XXXII B/II
Bac I  2Yoh: 4 – 9; Injil        Luk 17: 26 – 37

Injil hari ini melanjutkan Injil kemarin, yaitu masih berkaitan dengan akhir jaman. Kalau kemarin akhir jaman itu dikaitkan dengan istilah Kerajaan Allah, hari ini akhir jaman atau kiamat itu dikaitkan dengan kedatangan Anak Manusia.

Dalam Injil hari ini soal kedatangan Anak Manusia bukan hanya soal kapannya melainkan juga soal bagaimana/apanya. Tentang kapannya, kedatangan Anak Manusia sama seperti kedatangan Kerajaan Allah: tidak diketahui pasti. Sedangkan soal bagaimananya atau apanya, kedatangan Anak Manusia itu membawa pembaharuan: hidup dan kehidupan baru. Hal ini diibaratkan dengan kisah air bah jaman Nuh, di mana air itu membinasakan kehidupan dan hidup baru diawali dari dalam bahtera Nuh.

Berhadapan dengan kedatangan Anak Manusia ini, Yesus mengajak kita untuk membangun sikap berserah diri pada Allah. Yesus mengajak kita bercermin dari istri Lot. " Ingatlah akan isteri Lot!" (ay. 32). Dalam sikap berserah diri tampak sikap siap sedia, berani dan penuh harapan akan belas kasih Allah. Orang yang memiliki sikap berserah diri tidak akan berusaha mempertahankan nyawanya.

Tuhan menghendaki kita hari ini untuk mempunyai sikap berserah diri kepada Tuhan. Dalam setiap langkah kehidupan, dalam setiap tugas dan karya serta dalam setiap aktivitas kehidupan, hendaknya kita melibatkan Tuhan. Dan kita serahkan semuanya pada Tuhan. Sehingga bila saatnya tiba, kita benar-benar siap menyambut-Nya.

by: adrian