Rabu, 14 Mei 2014

Orang Kudus 14 Mei: St. Matias

SANTO MATIAS, RASUL
Sesudah Yesus naik ke surga, para murid dan kesebelas Rasul ber­sama Bunda Maria kembali ke Yerusalem untuk menantikan kedatangan Roh Kudus yang dijanjikan Yesus. Di sana mereka, yang berjumlah kira-­kira 120 orang, berkumpul di tingkat atas sebuah rumah di Yerusalem. Mereka bertekun dalam doa sambil menantikan dengan sabar kedatang­an Roh Kudus.

Pada saat itulah Petrus, pemimpin para Rasul, mengusulkan pemi­lihan seorang murid untuk menduduki jabatan Rasul menggantikan Yudas Iskariot, si pengkhianat Yesus yang sudah mati menggantung diri. Pemilihan ini dimaksudkan agar terpenuhilah nas Kitab Mazmur: ''Biarlah jabatannya diambil orang lain". Syaratnya ialah calon haruslah seorang murid yang selalu bersama Yesus sejak pembaptisanNya sampai la naik ke surga. Sebab, seorang Rasul harus dapat bersaksi tentang Sabda, Karya dan Kebangkitan Yesus. Maka mereka mengajukan dua orang murid, yaitu Yosef, yang disebut juga Barsabas atau Yustus (= Yang Adil), dan Ma tias.

Setelah berdoa bersama-sama, mereka membuang undi. Pilihan ja­tuh pada diri Matias. Semenjak itu Matias menjadi penggenap bilangan Keduabelas Rasul. Merekalah pengemban utama tugas menyebarkan Kabar Gembira ke sduruh penjuru dunia. Nama Matias sekali saja di­sebut di dalam Kitab Perjanjian Baru. Dalam tulisan-tulisan Apokrif, namanya tidak pernah disebut-sebut. Namun kita yakin bahwa Matias adalah Rasul yang setia, tekun dan bersemangat prihatin. Tahun kema­tiannya tidak diketahui pasti, namun makamnya terdapat di Trier, Jerman.

Penyebab Perubahan Relasi Ortu & Anak

KONDISI YANG MENYEBABKAN PERUBAHAN HUBUNGAN ORANG TUA – ANAK
Perubahan pada Anak
Kalau bayi yang lembut dan menyenangkan menjadi lebih mandiri dan dapat menolong diri sendiri, ia cenderung terus memberontak, nakal, tegas, menjelajah, menuntut perhatian dan menolak perintah. Bahkan dari segi penampilan ia tidak lagi menarik seperti bayi.

Perubahan Sikap Orang Tua
Dengan lebih mandirinya anak, orang tua menganggap bahwa anaknya tidak lagi memerlukan perawatan dan perhatian sebesar sebagaimana ia masih bayi. Tetapi sekalipun ingin menjadi mandiri ia kurang senang bila diperhatikan, karena ia sudah terbiasa diperhatikan sejak masa bayi.

Konsep Orang Tua tentang Anak yang ‘Baik’
Kalau anak tidak memenuhi harapan orang tua, orang tua sering menjadi kritis dan bertindak menghukum. Anak bereaksi terhadap perlakuan ini dengan semakin negativistik dan menyulitkan.

Konsep Kekanak-kanakan tentang Orang Tua yang ‘Baik’
Bagi kebanyakan anak, orang tua yang ‘baik’ adalah yang selalu siap sedia, selalu mau melakukan apa yang dikehendaki anak dan kapanpun. Kalau orang tua gagal mengikuti konsep ini anak akan benci dan hal ini melemahkan kasih sayang anak kepada orang tuanya.

Orang Tua Kesayangan
Karena ibu lebih banyak berada bersama anak daripada ayah dan karena ibu dapat lebih mengerti perilaku yang mengganggu, maka banyak anak lebih menyukai ibu dan hal ini ditunjukkan secara jelas. Kalau ayah tidak senang akan keadaan ini dan memperlihatkannya dengan bersikap kritis mengenai anak dan perilakunya, hal ini akan lebih memperlebar jurang antara mereka. Kalau anak laki-laki lebih menyukai ayahnya, ibu tidak menyenangi hal itu karena merasa seharusnya ibu yang disenangi anak berhubung ibu mempunyai tanggung jawab dalam merawat anak.

Lebih Menyukai Orang Luar
Bila anak mengikuti taman indria atau taman kanak-kanak atau ditempatkan di pusat perawatan anak, kadang-kadang anak lebih menyukai guru atau pengasuh. Banyak orang tua yang merasa tersinggung dan membenci hal ini sehingga memperlebar kesenjangan antara orang tua dan anaknya.

sumber: Elizabeth B. Hurlock, PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5). Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 131

Renungan Hari Rabu Paskah IV - A

Renungan Hari Rabu Paskah IV, Thn A/II
Bac I   : Kis 1: 15 – 17, 20 – 26; Injil     : Yoh 15: 9 – 17;

Hari ini Gereja Universal merayakan pesta Santo Matias, rasul. Dia bukanlah rasul yang sejak awal mendampingi dan mengikuti Yesus, melainkan sebagai pengganti Yudas Iskariot yang telah mati. Bacaan pertama mengungkapkan kisah terpilihnya Matias sebagai rasul menggantikan Yudas. Melalui undian Matias akhirnya masuk dalam bilangan kedua belas rasul. Yang menarik adalah, sekalipun pemilihan itu memakai cara manusia, yaitu undian, Tuhan tetap diikut sertakan. Ini terlihat dalam doa. Karena Tuhan hadir dalam proses itu, maka suasana yang terbangun adalah kasih persaudaraan. Tidak ada persaingan atau pertikaian dalam memperebutkan jabatan itu.

Apa yang terjadi dalam proses pemilihan itu menunjukkan bahwa para murid mengikuti apa yang pernah diperintahkan Yesus kepada mereka, yaitu kasih. Dalam bacaan Injil, Yesus sudah mengajari mereka untuk hidup dalam kasih. “Inilah perintah-Ku: supaya kamu saling mengasihi.” (ay. 12). Dengan hidup saling mengasihi berarti para murid bukan hanya melaksanakan perintah Tuhan, melainkan juga menghadirkan Tuhan.

Dengan merayakan pesta Santo Matias, kita diajak untuk mengikuti teladan para rasul, yaitu senantiasa menghadirkan Tuhan dalam setiap gerak kehidupan. Hidup kita bukanlah semata-mata manusiawi saja, melainkan juga ilahi. Salah satu wujud keilahian itu adalah dengan hidup dalam kasih, yaitu hidup saling mengasihi satu dengan yang lain. Dan inilah kehendak Tuhan pada kita.

by: adrian