Minggu, 21 Juni 2015

Keluarga Basis Pertahanan Melawan Narkoba

KELUARGA SEBAGAI BENTENG TERHADAP NARKOBA
Dewasa kini masalah narkoba cukup menyita perhatian kita. Masalah narkoba bukan hanya soal hukuman mati, melainkan juga soal penyebaran, bahaya pemakaian, bisnis dan rusaknya moral bangsa. Soal bahaya penyalahgunaan narkoba hampir semua kita sudah mengetahuinya. Malah bisa dikatakan bahwa narkoba dapat merusak moral bangsa. Namun menjadi pertanyaan kita, sekalipun sudah tahu berbahaya, kenapa penyebarannya kian marak.
Ketika seorang dosen kedapatan menggunakan narkoba, seakan kita sudah kehilangan pegangan. Dosen atau guru, yang seharusnya memberikan contoh teladan baik bagi generasi muda, justru terlibat dalam dunia haram ini. Dunia pendidikan sebagai benteng pertahanan kaum muda dari serangan bahaya narkoba perlahan mulai runtuh.
Dari data yang ada, pengguna narkoba terbesar berasal dari kalangan kaum muda dan remaja. Mereka umumnya masih berada di bangku pendidikan. Karena itu, jika lembaga pendidikan saja sudah tercemar dengan benda haram ini, lantas kepada siapa kita berharap? Apakah kepada polisi? Sudah menjadi rahasia umum bahwa ada begitu banyak polisi juga terlibat dalam bisnis haram ini. Bandingkan saja dengan kisah mafia narkoba di Amerika dalam film The American Gangster. Memang seperti film itu, kita juga tentu berharap masih ada polisi bersih.
Bukan berarti kita meremehkan polisi atau Badan Narkotika Nasional (BNN), atau lembaga-lembaga lain. Kita masih bisa berharap kepada mereka (mengharapkan hadirnya polisi bersih). Akan tetapi, janganlah menggantungkan pengharapan itu hanya kepada mereka saja. Keluarga hendaknya menjadi benteng pertahanan terakhir melawan gempuran bahaya narkoba ini.
Jika dikatakan keluarga sebagai benteng pertahanan melawan bahaya narkoba, disana ada orang tua yang berperan penting. Para orang tua hendaknya mendidik, membina dan mengawasi putra-putrinya. Pendidikan dan pembinaan dilakukan sejak anak masih kecil (usia prasekolah dan usia SD). Di sini anak dilatih untuk mengenal secara umum baik dan buruk atau boleh dan tidak boleh dengan segala konsekuensinya. Anak juga dilatih bagaimana menolak tanpa menyakiti hati orang lain.
Di usia akhir SD dan memasuki usia remaja, orang tua perlu mengajar anaknya tentang penyebaran dan bahaya narkoba. Berkaitan dengan narkoba ini, orang tua perlu memberikan batasan yang jelas dan tegas berkaitan dengan boleh dan tidak boleh. Anak juga perlu diberitahu sikap orang tua jika mereka menggunakan narkoba. Perlu disadari agar proses penyampaian itu tidak terkesan menggurui, karena salah satu sifat remaja adalah anti digurui. Namun, jika sejak dini sudah terbangun relasi yang baik antara orang tua dan anak, kesan itu akan hilang.

Renungan Hari Minggu Biasa XII - B

Renungan Hari Minggu Biasa XII, Thn B/I
Bac I  Ayb 38: 1, 8 – 9; Bac II             2Kor 5: 14 – 17;
Injil    Mrk 4: 35 – 40;

Sabda Tuhan pada kita hari ini mau mengatakan bahwa dalam situasi mencekam, Allah hadir. Hal ini dapat dilihat dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Ayub. Dikatakan bahwa dari dalam badai, Tuhan menjawab. Artinya, Tuhan hadir dalam badai. Biasanya orang selalu takut dengan badai. Karena itu, apabila ada badai, orang selalu menyingkir. Badai merupakan sesuatu yang bukan saja ditakuti, melainkan musti dihindai. Dalam bacaan pertama, Ayub malah mendengarkan Allah berbicara kepadanya dalam badai.
Injil hari ini juga berbicara soal badai taufan. Ketika Tuhan Yesus dan para rasul menyeberang dengan perahu, tiba-tiba datang taufan yang dahsyat sehingga ombak pun menghantam perahu itu. Tuhan Yesus tidur tenang di buritan, sementara para murid mulai cemas dan ketakutan. Mereka tidak melihat ada Tuhan di dalam perahu mereka. Sikap mereka inilah yang dikecam Tuhan Yesus, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (ay. 40).
Sikap para murid di atas menggambarkan kemanusiaan lama mereka. Sekalipun mereka sudah hidup bersama dengan Tuhan Yesus, namun sikap dan hidup mereka masih menunjukkan manusia lama. Mereka takut dan kurang percaya. Sikap inilah yang hendak dibaharui Paulus. Dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus, yang menjadi bacaan kedua hari ini, Paulus mengajak umat untuk menjadi manusia baru. Dengan menerima Kristus berarti hidup juga di dalam Kristus. Dan ini berarti menjadi ciptaan baru. Yang lama harus ditanggalkan.
Kita selalu melihat bahwa dalam peristiwa-peristiwa buruk Tuhan tidak hadir. Peristiwa buruk selalu diartikan dengan ketiadaan Tuhan. Karena itu, berhadapan dengan situasi buruk kita selalu merasakan ketakutan dan kecemasan. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mengubah pola pikir demikian. Tuhan tidak hanya ditemui dalam peristiwa suka atau kejadian baik. Tuhan hadir juga dalam setiap peristiwa hidup kita. Semua tergantung sejauh mana mata iman kita terbuka untuk melihat dan menemui-Nya. Melalui sabda-Nya hari ini Tuhan menghendaki agar kita tidak perlu takut berhadapan dengan situasi “gelap” dalam hidup kita. Tuhan senantiasa ada.***
by: adrian