Sabtu, 06 Februari 2016

Renungan Hari Sabtu Biasa IV - Thn II

Renungan Hari Sabtu Biasa IV, Thn C/II
Bac I  1Raj 3: 4 – 13; Injil         Mrk 6: 30 – 34;
Hari ini sabda Tuhan diambil dari Kitab Pertama Raja-raja. Di sini dikisahkan tentang komunikasi antara Allah dan Salomo, putra Daud. Komunikasi ini berawal dari tawaran Allah kepada Salomo mengenai apa yang dibutuhkannya. Allah yang memberikannya. (ay. 5). Yang menarik adalah Salomo tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuh. Ketiga hal ini semata-mata demi kepentingan pribadi; dan ini yang tidak diminta. Salomo lebih memilih meminta “Hati yang paham menimbang perkara untuk menghakimi … dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat.” (ay. 9). Memang permintaan itu untuk dirinya, namun penggunaannya untuk orang lain.
Sikap seperti Salomo ini dapat terlihat pada diri Tuhan Yesus dan para rasul-Nya. Dalam Injil hari ini dikisahkan para rasul berkumpul kembali bersama Tuhan Yesus setelah mereka melaksanakan tugas perutusan. Tuhan Yesus mengajak mereka untuk ke tempat sepi supaya bisa beristirahat. Alasannya adalah selama berkarya mereka benar-benar memberikan diri kepada umat “sehingga makanpun mereka tidak sempat.” (ay. 31). Di sini mau ditunjukkan nilai pengorbanan demi orang lain. Demi melayani orang lain, mereka sampai lupa akan dirinya sendiri. Sama seperti permintaan Salomo, mereka lebih berorientasi ke luar dari dirinya sendiri.
Sabda Tuhan hari ini mau berbicara soal dedikasi dan pengorbanan tanpa pamrih. Sikap ini rasanya semakin sulit dijumpai pada manusia dewasa ini, apalagi pada para imam yang memang terpanggil untuk melayani bukan dilayani. Banyak orang, ketika bekerja atau “melayani” masih mempertimbangkan uang atau kepentingan dirinya. Melalui sabda-Nya hari ini Tuhan mengajak kita untuk lebih berorientasi keluar dari diri sendiri. Kita diajak untuk lebih memperhatikan orang lain, umat yang dilayani. Tuhan menghendaki agar kita mau memberi diri demi orang lain dalam tugas dan peran kita.***
by: adrian

Orang Kudus 6 Februari: St. Filipus de las Casas

SANTO FILIPUS DE LAS CASAS, MARTIR
Filipus de las Casas lahir pada tahun 1575 di Meksiko. Filipus memutuskan untuk bergabung dengan Ordo Fransiskan, tetapi setelah satu tahun ia memutuskan keluar dari biaranya. Filipus, dibantu oleh ayahnya, menjadi seorang pedagang. Ia pergi ke Manila, Filipina, dan di sana ia merasakan kembali panggilannya. Ia kembali membutuskan untuk masuk biara Fransiskan pada tahun 1590.
Saat akan ditahbiskan, Filipus harus berlayar kembali ke Meksiko, karena kosongnya takhta keuskupan di Filipina. Pada 12 Juli 1596 Filipus berlayar, tetapi kemudian kapalnya karap sampai ke Jepang. Karena adanya tentara, amunisi dan meriam, Kaisar menjadi curiga akan adanya penjajahan, sehingga menahan semua penumpang. Karena hasutan juga, Kaisar Hideyoshi Toyotami menganggap keberadaan biarawan katolik sebagai sebuah ancaman, sehingga ia melancarkan penganiayaan terhadap umat Kristen.
Filipus  ditangkap dan dipenjarakan bersama dengan biarawan Fransiskan dan Yesuit. Filipus dijatuhi hukuman mati dengan cara disalib. Filipusde las Casas meninggal dunia pada 5 Februari 1597 di Nagasaki, Jepang. Pada 14 September 1627 ia dibeatifikasi bersama 25 orang martir Nagasaki lainnya oleh Paus Urbanus VIII, dan pada 8 Juni 1862 mereka dikanonisasi oleh Paus Pius IX.
Baca juga orang kudus hari ini: